Disana didalam kamar yang bercat abu-abu, seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Ana sedang berbaring dengan handphone yang berada di genggamannya.
Dia sedang bermain handphone yang ia beli dengan hasil uang tabungnnya sendiri.
Ana mempunyai 2 handphone. Handphone yang pertama adalah handphone yang dia beli sendiri dengan hasil uang tabungannya, dan ia gunakan hanya untuk bermain game. Ya, hanya untuk bermain game tidak untuk aplikasi yang berbau medsos atau yang lainnya.
Ana itu rajin menabung, sedari SD dia selalu menyisihkan uang jajannya untuk ditabung, terkadang juga Ana tidak jajan karena menurutnya makanan dikantin sekolahnya itu membosankan.
Handphone yang kedua adalah handphone yang dibelikan papanya beberapa bulan lalu. Ya... beberapa bulan yang lalu handphone Ana berenang didalam bak mandi yang ada dikamar Ana di Bandung.
Handphone ini barulah dia pakai untuk aplikasi yang tidak ada sangkut pautnya dengan game. Dia hanya memakai aplikasi Line dan whatsap, dia juga tidak menyukai berfoto-foto ria seperti wanita-wanita lain pada umumnya. Sehingga mengakibatkan ruang penyimpanan yang masih sedikit terpakai.
Welcome to mobile lagend
Suara itu berasal dari handphone yang ada digenggaman Ana. Pasti kalian sudah dapat menebak game apa yang sedang dimainkan Ana.
Dengan tenang namun pasti Ana memainkan game tersebut sampai 5 menit berlalu.
"A*j*n*, lu mainnya jangan sembunyi-sembunyi," teriak Ana dengan mata yang melotot.
Doble kill
Tripel kill
Maniac"Mati lu, mati!!"
Savage...
"Hahaha, udah gue bilang jangan anggap gue remeh, akhirnya lu matikan. Sok maju ke basecamp kita lagi. Hu......"
Drt... drt...
Drt... drt..."Aish... siapa sih yang nelfon malam-malam gini?" tanya Ana pada dirinya sendiri. Dan bodohnya lagi dia mengatakan siang bolong ini dengan sebutan malam.
Tangan kiri mulai Ana meraba-raba nakas disampingnya sedangkan tangan kanannya bergerak dengan lincah diatas bendah pipih itu.
"Eh, eh, eh." Tangan kiri yang tadinya meraba-raba nakas disampingnya kini kembali lagi ke atas benda pipih itu dan bergerak dengan lincahnya.
Defaet
"Argh.... ini semua karna si pro trulalala afk coba dia gak afk pasti bakalan Victory," teriak Ana sambil mengacak-acak rambutnya.
Drt... drt...
Drt... drt..."Siapa sih? dari tadi gangguin hidup gue mulu. Minta dicolok tu mata!" seru Ana sambil mengambil handphone Ana yang ada diatas nakas.
Tanpa melihat siapa yang menelfon Ana langsung saja mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
sapa orang dari balik sana"Heh, lu ngapain nelpon-nelpon gue hah? Gara-gara elu, gue kalah main game. Kalau tadi gue menang pasti gue udah naik pangkat!!!"
Teriak Ana kemudian menunduk dan memijit pengkal hidungnya.
"Astaga Ana.... lu belum tobat juga?"
Teriak seorang perempuan dari balik sana membuat Ana menyingkirkan handphoneya, dia menatap handphonenya itu, disana tertera nama "Yuni🐽"
KAMU SEDANG MEMBACA
DehAna
Teen FictionWarning: -Cerita ini mengandung unsur kata-kata kasar, jadi tolong bijak dalam membaca. -Cerita ini adalah hasil pemikiran saya sendiri, diharapkan tidak ada yang memplagiat cerita ini. "Ana..... ini apaan nak? Ya Tuhan, ken...