Forty Seven || PP : Find You

25.1K 2.4K 613
                                    

Ayo Vote Sebelum dan Comment Sesudah Membaca~

*****

Kenneth sedang mengobati wajahnya yang babak belur dengan kantong berisikan es. Ia mengadahkan wajahnya ke langit-langit ruang tamu dan meringis ketika dinginnya es menyentuh bagian lukanya yang cukup parah.

Sofa tempat ia duduk tiba-tiba melesak, seseorang duduk di sebelahnya. Kenneth memalingkan wajahnya menatap orang tersebut yang juga membawa kantong es bersamanya.

"Lukamu lebih parah." Ucap Kenneth sembari terkekeh.

"Percayalah aku bisa menang jika saja Sean tidak ikut campur." Balas Nick, ikut menyandarkan kepalanya ke punggung sofa dan memandangi langit-langit ruang tamunya.

Kenneth kembali menengadahkan kepalanya menatap ke atas. "Aku tidak bermaksud menipumu."

Nick menutup matanya. Beberapa detik tanpa jawaban, akhirnya Nick bersuara. "Kembalikan dia padaku dan aku akan memaafkanmu."

"Dia bukan sebuah barang Nick. Jika dia tidak ingin kembali padamu, apa yang bisa kau lakukan?" Bujuk Kenneth.

Sudah sejak tadi Nick terus meminta Morgan untuk membawanya ke summer house tengah malam begini dan beruntung dengan bujukkan dari mereka bertiga, akhirnya Nick mengalah dan mendengarkannya untuk berangkat besok pagi saja.

Dan berakhirlah mereka disini. Di penthouse milik Nick karena lelaki itu tidak mau pulang ke rumahnya. Nick yakin jika Celia -ibunya- akan mengomelinya habis-habisan jika melihat lebam dan luka di wajahnya.

Nick mengepalkan tangannya dengan erat. Kelopak matanya yang terpejam tampak bergetar. Ia menipiskan bibirnya ketika berkata, "Dia harus kembali padaku, Ken. Harus."

Kenneth hendak menyela, namun suara bel menghentikan kalimatnya. Tak lama, Niel keluar dari kamar melintasi ruang tamu dan membuka pintu.

Sesosok lelaki merengsek masuk dengan langkah yang lebar. Matanya bergerak cepat mencari seseorang. Ketika menemukannya, lelaki itu mendekati mereka.

"Sean?" Seru Kenneth yang kaget dengan kedatangan Sean. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan lelaki itu tidak biasanya keluyuran lagi sejak ia menikah.

Tanpa di duga, Sean menarik kerah baju Nick, membuat lelaki yang sedang memenjamkan matanya itu terpaksa menatap Sean di depannya.

Sean hampir saja kembali melayangkan tinjunya kepada Nick. Kenneth segera melempar kantong esnya dan menahan tangan Sean. Niel disana segera menarik Sean menjauh.

"Sean, ada apa? Kenapa kau bisa disini?" Tanya Kenneth kebingungan.

Mata Sean berkilat marah. "Kau masih bertanya! Sara mengunciku lagi diluar rumah!" Jawab Sean berapi-api.

"Wajah Nick sudah babak belur Sean. Tenanglah." Ucap Niel disana.

Nick masih duduk di sofa dengan santai sambil menunjuk wajahnya. "Ingin menambahkan lebam yang baru? Masih ada space kosong disini."

Sean berhenti memberontak. Ia menatap wajah Nick dengan kaget. "Kenapa kau jadi jelek sekali?"

"Thanks to you and Kenneth." Balas Nick malas.

Setelah merasa Sean akhirnya tenang, Niel dan Kenneth baru melepaskannya. Mereka duduk di sofa ruang tamu disana. Sean mengeluarkan ponselnya, tampak menekan sesuatu disana dan menempelkan ponselnya ke telinga.

Beberapa detik kemudian Sean menghempaskan ponselnya dengan frustasi ke atas meja. "Sara tidak menjawab panggilanku." Ucap Sean.

"Sudah larut sekali Sean. Sara mungkin sudah tidur." Ucap Niel.

Perfect Partner || The Truffatore #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang