Gilbert menatap Ana yang berdiri disampingnya, sepertinya Ana sedikit risih karena kehadiran para penonton yang sudah berteriak histeris saat melihat otot lengan Gilbert. Gilbert menatap dasi yang sengaja Ana ikat dilengan kanannya, entahlah apa maksud Ana mengikatkan dasi abu-abu tersebut, yang jelas Ana terlihat sangat menggemaskan saat ini di mata Gilbert.
Plak
Semua menatap heran ke arah Gilbert yang sedang menggeleng-gelengkan kepalanya. "Goblok! Kenapa gua bisa mikirnya gitu sih," batin Gibert.
"Bert lu kumat ya? Belum minum obat tadi?" Ana menatap Gilbert yang sedang balas menatapnya datar. "Ya kali orang ganteng penyakitan," ujar Gilbert sambil memutar kedua bola matanya malas. "Udah bisa dimulai nih," tanya Kevin sebagai referee (kayak wasit gitu... tapi wasitkan di permainan bola kaki, kalau referee itu di permainan bola basket), Ana dan Gilbert sama-sama menganggukkan kepala mereka.
"By the way, perjanjian kita... kalau lu menang, gua bakalan belanjain lu sepuasnya kan?" Ana mengangguk. "Kalau lu kalah, lu juga bakalan gua belanjain kan?" Ana mengangguk kembali, namun kali ini mulai terdengar bisikan-bisikan dari para penonton wanita. "Dan, kalau lu kalah, lu harus mau jadi pacar gua." Mata Ana membelalak diikuti oleh para penonton yang sudah duduk di tribun dan juga penonton yang mengikuti live siswi yang sedang melakukan siaran langsung di akun IG mereka.
"Hah? Jadi pacar? Seingat gua tadi dalam perjanjian gak ada begitu deh. Lu jangan main-main sama gua, mendingan gua cabut deh, lu orangnya suka ngadi-ngadi males gua jadinya main sama elu," ujar Ana kemudian mulai melagkahkan kakinya namun di tahan oleh Gilbert, Kevin menyalakan rekaman suara yang tadi sempat dia rekam saat sedang membuat perjanjian bersama Ana dan Gilbert di lain tempat. "Kalau lu menang gua bakalan belanjain sepuasnya, kalau lu kalah gua bakalan tetap belanjain lu sepuanya." Terdengar suara Gilbert yang sedang berbicara di dalam rekaman tersebut.
"Iya, iya." Itu suara Ana, sekarang Ana ingat, itu di mana saat Ana sedang mengganti baju didalam kamar mandi, dan Gilbert sedang menunggunya di luar kamar mandi. "Nah kan, hanya itu doang perjanjiannya." Gilbert mengarahkan telunjuknya kedepan bibir manis nan menggoda miliknya.
"Dan kalau lu kalah, lu harus jadi pacar gua dan gua bakalan tetap bayarin lu belanja sepuasnya gimana?" Tidak ada sahutan, jelas Ana tidak mendengarnya saat itu, orang suara Gilbert sengaja di perkecil. "Na?"
"Hah? Apa gimana?"
"Bilang iya aja." Astaga, jadi Gilbert tadi menjebaknya? Mata Ana melotot sempurna. "Iya," ujar Ana dan saat itu pula rekaman selesai karena seingat Ana saat itu dia sudah keluar dari kamar mandi.
"Gimana?" Tanya Gilbert saat rekaman sudah selesai. "Lu ngejabak gua, sama aja lu ngebohongi gua, pokoknya gua gak mau, lu main bareng mereka aja gua mah ogah," ujar Ana sambil menunjuk kearah para ciwi-ciwi yang ada di tribun lalu mulai melangkahkan kakinya berniat keluar dari lapangan. Namun, suara peluit yang berasal dari tiupan Kevin membuat kaki Ana sedikit menolak untuk meninggalkan lapangan, apalagi saat dia mendengar suara bola yang sedang di dribel.
Ana berbalik, dia sudah tidak tahan. dia tidak ingin kalah kemudian menjadi salah satu kekasih Gilbert.
Note: Garis bawahi kata salah satu.
Pertandingan di mulai dengan teriakan para siswi yang menurut Ana sangat horor, teriakan yang biasanya menyemangati Gilbert kini berubah menjadi kalimat sumpah serapah untuk Gilbert agar membuat Gilbert putus asa kemudian menjadi kalah.
Namun, sepertinya hal tersebut tidak di tanggapi oleh Gilbert dia masih sangat berusaha untuk memenangkan pertandingan ini. Para siswa pun tak mau kalah, mereka berteriak menyemangati Ana, awalnya sih mereka ilfeel sama Ana, namun setelah seorang siswa mengatakan bahwa Ana manis membuat yang lain ikut mengamati wajah Ana dan mereka semua setuju bahwa wajah Ana terlihat imut, saat itu juga mereka tiba-tiba menjadi fans dadakan Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DehAna
Teen FictionWarning: -Cerita ini mengandung unsur kata-kata kasar, jadi tolong bijak dalam membaca. -Cerita ini adalah hasil pemikiran saya sendiri, diharapkan tidak ada yang memplagiat cerita ini. "Ana..... ini apaan nak? Ya Tuhan, ken...