Empat Cinta Sebelah Tangan | Salah Paham!

6 2 0
                                    

~oOo~

"Hai Ra," sapa Chessy yang tiba-tiba mengagetkan Rara.

"Chessy!"

"Apa itu ditanganmu? Surat cinta ya? Sini biar aku yang membacanya," ujar Chessy seraya ingin merampas surat yang ada di tangan Rara.

"Aah ... Bukan apa-apa, hanya surat dari seseorang yang nggak penting," jawab rara sambil menyembunyikan surat yang ada di tangannya itu.

"Sini, biar aku lihat!" Chessy tampak memaksa.

"Bukan apa-apa chess! Jangan memaksaku," balas Rara sedikit membentak.

"Hemm ... Baiklah," ujar Chessy pasrah. Tapi ada sesuatu yang disembunyikan oleh Rara.

"Maaf, aku membentakmu, Chess."

"Iya, tidak apa-apa Ra, aku mengerti itu privasi kamu."

Rara tersenyum kepada sahabatnya itu. Kini keduanya pun beranjak menuju kelas. Karena sebentar lagi jam istirahat akan segera berakhir.

***

Setibanya di ruangan kelas, Sinta menatap Rara dan Chessy dengan tatapan sinisnya. Kemudian ia tersenyum kepada keduanya, "Lihat saja, kebersamaan kalian tidak akan berlangsung lama," pikir Sinta.

Kini mata pelajaran telah usai. Pertanda bahwa kelas akan berakhir. Semuanya bersiap-siap merapikan alat tulis mereka. Dan benar saja tidak menunggu waktu lama, bel pun berdering pertanda waktu pulang. Kini Rara hanya bisa merenung sejenak. "Apa kau harus menemui orang itu?" pikirnya.

"Ra, sepertinya kita tidak bisa pulang bersama, karena aku ada urusan," ujar Chessy yang membangkitkan Rara dari lamunannya.

"Iya, Chess, tidak apa-apa. Aku juga ada urusan."

"Urusan apa?"

Rara hanya terdiam. "Hemm ... Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, assalamualaikum" ucap Chessy.

"Waalaikumsalam," balas Rara.

Sementara itu di balik jendela Sinta menyaksikan percakapan keduanya, "Kini permainan akan dimulai," ketusnya. Seperti ada rasa puas di benak Sinta, jika perusahaan Rara dan Chessy hancur. Seperti rencana yang telah disiapkan oleh Sinta, kini Rara datang ke taman belakang sekolah untuk menjumpai pengirim surat misterius itu.

Tak lama kemudian tampak sesosok pria yang datang menghampiri Rara. "Kak Alby? Apa yang ia lakukan di sini? Apa dia pengirim surat misterius itu? Aah ... Tidak mungkin " banyak pertanyaan yang menggerogoti pikirannya.

"Assalamualaikum Ra,"
"Waalaikumsalam, kak Alby, kakak sedang apa di sini?" tanya Rara yang terlihat kebingungan.
"Loh, bukannya kamu yang mengirimkan surat pada kakak, agar kakak menemuimu sepulang sekolah?" kini berbalik Alby yang bertanya kepada Rara yang terlihat kebingungan.

"Apa? Aku mengirim surat sama kakak?" tanya Rara tak percaya.

"Iya, ini suratnya," jawab Alby sambil menyodorkan sebuah surat yang di situ tertulis atas nama Rara.

"Tapi, bagaimana mungkin? Aku ke sini juga karena ada yang mengirimiku surat, tapi entah siapa?" kini berbalik Rara yang menyodorkan surat misterius itu kepada Alby.

"Benarkah?" Alby bertanya-tanya siapa pelaku yang membuat mereka berada di tempat yang sama. Apa itu ulah Ezra? Ah, tidak mungkin.

"Boleh aku membukanya?" Alby meminta izin kepada Rara.

"Iya kak, silahkan," jawab Rara.

"Hemm ... Sepertinya ini ulah Ezra, anak itu benar-benar nekat, tapi mungkin ini menjadi momen yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku padanya," pikir Alby.
Kini keduanya hening. Rara merasa risih, karena hanya mereka berdua di tempat itu.

4 Cinta Sebelah Tangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang