Thirty Six || PP : Promise?

22.5K 1.9K 214
                                    

Ayo Vote Sebelum dan Comment Sesudah Membaca~

*****

Sepulang Carissa dari rumah sakit, Meilin merasa ada yang aneh dari temannya itu. Carissa lebih banyak melamun dan menghela napas berat. Sesekali manik hijau Carissa berpendar sedih, namun detik selanjutnya berubah menjadi datar.

Meilin rasanya lebih baik melihat Carissa yang marah-marah dan terang-terangan sedih seperti kemarin daripada yang tidak jelas seperti sekarang. Meilin jadi tidak bisa membaca pikiran Carissa saat ini.

Masih mengunyah cereal di tangannya, manik hitam Meilin mengikuti langkah Carissa dari balkon kamar, ke meja rias untuk menyisir rambutnya, lalu masuk ke kamar mandi, dan keluar lagi, menuju ke atas ranjang.

"Mei. Cerealmu sudah habis." Seru Carissa menyadarkan Meilin jika sejak tadi gadis itu hanya menyendok angin ke mulutnya sedangkan mangkuknya sudah kosong.

Meilin menyerah. Ia penasaran setengah mati sekarang.

Gadis itu segera meletakkan mangkuk dan sendoknya ke atas meja dan menyusul Carissa ke atas ranjang.

Meilin menarik boneka koala biru disana dan memeluknya. "Cary, sebenarnya apa yang terjadi padamu hari ini?"

Carissa yang tadi berbaring, akhirnya menarik tubuhnya untuk ikut duduk berhadapan dengan Meilin. Carissa memang berencana untuk memberitahu gadis yang sudah ia anggap sahabatnya itu.

"Apa kau pernah mendengar nama Derald, Svarnoquez, Roscoe dan Alfonso?" Tanya Carissa.

Manik gelap Meilin mengerjap-ngerjap beberapa saat. "Pernah kecuali Alfonso."

Carissa mengangguk memaklumi jika Meilin juga tidak mengenal nama Alfonso seperti dirinya tadi. "Menurutmu.. seberapa besar kekuasaan mereka?"

Meilin menatap Carissa malas. "Come on Cary. Apa kita sedang menjawab ujian essay bisnis?"

"Jawab saja!" Ujar Carissa membuat Meilin berdecak malas.

"Ck! Ok! Kekuasaan mereka benar-benar gila." Jawab Meilin.

"Mereka semua sahabat Nick." Ucap Carissa lansung.

"Lalu?" Sahut Meilin santai menatap Carissa aneh.

Carissa mengernyitkan dahinya bingung. Apa memang hanya dia saja yang kaget?

"Lalu apa? Mereka bersahabat! Apa kau tidak terkejut??" Tanya Carissa kebingungan.

"Cary, sudah hal yang biasa bagi orang-orang seperti mereka menciptakan circle-nya sendiri. Apa yang perlu di kagetkan? Itu seperti orang kaya maunya berteman sama orang kaya. Yang pintar dengan yang pintar, yang berkuasa tentu saja dengan yang berkuasa." Jelas Meilin santai.

Benar juga. Meilin juga berasal dari keluarga yang berada. Gadis itu pasti sudah sangat biasa dengan zona kalangan atas mereka.

"Ok. Lupakan soal itu. Tadi pagi, aku bilang ingin menjenguk temanku yang dari New York bukan?"

Meilin mengangguk sambil menatap Carissa penuh penasaran. Pasalnya Meilin ingin juga menemani Carissa ke rumah sakit, tetapi Carissa tidak mengijinkannya dan menyuruh Meilin tidak bolos kelas lagi hari ini.

Sebenarnya Meilin tau itu hanya alibi Carissa agar Meilin bisa mengabsenkan Carissa di kampus tadi. Meski kesal dengan alibi Carissa, Meilin tetap melakukan perintah Carissa padanya.

"Dia lelaki bernama Brandon Choser. Sebenarnya dia kekasih kakak kembarku." Lanjut Carissa.

Manik hitam Meilin mengerjap-ngerjap lucu. "Kakak kembarmu yang kau bilang.."

Perfect Partner || The Truffatore #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang