~oOo~
“Tenangkan diri kamu dulu Zra, jangan emosi seperti ini!” Rara mencoba menenangkan Ezra.
Ezra menghela napas panjang, “Kamu benar Ra, emosi tidak akan menyelesaikan masalah, tapi malah memperburuk keadaan.”
“Maaf, aku terlalu emosi tadi. Habisnya aku kesal, tempo hari dia mencelakai Chessy, sekarang kamu?”
“Sudah, jangan diingat-ingat. Kamu mau melaporkannya juga tidak ada bedanya. Sampai sekarang pun kasus Chessy tidak di urus. Bagaimana denganku yang hanya kasus kecil?”
“Iya, memang benar. Tidak selesai kasusnya sampai sekarang. Tapi, sudahlah, lupakan saja. Kamu tidak apa-apa kan Ra? Kepala kamu ada yang sakit?”
“Aku tidak apa-apa.”
“Benar? Tidak ada yang terluka?”
“Iya, tidak ada.”
“Coba sini aku lihat!” Ezra memajukan langkahnya hendak mengecek.
“Eh, tidak perlu.” Rara cepat-cepat menghindar.
“Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu berlebihan seperti ini.”
“Ah, ya maafkan aku. Bukan maksudku untuk lancang, aku lupa, kita bukan mahrom. Bukan?” Ezra baru menyadari kalau tindakannya salah. Dia ingat Rara ini wanita baik-baik, mana mungkin mau di sentuh pria yang bukan mahromnya.
“iya, Zra,”
“Oh iya, kamu sendiri? Chessy kemana? Kenapa dia tidak bersama kamu?”
“Chessy sudah pulang, dia tadi di jemput Abinya. Katanya, mau diajak pergi ke mall.”
“Sudah pulang?” Ezra terlihat kaget.
“Iya. Kenapa memangnya?”
“Tidak apa-apa. Hanya saja, kamu jadi sendiri,” jawab Ezra mengalihkan pembicaraan.
“Aku sudah terbiasa sendiri kok.
”
“Kalau begitu, aku pulang dulu. Kamu lain kali hati-hati!”“Iya, terimakasih,” jawab Rara sambil tersenyum ramah.
Ezra tidak menyahutnya, dia tersenyum kemudian pergi. Rara membalas senyuman itu sembari melihat Ezra semakin jauh. Setelah Ezra sudah tidak terlihat lagi, Rara menjadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi waktu Ezra membelanya.
“Kamu memang pria baik, Ezra,” gumamnya.
***
Di satu sisi, Chessy terlihat sangat menikmati pergi bersama abinya. Sesampainya di mall, abinya mengajak pergi mencari peralatan sekolah. Di sepanjang jalan, Chessy melingkarkan lengannya ke lengan abinya, sehingga menjadi sangat dekat.
“Abi, sepatu Chessy sudah kusam nih, sudah mulai rusak juga. Boleh tidak, membeli sepatu baru?” rengeknya manja kepada Abinya.
“Em ... begitu, ya?”
“Iya, Abi. Ini kan sudah naik kelas juga, masa masih sama sih sepatunya? Mumpung Abi pulang,” ucap Chessy membujuk Abinya.
“Iya, baiklah. Boleh, tapi kamu belajar yang rajin ya?”
“Asyik, terima kasih, Abi,”
Chessy tampak sangat senang. Karena keinginannya untuk memiliki sepatu baru akan segera terwujud.“Oh iya, sebelum membeli sepatu, kita nyari baju dulu ya, untuk ummi kamu, dan kamu. Sudah lama kan, tidak beli baju?”
“Wah, yang benar Abi, mau membelikan baju?”
“Memangnya Abi pernah bohong?”
“Em ... tidak.” Chessy tersenyum lebar ke arah abinnya. Mereka pun pergi berbelanja baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Cinta Sebelah Tangan [END]
RomanceMasa SMA, siapa sih yang nggak ngerti? Rata-rata orang tua juga pernah mengalami masa SMA ketika muda. Masa yang sering dianggap banyak orang, masa paling berkesan ketika muda. Sebab, di sinilah seorang remaja pubertas yang labil mengenal cinta. Nam...