Empat Cinta Sebelah Tangan | Ujian Semester

19 2 0
                                    

“Kamu mau ke perpustakaan?” tanya Alby.

“Em.” Rara mengangguk.

“Apa kita bisa ke sana bersama? Kebetulan juga aku mau mencari beberapa buku untuk kubaca.”

Rara diam sejenak. “Iya, boleh.”

“Terima.kasih.” Alby melempar senyum ke arah Rara.

Mereka pun jalan bersama menuju perpustakaan. Rara berjalan sembari membaca buku seperti tadi, sementara Alby menjadi canggung. Dia ingin berkomunikasi, tapi Rara terlihat sibuk dengan bukunya.

“Apa itu buku Bahasa Inggris?” tanya Alby yang melirik ke arah buku yang Rara bawa.

“Iya.” Rara masih fokus membaca.

“Mmmm.” Alby mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.

Alby memerhatikan Rara yang fokus pada bukunya. ”Seandainya kamu tahu, aku sangat mengagumimu Ra. Tapi, sepertinya perasaan kamu berbeda denganku,” batin Alby.

Sesampainya di perpustakaan Rara bergegas mencari tempat duduk, sementara Alby pergi mencari buku yang hendak ia baca. Ketika sampai di depan rak buku yang tidak begitu jauh di belakang Rara, Alby memberhentikan langkahnya. Tangannya mengambil sebuah buku dan membuka lembaran demi lembaran, tapi pandangannya tertuju pada Rara. Disatu waktu yang sama, dua orang siswi berbincang-bioncang dengan santai di depan mesin fotokopi. Mereka adalah Chessy dan Maira. Mereka sedang memfotokopi selebaran untuk promosi pendaftaran anggota organisasi rohis yang baru.

“Sepertinya ini sudah cukup,” ujar Maira sembari menata beberapa lembar kertas hasil fotokopi.

“Iya, sepertinya begitu. Aku sudah lapar juga,” keluh Chessy.

“Sama.” Maira kemudian memasukkan lembaran kertas itu ke dalam map.

“Yuk!” ajak Chessy sembari menganggeng lengan Maira keluar kantor tata usaha. Ketika berjalan melalui koridor menuju kantin, Chessy dan Maira berpapasan dengan pak Ucup yang berjalan cepat dan wajahnya dihiasi rona kemarahan. Sejenak Chessy dan Maira yang melihat rambut dan baju pak Ucup basah terlihat bingung, namun ketika sudah membelakangi pak Ucup, mereka tertawa kecil.

“Pasti sudah terjadi sesuatu?” tebak Chessy.

“Ya, mungkin saja. Terkadang aku merasa kasihan dengannya, dia sering terkena musibah,” sambung Maira.

“Apa mungkin ...,” Chessy dan Maira bertukar pandang, sambil jari telunjuk kanan mereka saling menunjuk.

“Akibat menjadi guru killer,” ujar mereka hampir bersamaan, lalu tertawa bersama.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Maira dan  Chessy sampai di kantin. Ternyata di kantin sedang ada perbincangan hangat tentang pak Ucup. Hampir semua siswa siswi yang duduk bergerombol membahas tentang kejadian yang menimpa pak Ucup tadi.

Mereka yang tahu kejadiannya, menceritakan ulang kejadian itu kepada mereka yang tidak tahu. Bahkan ada  juga yang memperagakan bagaimana sikap marahnya pak Ucup tadi. Hal itu mengundang gelak tawa semua yang ada di kantin.

“Kalian perhatikan ini baik-baik, ya!” pinta Reza, siswa kelas X IPS 1. Teman-temannya yang bergerombol dengannya nampak serius memperhatikan.

“Siapa yang melakukan ini!” Mata Reza melotot, memperagakan ketika pak Ucup sedang marah tadi.

“Diam! Tidak ada yang lucu. Apa yang kalian tertawakan?” Reza masih melotot ketika memperagakannya dengan khas. Sejenak, teman-teman Reza diam. Namun, tak berselang lama mereka tertawa.

“Wah, sepertinya kamu akan menjadi pak Ucup junior, Za,” ujar salah satu temannya bernama Diaz sembari menepuk pundak kanan Reza. Wajahnya menyungkingkan senyuman lebar.

4 Cinta Sebelah Tangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang