Hari ini Bulan akan bertemu dengan Galang pulang sekolah. Sejak pelajaran awal hingga kini, ia tidak bisa fokus ke guru ataupun tugas yang diberikan.
Bahkan di kantin pun ia tidak bisa makan. Selera nafsunya seketika menghilang. Bulan seperti orang gila yang gak tau harus berbuat apa.
"Lo kenapa sih?!" kesal Lili di sebelahnya.
"Gua juga gak tau Li," balas Bulan sekedarnya.
"Lo kalo emang gak siap ketemu Galang, mending gak usah. Daripada lo kayak gini. Gua yang pusing liat lo begini," omel Lili pada Bulan.
Bulan membuang nafasnya. "Gua juga gak mau begini dan gak tau harus gimana Li."
"Lan, lo yakin sama diri lo? Lo udah siap dengerin semua penjelasan Galang? Lo udah siap natap mata dia? Lo udah siap ngerasain sakit tentang kejujuran dia ketika lo pergi? Lo beneran yakin?" tanya Lili panjang lebar pada Bulan.
"Gua harus siap gimana pun caranya. Gua mau semuanya selesai hari ini Li. Gua gak mau sampe Bokap gua denger masalah ini. Yang ada nambah rumit," ujar Bulan frustasi.
"Lagian Bokap lo juga gak mau dengerin penjelasan lo sih. Padahalkan Galang udah ngelarang lo buat gak usah ikutan tawuran segala. Ikutan balap motor aja lo maksa, ampe Galang kesel dan frustasi sendiri. Lo sendiri yang nakal, Galang udah larang lo keras tapi tetep aja dia tuh. Bucin tingkat dewa ke lo. Lo marah langsung di turutin. Kadang gua mikir, Galang tuh sebenernya ketua tempur bukan sih?" kata Lili heran.
"Udahlah kok lo malah bahas masa lalu? Mau bikin gua nambah stres apa?" tanya Bulan kesal.
"Ya abisnya lo sekarang aja udah kayak orang mau mati goblok! Kesel gua sama lo! Kalo gak gua ajak bolos di jam terakhir. Gak bakal bisa gak gua omelin lo sekarang," kesal Lili lalu menyenderkan punggungnya di kursi yang berada di rooftop sekolah.
"Lagian lo sih, sok jadi perempuan tulen yang dingin. Najis banget sialan," cibir Bulan yang membuat Lili langsung menoleh kepadanya.
"Eh Bulan! Lo ya yang bikin gua begini. Gua mana mau bicara panjang lebar kalau bukan bergaul sama lo!" ketus Lili kesal.
Hening. Tak ada balasan dari Bulan hingga Lili menoleh kepadanya dengan heran.
"Udahlah gak usah dipikirin nanti gimananya. Pasti bakalan beres santai aja. Dan untuk masalah rumor itu cepet atau lambat bakalan ilang juga. Santai aja lo! Kalo lo tegang dan gugup apalagi kepikiran terus. Bisa-bisa lo kabur nanti. Gak bakalan ketemu dah ama Galang hari ini," ujar Lili yang membuat Bulan bangkit dari duduknya.
"Gua ... jahat banget ya?" tanya Bulan melantur.
"Hah?" bingung Lili, ia pun bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Bulan dengan tatapan heran.
"Maksud lo apa? Jahat apanya?"
"Gua ninggalin orang tanpa alasan yang bener. Gua gak tau gimana kalau gua yang di posisi Galang. Apa gua masih mau nemuin dia?" tanya Bulan sedih.
"Lan," panggil Lili sambil memegang bahu Bulan.
"Galang itu sayang dan cinta banget sama lo. Lo itu cewek pertama yang jadi pacarnya. Lo cewek yang bisa buat dia nurut padahal kita semua tau kalau dia disegani banyak orang apalagi di Bandung. Lo cewek yang bisa buat dia nyaman dan terbuka tentang masalah hidupnya. Lo cewek yang menjadi rumah dia selama ini. Dia pasti takut kehilangan lo. Gua gak bisa jelasin detail reaksi dan aksi dia saat lo pindah secara dadakan waktu kelas 8 SMP."
***
Bulan sedang menunggu Galang di sekolahnya. Tadi Galang mengirimkan pesan bahwa ia akan menjemput Bulan. Awalnya Bulan menolak takut nanti orang-orang nambah membicarakan dia lagi. Tetapi Galang memaksa, membuat Bulan terpaksa mengikuti kemauannya. Sebenarnya sih dia gak sanggup denger ucapan permohonan Galang. Namanya juga masih cinta dan sayang sama mantan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan [Completed✔️]
Fiksi RemajaBulan. Apakah Bulan yang di maksud adalah Bulan Sabit? Atau Bulan Purnama? Bukan, ini bukan Bulan yang hadir di malam hari itu. Tetapi Bulan yang di maksud adalah seorang gadis remaja yang terkenal dengan image tomboy dan pintar di sekolahnya. Sikap...