~oOo~
“Ini Mas, sudah selesai.” Mas penjaga itu menyodorkan kertas fotocopyan dan map itu ke arah Alby.
“Oh iya, terimakasih. Habis berapa Mas?” tanya Alby sembari memasukkan hasil fotocopy itu ke dalam map.
“Lima belas ribu Mas,” jawab mas penjaga kios.
“Ini.” Alby menyodorkan uang pas ke arah mas penjaga kios itu, dan langsung diterima.
“Terimakasih,” ujar mas penjaga kios itu.
“Punya saya habis berapa Mas?” tanya Rara sembari menyodorkan sebuah buku diary dan dua pena yang ada di meja itu ke arah mas penjaga kios.
“Penanya satu lima ribu, kalau dua jadi sepuluh ribu. Ditambah satu buku diary harga dua puluh lima ribu, jadi total semuanya adalah tiga puluh lima ribu.” Mas penjaga itu menghitung-hitung total belanjaan Rara.
“Tiga puluh lima ribu ya?” Rara merogoh saku bajunya dan mengambil uang yang ada di dalamnya.
“Yah, kurang. Uangku tertinggal di kelas,” ujar Rara ketika melihat uang yang ada di sakunya hanya sepuluh ribu.
“Maaf Mas, kalau begitu bukunya tidak jadi. Penanya saja,” ujar Rara malu-malu.
“Oh iya tidak apa-apa.” Mas penjaga kios itu kemudian mengambil buku diary dari dalam kantong plastik yang tadi dibungkuskannya.
“Eh, jangan!” Cegah Alby. Mas penjaga itu melihat ke arah Alby.
“Pakai uangku saja,” lanjutnya.
“Tidak Kak, tidak usah. Aku bisa membelinya lain waktu saja,” tolak Rara.“Kenapa Ra? Tidak apa-apa Ra. Nanti, kalau lain waktu bukunya sudah dibeli orang lain.” Alby tersenyum ke arah Rara.
“Kamu kan suka bukunya. Tenang saja, bisa kamu ganti kapan-kapan kok uangnya,” lanjut Alby.
Rara diam sejenak, “Ya sudah aku mau, terimakasih Kak Alby.”
“Iya, sama-sama. Aku senang bisa membantu kamu.” Alby tersenyum ke arah Rara, dan Rara pun membalasnya.
***
Sesampainya di sekolah Alby dengan cepat memarkirkan mobilnya. Alby dan Rara bergegas turun, lalu berjalan melewati koridor menuju kelas. Ketika sampai di persimpangan koridor, mereka menghentikan langkahnya.
“Kak, terimakasih, sudah membayarkan bukunya tadi. Lain waktu akan aku ganti uangnya.” Rara tersenyum ke arah Alby.
“Iya, sama-sama. Tidak usah terburu-buru, santai saja.” Alby membalas senyuman Rara.
“Em.” Rara menganggukkan kepala.
“Kalau begitu aku duluan, assalamualaikum.” Alby tersenyum lalu pergi.
“Waalaikumsalam,” sahut Rara sembari tersenyum tipis, lalu bergegas ke kelasnya. Sampai di sana, ternyata sedang berlangsung proses pembelajaran mata pelajaran PPKN yang diajar oleh Bu Mirna.
“Assalamualaikum, maaf Bu, saya terlambat.”
Ketika mendengar suara Rara, bu Mirna yang sedang menerangkan di papan tulis menoleh ke arah Rara, begitu juga para penghuni ruangan, termasuk Ezra. Ada guratan senyum di bibirnya ketika melihat Rara, namun dalam hatinya dia penasaran, juga cemas. Tapi, bukan Rara yang dia cemaskan, melainkan Chessy. Dia penasaran dan cemas dengan kondisi Chessy. Dia tersenyum, karena dia ingin segera bertanya tentang Chessy kepada Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Cinta Sebelah Tangan [END]
RomanceMasa SMA, siapa sih yang nggak ngerti? Rata-rata orang tua juga pernah mengalami masa SMA ketika muda. Masa yang sering dianggap banyak orang, masa paling berkesan ketika muda. Sebab, di sinilah seorang remaja pubertas yang labil mengenal cinta. Nam...