Bulan | 21 | Mencari Kebenaran

61 7 0
                                    

"Makasih!" ujar Bulan ketus lalu berbalik membelakangi Gema.

Setelah Gema pergi. Bulan menoleh ke belakang lalu membuang nafasnya.

"Huh! Tadi kenapa suasananya aneh banget sih!"

"Jantung gua kenapa jadi deg-deg-an? Mana tadi gua nahan nafas pula."

***

"Nih," ujar Bulan memberi minuman es teh kepada Gema yang masih sibuk dengan properti pensi.

"Sibuk banget!" sahut Bulan karena minuman buatannya tidak disenggol sama sekali oleh Gema. Bahkan kehadirannya tak dianggap.

"Nyebelin banget sih!"

"Gua pulang deh," ujar Bulan lalu bangun dari duduknya dan berdiri mengambil tas selempang miliknya.

"Nanti," cegah Gema.

Bulan menoleh ke Gema. "Ya abisnya gua dicuekin sih. Mending balik gua."

"Duduk sini, bantuin gua," suruh Gema.

"Anjir! Guakan udah bantu belanja tadi. Ogah amat gua disuruh beresin barang!" tolak Bulan.

"Cepet sini," ajak Gema.

"Gak mau!"

"Cepet Bulan."

"Gua bilang gak ya gak Gema!"

"Duduk sini."

"Gua bi-"

Ucapan Bulan terhenti karena Gema menarik tangan Bulan. Namun tubuh Bulan malah menabrak tubuh Gema. Sehingga Gema jatuh tak siap karena jatuhnya Bulan tanpa aba-aba.

Dengan keadaan setengah duduk Gema tertimpa Bulan. Gema menahan dirinya agar tidak jatuh hingga berbaring di sofa.

Bulan membelalakan kedua matanya kaget. Begitu juga dengan Gema. Jarak yang sangat dekat bahkan lebih dekat dari kejadian canggung di dapur. Deru nafas Bulan dan Gema sangat amat terasa. Bahkan baik Bulan maupun Gema bisa merasakan getaran detak jantung masing-masing.

Sampai akhirnya Bulan mengerjapkan kedua matanya dan bangun dari keterjatuhannya. Dia merapikan rambutnya asal. Padahal rambutnya tak berantakan sama sekali.

Gema pun sama ia bangun membenarkan posisi duduknya. Sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lo sih! Jatohkan gua!" sahut Bulan ketus.

"Modus!" celetuk Bulan sambil memasang muka kesal ke hadapan Gema.

"Ayok Lan lo harus ngoceh lagi biar gak ketara lo juga kaget barusan!"

"Dibilang gak mau maksa sih! Jadinya kan-"

"Bisa diem gak?" sahut Gema.

Bulan berdecak. "Gua beneran mau pulang!"

"Bantuin gua sebentar."

***

"Pegel semua badan gua gara-gara lo!" sahut Bulan yang sedang rebahan di sofa apartemen Gema. Sedangkan Gema duduk di sofa lain.

Tadi Bulan terpaksa harus membantu Gema. Karena selain takut rahasia kejadian di Stadion tersebar. Ia juga tak terlalu bisa menolak keinginan Gema. Karena Gema adalah sahabat kecilnya.

Bulan bangkit dari kegiatan rebahannya. Ia duduk menyilang menghadap Gema.

"Woi!" sahut Bulan.

Gema melihat Bulan tanpa menjawab.

"Gua ada cerita, mau denger gak?" kata Bulan.

"Kalo gak jelas mending gak usah," ujar Gema.

"Enak aja! Dengerin dulu dong!"

Bulan [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang