Kaget

3.6K 710 862
                                    

Amsterdam, dan semua tentang Kamu.

✨✨


Ali menginjakan kakinya di sebuah apartemen. Alamat yang ia dapatkan ketika kemarin di restoran.

Ya, apartemen milik Senja.

Tangannya terulur memencet tombol di dekat pintu. Tak sampai satu menit, pintu sudah terbuka. Menampilkan sosok perempuan cantik berparas Belanda-Indonesia.

"Eh Ru, udah datang. Sini masuk," Senja membuka pintu lebar, mempersilakan Ali untuk masuk. Keduanya saling melempar senyum.

Sebenarnya ada yang ingin Ali tanyakan pada Senja. Perihal anaknya kemarin yang tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan Dadda.

Senja mempersilakan Ali untuk duduk di sofa ruang tengah. Sementara Ali celinguk mencari keberadaan anak kemarin, yang ternyata memang benar adalah anaknya Senja.

"Anak lo kemana?" Tanya Ali.

Senja yang masih berdiri, sedang menyalakan televisi menoleh sebentar ke Ali. "Di kamar." Katanya. "Lo tunggu sini sebentar ya, gue ambilin minum dulu."

Ali hanya mengangguk. Sedikit canggung karena memang sudah lama tidak mengobrol dengan Senja. Entah terakhir kapan. Ia pun tidak ingat. Dulu Senja lost contact begitu saja.

Ketika Ali sedang memainkan ponselnya, bocah yang kemari memanggilnya datang menghampirinya. Berlari dengan tatapan gembira, dan langsung memeluk Ali.

"Dadda!" Ucapnya, mendongak melihat Ali.

Ali menunduk sedikit. Ia masih penasaran kenapa bocah ini memanggilnya dengan sebutan Ayah. Ali tidak mengerti? Ada hubungan apa?

"Hi, boy! How are you?" Balas Ali. Sebisa mungkin ia terlihat ramah. Karena bagaimana pun anak ini masih kecil, belum tahu soal apa-apa. Biarlah, mungkin dengan memanggilnya dengan sebutan Dadda bisa membuatnya senang.

"I'm fine. Dadda apa kabal?" Ternyata anak ini bisa berbahasa Indonesia juga. Walaupun masih cadel kalau pakai bahasa Indonesia.

Ali harus apa ya? Menyebut dirinya tetap Om, atau harus mengikuti panggilan si anak ini? Haduh bingung.

"Emm.. Dadda, fine." Ali tersenyum sedikit. Ia memutuskan untuk mengiyakan bocah ini memanggilnya dengan sebutan Dadda.

Sepuluh menit kemudian Senja kembali dari dapur. Membawakan nampan yang berisikan minuman dan beberapa cemilan. "Eh, anak mom udah disini aja. Ngapain? Tau ya kalau ada yang datang." Ujarnya. Sembari menaruh minum di depan Ali. "Sambil diminum Ru, sorry ya cuma ada ini. Belum sempet ke supermarket."

Ali mengangguk, "Santai, Ja."

"Dengel cuala Dadda, teluz Cean kelual deh." Senja terdiam sejenak. Sebenarnya ia sangat tidak enak hati pada Ali, karena anaknya yang tiba-tiba memanggilnya seperti itu. Apalagi Senja tau kalau Ali sudah berkeluarga dan memiliki anak pula.

"Sean main dulu ya, atau gak nonton kartun di kamar. Minta tolong sus ya? Mom mau bicara sama Dadda sebentar." Senja mengelus rambut anaknya pelan. Ada rasa sakit seketika menyeruak di hatinya. Tapi sebisa mungkin Senja berusaha kuat, untuk dirinya dan putra kecilnya.

TPB Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang