~oOo~
“Kamu juga Ra, harusnya kamu sebagai teman bisa menasehati dia!” Ezra menatap kesal ke arah Rara, tapi menunjuk ke arah Chessy.
“Kamu ini kenapa Zra? Apa yang dibicarakan? Aku tidak mengerti?” Rara mencoba menyela.
“Sepertinya akan ada perang dunia,” ujar Fiza ynag duduk rada jauh di belakang.
“Hooh, benar kamu Za,” sahut Jihan yang duduk di sampingnya.
“Sinta pasti senang jika melihat ini.” Fiza dan Jihan sejenak slaing tatap, kemudian mereka tersenyum puas.
“Kamu ini seperti wanita rendahan yang memanfaatkan om-om untuk kesenangan kamu. Ternyata, kamu alim seperti ini hanya untuk menutupi siapa kamu yang sebenarnya.”
“Kenapa sih kamu tidak pernah mengerti aku sedikit saja. Apa hebatnya pria itu, sampai kamu mencampakkan aku? Aku ini benar-benar suka sama kamu Ches, tapi kamu tidak pernah melihat itu. Memangnya apa kurangnya aku? Aku jauh lebih muda, dan masa depanku juga masih panjang. Kenapa kamu lebih memilih dia? Memangnya siapa dia? Dari kalangan apa pria itu berasal? Apa seorang bangsawan? Atau kolongmerat?” Ezra terus saja memberondong Chessy dengan begitu banyak pertanyaan.
Chessy sekarang merasa sangat direndahkan. Dia merasa sangat dipermalukan di depan umum tanpa tahu sebabnya. Airmatanya kini menggenang di kelopak matanya, namun tidak menetes. Di satu sisi, Rara yang mendengar ungkapan Ezra bahwa dia menyukai Chessy mendadak lemas. Dia tidak menyangka, bahwa selama ini dia sudah salah menilai Ezra. Dia mengira, sikap baiknya selama ini karena dia menyukai Rara, tapi ternyata yang disukai adalah Chessy, teman sebangkunya.
“Berikan aku alasannya kenapa kamu melakukan ini padaku, Chess?”
“Zra, kamu tenang dulu. Jangan Emosi seperti ini.” Rara tetap mencoba menenangkan Ezra yang sedang naik darah.
“Kamu ikut bersalah, Ra. Jangan sok peduli!” Ezra setengah membentak Rara. Mendengar bentakan Ezra Rara menjadi terdiam, dia takut bersuara lagi.
Disatu sisi, seorang siswa berlari keluar kantin mencari Alby. Dia berharap, Alby bisa membantu menyelesaikan masalah karena dia sepupunya Ezra.
“Al, ayo cepat ikut aku ke kantin.” dia menyeret lengan Alby begitu dia bertemu Alby di koridor sekolah.
“Eh, ada apa ini?” Alby kaget karena tiba-tiba di seret ke kantin.
“Ezra mengamuk di kantin. Dia marah besar kepada Chessy dan Rara. Dia membentak mereka berdua, tapi entah karena permasalahan apa. Yng aku tahu, Ezra merasa kesal karena dia di tolak oleh Chessy, sementara itu katanya Chessy malah lebih memilih om-om daripada Ezra. Ah, singkatnya begitu. Nanti kamu akan tahu sendiri ketika sampai di sana,” jelasnya.
“Ah, yang benar kamu?” Alby terlihat tidak percaya. Sampai di kantin, Alby menghentikan langkahnya, dia berhenti agak jauh dari posisi Ezra, Chessy, dan Rara.
“Maksud kamu apa bicara seperti itu? Kamu jelas memfitnah aku. Aku tidak pernah pergi dengan om-om. Kamu ini bicara omong kosong!” Chessy kini tidak tinggal diam.
“Bohong! Aku melihatnya dengan mataku sendiri, kemarin kamu jalan sama om-om ke mall. Kamu harus mengakui itu! Kamu mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi kamu tidak bisa membohongiku. Bahkan, kamu juga diberikan cincin permata kan?”
“Dan ... om-om itu namanya Abi kan?” Ezra bertanya dengan lantang.
Chessy yang mendengar kalimat terakhir Ezra menjadi naik darah. Rupa-rupanya dia salah sangka kepada abinya. Sekarang, bukan rasa sedih yang dia rasakan karena Ezra sudah menghina dan mempermalukan dia, tapi rasa kesal karena salah paham. Chessy meremas botol minuman kosong yang di genggamnya. Kini, sorot matanya tajam dan sinis ke arah Ezra. Chessy beranjak dari duduknya lalu menampar pipi kanan Ezra dengan kuat, sehingga membuat berdarah sudut bibir Ezra. Tidak sampai di situ saja, Chessy juga menggebrak meja dengan keras, sehingga membuat kaget seisi kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Cinta Sebelah Tangan [END]
RomanceMasa SMA, siapa sih yang nggak ngerti? Rata-rata orang tua juga pernah mengalami masa SMA ketika muda. Masa yang sering dianggap banyak orang, masa paling berkesan ketika muda. Sebab, di sinilah seorang remaja pubertas yang labil mengenal cinta. Nam...