Perfect Partner || Fourteen :

84K 4.5K 81
                                    

Ayo Vote Sebelum dan Comment Sesudah Membaca~

*****

Carissa menegak salivanya kasar dan pasrah. Ia hampir membalikkan tubuhnya,

"Buatkan aku kopi dan antarkan ke ruang rapat secepatnya." Sambung suara bariton itu sebelum melepaskan tangannya dari bahu Carissa. Selanjutnya, Carissa mendengar derap langkah yang menjauh darinya dan suara pintu ruang rapat yang terbuka dan tertutup kembali.

Lutut Carissa terasa begitu lemas hingga ia jatuh terduduk di lantai koridor dan bernapas lega karena ia tadi lupa cara untuk bernapas.

"Oh my.. aku bisa cepat mati jika seperti ini."

*****

Sedangkan Nick di ruangan rapatnya, Nick terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya mengusir pemikiran aneh disana. Ia merasa gila karena ketika ia menyentuh bahu office girl tadi, pikiran Nick lansung melayang ke bagaimana jika bahu yang ia pegang tadi telanjang dan bokong indah yang tadi menggoda matanya, ia remas dan tepuk dengan keras. Namun Nick kembali mengingat jika wanita berambut pirang tadi adalah seorang office girl. Nick tidak mungkin bernafsu pada wanita berbau keringat seperti itu.

Nick tersadar dari lamunannya setelah sekretarisnya -Miya- menepuk pelan bahu Nick dan menyadari jika para anggota rapat sudah memperhatikannya dengan alis berkerut. Mereka datang secepatnya untuk rapat dadakan dan sekarang mereka harus duduk untuk lima menit melihat pemimpin mereka melamun kemudian terkekeh dan menggelengkan kepala dan kembali serius.

Nick berdehem pelan dan membuka map yang berada di hadapannya. "Kita mulai rapatnya sekarang."

*****

Carissa menunggu Diana di depan ruang rapat dengan cemas. Ia meminta agar Diana-lah yang mengantarkan kopi untuk Nick di dalam. Tidak mungkin Carissa, karena itu sama saja dengan tindakan bunuh diri.

"Cary!" Panggil Diana.

Carissa membalikkan tubuhnya dan menggunakan isyarat tangan agar Diana segera menghampirinya. "Tolong aku berikan kopi ini pada Nick- maksudku pada Mr.Whitleigh di dalam." Ucap Carissa sambil mendorong nampan dengan segelas kopi di atasnya pada Diana.

Diana menerima nampan itu dengan alis berkerut. "Kenapa tidak kau saja?"

"Aku ada pekerjaan lain. Kau tau kan tidak hanya satu ruangan rapat disini. Aku harus segera membersihkan ruangan lainnya."

Diana memicingkan matanya mematap Carissa yang panik. "Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu, Cary."

Carissa menggelengkan kepalanya berulang kali. "No.. nothing, Diana. Please, just help me with this."

"Aku tidak akan membantumu jika kau tidak menceritakan apa yang kau sembunyikan, Cary."

"Aku tidak menyembungikan apapun, Diana."

"Yes you're"

"No."

Diana kembali mendorong nampan itu pada Carissa. "Aku angkat tangan."

"Ok! Aku akan menceritakannya padamu setelah kau membantuku dengan kopi sialan ini." Seru Carissa dengan frustasi. Beruntunglah dia karena ruangan rapat itu kedap suara sehingga pembicaraan mereka takkan terdengar sampai ke dalam ruangan.

Diana tersenyum manis dan mengambil alih nampan itu padanya. "Kau sudah berjanji." Ucap Diana sebelum masuk ke ruangan rapat itu.

Carissa memijit keningnya yang berdenyut pusing. Ia mengutuk nasibnya yang harus bekerja di satu tempat yang sama dengan sosok lelaki yang sangat ingin ia hindari di hidupnya.

Perfect Partner || The Truffatore #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang