Pagi ini sekolah digemparkan dengan gosip yang tersebar bahwasanya Ana dan Dion berpacaran membuat banyak tatapan-tatapan sinis eh, lebih tepatnya tatapan-tatapan iri mengarah kearah Ana.
"Na, lu beneran pacaran sama kak Dion?" tanya Nabila kepada Ana yang baru memasuki kelas.
"Gosip aja lu percayai." Ana berdecih malas sambil meletakkan tasnya dan mendudukan dirinya diatas bangku miliknya. "Jadi maksud lu, lu gak ada hubungan apa-apa sama kak Dion?"
"Menuruturut lu?"
"Iiiih, serius Ana..."
"Cih, gua gak ada hubungan apa-apa sama si Dion, boro-boro pacaran sama si Dion, pacaran sama cowok yang gua suka aja belum."
"Emang lu ada suka sama cowok?"
BRAK!
Semua orang menoleh ke arah Raka yang mendorong pintu kelas dengan sangat kuat. "Kenapa lu?"
"Kalian, kalian, udah pada ngerjain pr yang dikasih pak bangsat belum?"
"Hah? pak Bangsat siapa?"
"Pak Satria anjir."
"Lah emang ada?"
"Ada!!! kata kelas sebelah, mereka juga mikir gitu.. pak Bangsat gak ada ngasih tugas, tapi waktu pak Bangsat semalam masuk, tugas mereka ditagih yang halaman 21-23."
"Seriusan?!"
"Iya... katanya yang gak siap bersihin gudang sama lari keliling lapangan 10 kali!!!"
"Anjing, dasar bangsat emang tuh pak bangsat, ada yang udah siap gak?" Semua terdiam mendengar pertanyaan Alex.
"Gua."
"Aku." Ana dan Babe sama-sama mengangkat tangan mereka bangga, untung kemarin pendengaran mereka berdua baik, pak Satria memang memberi tugas, namun saat memberikan tugas tersebut pak Satria sengaja mengecilkan volume suaranya.
'Untung semalam gua ada niat belajar...' Batin Ana.
"Pinjamin gua!!" Semua berteriak sambil menghampiri Ana.
"Loh, kalian gak ada niatan nyalin punya aku?"
"Gak yakin gua Be, sama elu."
Ana terdiam sembari mengeluarkan buku miliknya lalu menyerahkan buku tersebut kepada kerumuna itu. Semuanya berebutan membuat Ana jengah, kemudian menelungkupkan kepalanya kelipatan tangannya.
****
"Okey, sebelum kita melanjutkan materi kita selanjutnya, bapak pingin periksa tugas kalian terlebih dulu." Senyum mereka semua merekah sembari membuka buku latihan mereka."Bapak bacakan jawabannya, nanti kalau benar kasih tanda centang, kalau salah kasih silang. Jangan ada yang berbohong, kalau ada yang ketahun berbohong tu kepala ta pites."
"Nomor satu A, dua A, tiga C, empat A, lima D, enam C, tujuh B, delapan B, sembilan C, sepuluh A, sebelas D, dua belas C, tiga belas B, empat belas E, lima belas E." Semua orang terdiam.
What, kenapa ini salah semua?~Nabila.
Anjing, ini kenapa wrong semua?~Raka.
Ana bangsat, gobloknya gak tanggung-tanggung."~Given.
Jancok, ini gimana anjing, kok bisa salah semua?~Alex.
"Okey, yang salah semua silahkan maju..." Semua berdiri terkecuali Babe, mereka semua menatap Ana tajam membuat Ana terkekeh, lalu mereka semua melangkahkan kaki mereka kedepan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DehAna
Teen FictionWarning: -Cerita ini mengandung unsur kata-kata kasar, jadi tolong bijak dalam membaca. -Cerita ini adalah hasil pemikiran saya sendiri, diharapkan tidak ada yang memplagiat cerita ini. "Ana..... ini apaan nak? Ya Tuhan, ken...