DehAna 24.❤.

103 46 14
                                    

1 minggu berlalu setelah ulang tahun Ana, hari ini Gilbert dan seseorang laki-laki yang juga berasal dari kelas unggulan sedang bertanding basket untuk menempati ketua tim basket putra yang sudah kosong semenjak 2 hari yang lalu. Yugo mengundurkan diri dari ketua basket karena dirinya yang terlampau sibuk mengurus OSIS.

Ana menatap antusias kearah Gilbert yang berada ditengah-tengah lapangan dengan tangan yang asyik mendrible bola orange itu. Tadi Gilbert menyuruh dirinya untuk menunggu pertandingan basket ini selesai, katanya setelah pertandingan ini selesai dia ingin mengajak Ana untuk membelikan Ana hadiah ulang tahun yang sempat tertunda.

Lama pertandingan basket itu berlangsung dan berhasil Gilbert menangkan, Ana berdiri dari tempat duduk yang dia duduki sedari pertandingan dimulai tadi, dia berjalan kearah ruang loker dimana tempat Gilbert mengganti baju. Ana menyerahkan botol minum yang ada didalam tas Gilbert yang tadi sempat Gilbert tititpkan padanya.

"Lama lagi gak? Bosan gua," ujar Ana pada Gilbert yang asyik berceloteh ria dengan Kevin.

"Sabar atuh neng," balas Kevin kuat membuat Ana memutar kedua bola matanya malas.

"Lu pikir gak capek apa, nunggin ni cowok playboy?" tanya Ana sembari menunjuk ke arah Gilbert.

"Playboy? Eh, by the way, kok gua gak pernah liat lu jalan bareng cewek-cewek lu lagi, Bert?"

"Iya, tobat lu Bert? Eh, by the way gua mau ke bar biasa, katanya ada stok baru." Semua menoleh kearah Raka yang berteriak heboh. "Seriusan?" tanya Kevin ikut heboh.

"Tobat lu pada! Gak takut apa masuk neraka?" Semua orang menoleh kearah Gilbert yang berucap seperti it. "Ngomong apa lu barusan Bert?" tanya Kevin yang diangguki setuju oleh yang lainnya termaksud Ana.

"Tobat!"

"Ngaca elah Bert. Nih ya, kalau Ana bisa berubah jadi cinderela, gua tobat tujuh keturunan, gimana?"

"Oooh okey, kalau semisal 2 tahun lagi nih muka si Ana mulus nan bening, lu harus tobat 7 keturunan ya?" Kevin merangkul Raka dengan senyum miring dibibirnya. "Okey, gua sama Raka bakalan tobat kalau muka si cebol ini mulus 2 tahun lagi." Raka terdiam mendengar namanya diselipkan di dalam kalimat tersebut, matanya meneliti muka Ana yang kecekoletan dan sedikit berjerawat.

"Kok gua berasa jadi taruhan ya?" monolog Ana yang dibalas oleh tidak acuh oleh mereka yang ada di sana. "Gua gak ikutan," ujar Raka yang membuat mereka semua menoleh. "Lah kenapa?"

"Gua juga gak tau, tapi insting gua mengatakan bahwa Ana itu dapat berubah jadi cinderela."

"Alah, banyak bacot lu, ya udaah kalau elu gak mau," ucap Kevin sambil melepas rangkulannya. "By the way Na, masa chet gua gak dibales-bales sama Yuni, lu ngasih nomor orang lain ya?"

"Lu pikir Yuni orangnya pedulian? Udah ya, lu berusaha aja, gua pulang dulu males di sini." Gilbert menoleh ke arah Ana yang sudah berjalan meninggalkan ruangan tersebut. "Loh Na, gua kok di tinggal? Gua duluan ya," ucap Gilbert sabil menepuk pundak Raka.

"Gua kok ngerasa aneh deh sama si Ana, dia itu cupu tapi kok gak lugu ya?" Semua orang menoleh ke arah Alex yang berucap. "Diakan orang kaya, cuman penampilan dianya aja yang ketinggalan jaman, kalau sifat nggak." semua orang mengangguk setuju dengan perkataan Kevin. 

"Gua malah ngerasa aneh sama Gilbert yang belakangan ini deket sama Ana." Given yang mendengar perkataan Raka dibuat terdiam. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya.

****
Upacar bendera sudah dimulai sedari beberapa menit yang lalu, Ana memanjangkan lehernya agar dapat menatap muka kepala Yayasan sekolah mereka yang sedang berpidato di depan sana. Dasar gua, udah cebol tapi barisnya dipaling belakang.

DehAnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang