Perlombaan di lanjutkan dengan sesi anak laki-laki yang berlomba. Bulan duduk di kursi tribun bersama teman-teman yang lain.
Saat nama SMA Perdana diucapkan lewat microphone. Lili langsung menarik tangan Bulan menuruni tribun.
Bulan yang ditarik tiba-tiba hanya bisa diam dan mengikuti arah tarikan Lili.
Ternyata Lili menariknya ke luar Stadion dan duduk di kursi warung depan Stadion.
"Li, lo laper?" tanya Bulan pada Lili di sebelahnya.
"Lo belum makankan?" tanya balik Lili pada Bulan.
"Ini udah waktunya makan siang. Kita makan aja dulu di sini," sambungnya.
"Bi, pesen soto ayam 2 ya Bu. Yang 1 gak usah kasih kacang, yang 1 lagi gak usah kasih bawang goreng," ujar Lili pada Bibi penjual warung.
"Masih inget aja kalo gua gak suka kacang," celetuk Bulan sambil terkekeh.
"Iyalah jelas!" seru Lili.
"Li," panggil Bulan.
"Apaan?" jawab Lili.
"Gua masih gak konek sama omongan lo," ujar Bulan membahas kejadian di ruang ganti yang membuat Lili menoleh ke arahnya.
Lili berdecak sebal. "Lo mah emang begonya ampe ke akar rambut Lan."
"Ya abisnya lo ngasih info aja setengah-setengah. Udah kayak jawab teka teki silang!" ketus Bulan.
"Udah lo denger aja sekarang. Kalo lo liat sesuatu di luar kepala. Lo harus berhenti jangan kabur. Selesaiin ampe tuntas, oke?" ujar Lili.
"Selesaiin apaan sih? Ada orang lain yang tau masalah dulu?" tebak Bulan.
"Enggak. Udahlah! Males gua bahasnya," kesal Lili.
"Lo aja kayak gini kesel, apalagi gua yang udah lo buat kesel dan kebingungan dalam satu waktu," ujar Bulan.
Lili menatapnya datar.
"Tau ah!" ujar Bulan kesal.
"Ini Neng soto ayamnya," sahut Bibi penjual warung kepada Bulan dan Lili.
"Makasih Bi," ujar Lili sambil tersenyum manis kepada Bibi penjual.
Mereka pun memakan soto masing-masing dalam keheningan.
Setelah makanan keduanya habis. Barulah Bulan mulai berbicara.
"Li," panggil Bulan.
Lili hanya menoleh dan bergumam sebagai jawaban
"Lo bisa ceritain gak gimana masa kecilnya Gema," ujar Bulan yang membuat Lili mengerutkan keningnya.
"Gema? Lo ngapain nanya-nanya dia?" tanya Lili bingung.
"Ya," jawab Bulan panjang menggantungkan jawaban.
"Gapapa, emang gak boleh?" alibi Bulan.
"Ya boleh sih. Tapi, aneh lo, tiba-tiba mau tau masa kecil dia," ujar Lili masih bingung sekaligus curiga.
"Lo gak sukakan sama dia?" selidik Lili.
"Atau malah kebalikan kalimat itu?" tebak Lili.
"Ih apaan sih!" seru Bulan tak terima.
"Mana ada gua srek ke dia Li! Ngadi-ngadi aja lo bisanya," ujar Bulan membela dirinya.
"Ya biasa aja kali kalo gak suka mah, gak perlu sewot-sewot!" ketus Lili.
"Yaudah buru. Gimana masa kecil Gema?" tanya Bulan mengembalikkan topik pembicaraan yang tadi.
"Gak gimana-gimana sih. Dia sama aja kayak dulu. Sama-sama es batu!" ungkap Lili menerawang Gema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan [Completed✔️]
Ficção AdolescenteBulan. Apakah Bulan yang di maksud adalah Bulan Sabit? Atau Bulan Purnama? Bukan, ini bukan Bulan yang hadir di malam hari itu. Tetapi Bulan yang di maksud adalah seorang gadis remaja yang terkenal dengan image tomboy dan pintar di sekolahnya. Sikap...