Perfect Partner || Nineteen : That Bastard!

77.3K 4.4K 161
                                    

Ayo Vote Sebelum dan Comment Sesudah Membaca~

*****

Nick baru memasuki ruang depan rumahnya ketika Celia lansung berhambur ke arahnya dengan raut wajah panik.

"Nick! Ada apa dengan wajahmu?" Seru Celia sambil sedikit menyentuh lebam di sudut bibir kiri Nick.

Nick meringis pelan dan menjauhkan jari Celia dari wajahnya. "Hanya pukulan kecil." Sahut Nick mencoba tenang.

Celia berdecak tidak setuju. "Pukulan kecil? Wajahmu jadi lebam begitu dan astaga, sudut bibirmu koyak! Kau berkelahi? Siapa lelaki yang berani menghajar putraku?!" Seru Celia dengan galak.

Mengabaikan Celia, Nick segera menuju tangga yang mengarah ke kamarnya. Lelaki? Apa yang akan di katakan ibunya jika tau luka dan lebam di wajahnya ini hanya karena seorang wanita sialan itu! Clarita bahkan mengambil mobilnya sehingga Nick terpaksa pulang dengan mobil pengawalnya. Dasar pencuri kecil!

"Nick! Jawab Mom! Siapa yang memukulimu? Apa kau membalasnya juga?" Serbu Celia dengam berbagai pertanyaan. Langkah kakinya mengejar langkah Nick yang lebar di tangga.

"Sudahlah Mom. Aku ingin beristirahat." Sahut Nick dengan jengah. Ia tidak sedang di dalam mood yang baik untuk meladeni kecerewetan ibunya.

Namun Celia bukanlah orang yang akan mengerti bahasa tubuh seseorang. Ibunya adalah wanita paling tidak peka di dunia. "Jangan beristirahat dulu. Mom akan mengobati lukamu."

*****

"Jadi kau kalah dalam perkelahian itu? Ck! Kau seharusnya balas memukulinya sampai lebam juga! Berani-beraninya lelaki itu memukul wajah tampan putraku sampai hancur begini." Omel Celia sambil menekankan obat pada luka sobek di sudut bibir Nick.

Nick menghela napas berat. Ibunya masih saja menarik kesimpulan seorang diri. "Wajah putramu akan tetap tampan bahkan dengan luka sobek ini Mom. Jangan berlebihan." Balas Nick.

"Beritahu Mom siapa yang memukulimu. Biar nanti Mom telepon Daddy biar membalas lelaki itu." Seru Celia dengan antusias.

"Come on Mom. Aku bukan anak kecil lagi yang membutuhkan kekuatan orang tua dengan masalah sekecil ini. Aku akan mengurus masalahku sendiri."

Celia hendak protes, namun ia urungkan. Walau masih merasa kesal dengan entah siapa yang memukul putranya, ia memilih diam dan melanjutkan mengoleskan obat pada luka lebam di pipi Nick.

"Pastikan kau membalasnya. Jika tidak Mom tidak akan tenang!" Ucap Celia sebelum meninggalkan kamar Nick.

Nick hanya mengangguk ringan dengan malas. Memangnya siapa yang kena pukul? Kenapa jadi ibunya yang tidak tenang?

Nick membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuknya. Matanya menerawang ke langit-langit kamar yang gelap. Sudut bibirnya masih berkedut perih seolah memaksa Nick untuk terus mengingat pelaku pemukulan tadi.

Tanpa disadari, kedua tangan Nick mengepal erat di sisi tubuhnya. Kenapa semua rencananya selalu gagal bersama wanita itu? Padahal ia hendak menghukum Clarita karena menendang adiknya di apartmentnya dulu dengan mempermainnya lebih jauh. Namun semua itu justru gagal dan berakhir menjadi senjata makan tuan. Wanita itu begitu mudah mengendalikannya, menghilangkan fokus dan tujuan utamanya hanya dengan berdiri di hadapannya.

Nick seharusnya tau jika wanita itu berbahaya. Ia seharusnya berhenti sekarang sebelum semuanya menjadi terlambat. Namun ketakutannya akan dampak wanita itu baginya ternyata jauh lebih kecil dibandingkan dengan keinginan terbesarnya untuk mengendalikan wanita itu di bawahnya.

Wanita itu bagaikan bunga mawar yang berduri. Tanganmu akan terluka oleh durinya, namun keindahan bunga itu akan terus menarikmu untuk terus menyentuhnya. Maka yang perlu ia lakukan sekarang hanyalah satu. Yaitu memangkas duri tersebut dari bunga mawarnya.

Perfect Partner || The Truffatore #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang