Ayo Vote Sebelum dan Comment Sesudah Membaca~
*****
Tok!
Tok!
"Cary, apa kau sudah tertidur?" Seru Meilin dari balik pintu.
"Masuklah, Mei. Aku belum tidur." Jawab Carissa sambil menutup novel yang sedang ia baca.
Pintu kamar terbuka dan sosok gadis Asia bersurai gelap itu muncul di baliknya. Meilin memasuki kamar Carissa dan berjalan mendekat.
"Cary, i want to talk to you." Ucap Meilin tampak sedikit ragu.
Hal itu membuat kening Carissa berkerut. Ia menepuk sisi ranjangnya yang kosong, menyuruh Meilin untuk duduk di sampingnya.
"Ada apa Meilin?" Tanya Carissa begitu Meilin sudah duduk di sampingnya.
Meilin meraih bantal disana dan memeluknya. Jemari kecilnya bermain di sarung bantalnya tampak gugup. Manik gelapnya menatap ke bawah.
Carissa menyentuh pundak Meilin lembut. "It's ok. Kau bisa mengatakan apapun padaku, Mei."
Meilin mengangkat kepalanya dan menatap Carissa. "Cary, sebelum aku mengatakan apapun. Aku ingin memperjelas bahwa aku selalu berada di pihakmu."
Carissa mengangguk. "I know."
Meilin menarik napas dan menghembuskannya. "But i know you aren't happy here."
"What you mean? I'm happy Mei." Balas Carissa
Meilin menggelengkan kepalanya. "Kau semakin kosong dan walaupun aku tau kau masih Carissa sahabatku, but there is something changed with you."
"Tidak ada yang berubah dariku, Meilin." Jelas Carissa tampak kebingungan.
"Kau masih belum melupakannya dan meski lima tahun berlalu, kau masih mencintainya. Cary, aku tidak mengerti kenapa kau menyiksa dirimu sendiri atas hal yang sepenuhnya bukan kesalahanmu." Sahut Meilin berhasil membuat Carissa terdiam.
Meilin meraih tangan Carissa dan menggenggamnya erat. "Perasaanmu masih sama. Hal yang berubah hanyalah kau semakin tidak memiliki emosi. Meski kau tersenyum, senyummu bahkan tak sampai ke matamu. Dan sering kali aku menangkapmu kembali melamun. Seperti makan malam tadi, kami semua sibuk berbicara sedangkan kau hanya terdiam dengan pandangan yang kosong. Kau sedang memikirkannya bukan?" Tanya Meilin sambil menatap manik hijau Carissa lekat.
Carissa mengedipkan matanya berkali-kali. Meilin seperti dengan mudah membacanya melalui tatapannya. "Mengesampingkan semua itu, ini adalah jalan terbaik bagiku, Mei."
Sekali lagi, Meilin menggeleng. "Ini akan menjadi jalan terbaik jika memang kau berubah menjadi lebih baik. Tetapi semua rencana pelarian ini aku rasa hanya cara lain untukmu menyiksa dirimu sendiri. Kau sibuk bersembunyi, kabur dan mengurung dirimu di tempat terpencil ini sendirian. Kau seperti seorang pendosa yang berusaha kabur dari dunia, but we are know you are not a sinner!"
"Awalnya aku merasa kau benar. Kau harus kabur dari lelaki itu karena aku berpikir jika kau lepas darinya, kau akan menemukan kebahagiaanmu tanpa dihantui olehnya. Tetapi sekarang.. setelah aku melihat dirimu yang sekarang, aku merasa you are happier when you're with him." Lanjut Meilin.
"I am Mei. I would be much happier but at the same time, I would get hurt again. And i don't want to." Balas Carissa. Manik hijaunya berkaca-kaca. Sejak hari dimana ia menangis di samping Nick pada hari itu, Carissa tidak pernah menangis lagi. Ia terus berusaha meyakinkan dirinya jika ia baik-baik saja dan inilah jalan terbaiknya. Tetapi sekarang, Carissa merasa perkataan Meilin, membangkitkan perasaannya yang sesungguhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/147616992-288-k679425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Partner || The Truffatore #2
RomanceHR #6 Roman 21++,, Manusia di bawah umur tolong minggir :) ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆ Carissa hanya ingin memenuhi keinginan kakak kembarnya yang telah tiada. Ia berani berbuat nekat demi kakak kembarnya. Pertemuannya dengan seorang lelaki yang menu...