Bulan | 14 | Masa Lalu (1)

90 14 2
                                    

HAIIII AKU "Heh lo!" sahut kakak kelas bernama Maura dengan pakaian yang ketat dan rok super pendek padahal dirinya masih kelas 8 SMP.

"Iya, lo! Sini!" ajak Maura pada Bulan yang baru saja tergopoh-gopoh akibat telat masuk di hari pertama dirinya sekolah sebagai siswa SMP 25 Jaya Negara di Bandung. Setelah sebelumnya mengikuti MOS.

"Kenapa?" tanya Bulan pada Maura yang sudah ada di hadapannya.

"Kenapa kata lo?! Lo buta apa gimana sih?!" jawab Maura dengan nada tak bersahabat yang membuat Bulan menaikkan satu alisnya.

"Lah lo kok marah sih? Kan gua nanya kenapa lo manggil-manggil gua," ujar Bulan tak terima di bentak.

"Oh lo gak terima gua marah-marah, iya?! Lo tau gak, lo tuh baru masuk gak usah belagu! Masih anak bocah aja udah berani telat!" ujar Maura sambil menatap sengit Bulan.

Bulan hanya diam menanggapi kakak kelasnya itu yang sudah gila sepertinya.

"Aduh ... aduh, kalo lo bacot lagi gua bisa-bisa nambah telat. Udah ya Maura, dah!" ujar Bulan lalu pergi meninggalkan Maura yang sedang panas-panasnya akibat dicuekin oleh adek kelasnya.

"Si Maura sinting kali ya? Osis bukan tapi gayanya sok ngatur sekolah aja."

"Bangsat lo Bulan! Awas aja gua maluin lo di kantin," ujarnya lalu meninggalkan koridor sekolah yang sudah sepi.

***

Suasana kantin SMP 25 Jaya Negara sangat amat ramai. Banyak siswa yang langsung menyerbu tempat-tempat minuman dan makanan.

Bulan yang sudah selesai membeli semangkok bakso dan juga es teh langsung membawanya dengan kedua tangannya.

Ia celingak celinguk melihat meja yang kosong agar bisa duduk. Dari hari pertama MOS, Bulan sudah dapat beberapa teman yang kebanyakan adalah laki-laki.

"Oi Bulan!" sahut seorang laki-laki dari sudut pojok kantin. Terlihat sekali isinya anak-anak laki semua.

Bulan tersenyum lalu berjalan mendekati meja tersebut. "Wah gila lo semua langsung kenal tanpa babibu."

"Gua duduk sini, ya?" tanya Bulan pada segerombolan anak laki-laki yang seangkatan dengannya.

"Yoi! Tadi gua manggilkan emang biar lo duduk di sini anjir!" ujar laki-laki bernama Rahmat itu.

"Woi mat! Sapa nih cewek? Manis banget dah," sahut laki-laki lain yang tidak di kenali Bulan.

"Lo siapa njir namanya? Kok tiba-tiba ada manusia gak gua kenal," ujar Bulan sambil memakan bakso miliknya.

"Wah gila lo berani banget ya omongannya padahal baru kenal. Kayaknya lo biasa ya main sama laki," ujar Rahmat.

"Jelaslah! Bulan Mauli gitu," ujar Bulan sambil terkekeh. "Udah kita makan dulu woi!"

Akhirnya mereka semua makan dengan lahap walaupun terkadang masih ada beberapa anak yang mengajak ngobrol bahkan melontarkan guyonan. Bulan terlihat langsung nyaman dan akrab seperti sudah kenal sebelumnya.

Sedang asik-asiknya makan Bulan melihat ada anak perempuan dengan wajah dingin dan jutek sedang duduk sendirian di meja ujung tempat ia makan. Terlihat sekali bahwa gadis itu tidak nyaman karena diganggu beberapa anak laki-laki— yang anak baru atau kakak kelas.

Bulan bangkit dari duduknya lalu menyedot minuman es teh miliknya sambil berdiri.

"Woi anjir Lan! Duduk bego, anak perawan kok minum berdiri," celetuk Asep.

"Diem lo Sep. Gua mau kesana dulu ya guys!" ujar Bulan sambil mengarahkan tangannya ke ujung meja yang di maksud.

"Woi Lan sabar," ujar Rahmat mencegah.

Bulan [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang