~oOo~
“Ra, kamu baik-baik saja?” Alby tampak cemas.
“Aku baik-baik saja, Kak. Aku merasa bersalah dengan Chessy, dia sudah salah paham dengan kita.” wajah Rara kini memerah seperti ingin menangis.
“Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya aku menjelaskan. Aku tidak ingin dia terus salah paham, persahabatan ini sudah terjalin lama dan begitu erat, dan aku tidak ingin hancur dalam sekejap.”
“Aku mengerti perasaan kamu, Ra. Aku ikut bersalah dalam masalah ini. Aku ... akan bertanggung jawab menyelesaikan masalah ini,” ucap Alby merasa bersalah.
“Kakak, aku menghargai itu. Tapi ... aku mohon, jauhi aku. Aku tidak ingin memperkeruh lagi masalah ini dengan melibatkan Kakak. Biarkan masalah ini aku selesaikan dengan Chessy saja, dan aku tidak ingin dicampuri orang lain.”
“Rara.”
“Aku bisa menyelesaikannya, aku yakin. Jangan khawatir,” Rara meninggalkan Alby begitu saja tanpa memeberi salam.
***
Sudah beberapa hari ini Ezra, Alby, Rara, dan Chessy saling diam. Mereka saling canggung ketika berpapasan di sekolah. Dalam hati mereka, sebenarnya mereka ingin sekali berdamai. Ini seperti sandiwara dalam film, namun nyata adanya.
Akhir pekan sudah tiba, dan mereka masih saling diam. Tidak ada komunikasi sedikitpun, bahkan hanya untuk sapaan. Mereka masih menjadi seperti orang asing, mereka hanya bicara dengan siswa-siswi lain. Alby terus saja seperti dihantui rasa bersalah ketika melihat Rara dari jauh. Dia merasa sangat khawatir dengan Rara, juga sangat merasa iba. Namun apalah daya, Rara memintanya menjauhinya. Alby merebahkan dirinya di ranjang empuk miliknya. Dia terus saja memutar otak untuk mencari cara menyelesaikan masalah. Akhirnya, dia menemukan sebuah ide setelah sekian lama. Satu-satunya cara adalah bertemu. Iya, mempertemukan empat orang yang terkait dalam masalah ini. Alby beranjak dari duduknya, dia segera pergi menemui Ezra dan menyampaikan ide yang dia dapatkan.“Apa? Bertemu?” Ezra terkejut mendengar ide yang disampaikan Alby.
“Tidak ada ide lain, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini.” Alby menghela napas frustasinya.
“Mereka sekarang ini membeci kita, bagaimana bisa, kamu ....”
“Masalah ini sudah lama, harus segera diselesaikan. Jika terus dibiarkan, akan semakin memburuk,” jelas Alby pada Ezra.
“Kamu benar juga, tapi bagaimana caranya?”
“Aku akan menghubungi mereka. Pukul empat sore kita bertemu di taman dekat sini.”
“Secepat itu? Tinggal tiga jam lagi.” Ezra melirik ke arah arlojinya.
“Aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku sudah lelah dengan keadaan ini, aku seperti kesulitan bernapas setiap harinya semenjak ada masalah ini. Aku ingin berdamai, agar bisa menghirup napas lega seperti dulu.” Alby merebahkan dirinya di ranjang empuk milik Ezra.
“Aku juga. Kuakui, rasanya dadaku sesak setiap kali melihat mereka berdua. Bagaimanapun, kita bersalah besar kepada mereka. Kita sudah menghancurkan persahabatan yang terjalin lama.”
“Maka dari itu, kita harus bertemu dan saling bicara.”
“Ya, baiklah. Aku setuju. Tidak ada alasan untukku menolaknya.”
***
Rara melirik arlojinya, ternyata dia sampai lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Sore ini, Rara memiliki janji untuk bertemu dengan Alby di taman. Tadinya dia menolak, namun Alby terus memaksanya, dan katanya sangat penting. Jadi, dia akhirnya menyanggupinya. Rara berjalan-jalan mencari kursi kosong di taman sembari menunggu Alby.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Cinta Sebelah Tangan [END]
RomanceMasa SMA, siapa sih yang nggak ngerti? Rata-rata orang tua juga pernah mengalami masa SMA ketika muda. Masa yang sering dianggap banyak orang, masa paling berkesan ketika muda. Sebab, di sinilah seorang remaja pubertas yang labil mengenal cinta. Nam...