Forty || PP : Dream

23.5K 2.4K 669
                                    

Ayo Vote Sebelum dan Comment Sesudah Membaca~

*****

Nick berlari.

Manik coklatnya bergerak gelisah ke kanan dan ke kiri, mencoba mencari punggung wanita yang ia rinsudukan. Namun keramaian dan hiruk pikuk disekitarnya justru membuat Nick kesulitan.

Napasnya memburu dan meski Nick berusaha menarik napas yang panjang, rasa sesak di dadanya tak kunjung surut, justru semakin menyesakkan seiring dengan detik yang berlalu.

Tak hilang akal, Nick segera menuju ke parkiran mobil. Ia mengemudikan mobil sportnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Rambu lalu lintas ia terobos sambil mengabaikan bunyi klakson mobil-mobil lainnya yang protes.

Bunyi sirene mobil polisi mengikutinya dari belakang. Terdengar suara peringatan dari polisi agar Nick menepikan mobilnya. Tetapi saat ini Nick tidak perduli.

Mengabaikan suara peringatan tersebut, Nick larut dalam bunyi detakan jantungnya yang berdebar keras. Sesekali Nick memijit bagian dadanya karena sesak yang sulit Nick jelaskan.

Tangan kekarnya yang menggenggam stir berkeringat. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada satu tempat.

Ia harus segera tiba disana dan mengobati rasa sesak di dadanya. Rasa ini membuat Nick tidak nyaman. Ia merasa begitu asing dan Nick tidak menyukainya.

Mobil hitam itu akhirnya berhenti disebuah bangunan besar dengan pagar tinggi menjulang di depannya.

Nick melompat turun dari mobilnya dan menekan bel rumah disana berkali-kali. Ia bahkan hampir meninju kotak bel tersebut jika saja kedua tangannya tidak lansung di tahan oleh dua orang polisi yang memiting kedua lengannya.

"Sir! Anda melanggar rambu lalu lintas dan tidak kooperatif dengan polisi." Ucap salah seorang polisi itu penuh peringatan.

Nick berusaha melepaskan kedua tangannya dari cengkraman polisi itu ketika seseorang muncul dari balik gerbang tersebut.

"Ada apa disini?" Seru suara itu tegas.

Entah mendapatkan kekuatan darimana, Nick menghempaskan kedua tangannya kuat hingga kedua polisi tersebut terhempas. Nick merengsek maju dan mengguncangkan gerbang besar di hadapannya.

Manik coklat Nick berkilat tajam penuh amarah. Ia menatap lelaki paruh baya di depannya seolah-olah akan membunuhnya.

"Dimana Meilin An!" Seru Nick dengan geraman.

Tony An yang melihat Nick seketika mengenali wajah tersebut. Ia tampak cukup kaget. "Nickhelson Whitleigh?" Tanya Tony An tidak percaya.

"PANGGIL MEILIN AN KELUAR!" Bentak Nick semakin keras dan terus mengguncang gerbang besarnya.

Kedua polisi yang berhasil berdiri kembali, hendak menghampiri Nick. Namun Tony An mencegah mereka berdua dengan mengangkat tangannya.

"Officer, tunggu sebentar. Dia adalah Nickhelson Whitleigh." Jelas Tony An pada kedua polisi disana yang membeku sejenak mendengar nama Whitleigh.

Tony An melambaikan tangannya menyuruh kedua polisi tersebut pergi. "Terima kasih sudah melaksanakan tugas anda dengan baik, tetapi lebih baik anda pergi." Seru Tony An.

Kemudian kedua polisi tersebut mundur. Setelah menunduk sejenak pada Tony An dan punggung Nick, mereka akhirnya pergi.

Tony An menyuruh security rumahnya untuk membuka gerbang. "Mr.Whitleigh." Sapa Tony An.

Berbeda dengan raut keramahan Tony An, Nick justri melangkahkan kakinya lebar-lebar mendekati lelaki paruh baya itu.

Ketika jarak mereka menipis, kedua tangan Nick terjulur mencengkram kerah baju Tony An dengan kuat. "Aku bertanya padamu dimana Meilin An!" Desis Nick.

Perfect Partner || The Truffatore #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang