Ana mendudukan dirinya diayunan taman belakang, kemudian, mengeluarkan semua peralatan menggambarnya. Hari ini, jam ini, menit ini, detik ini mereka sedang les kosong karena guru pengganti Bu Anita belum ada, Ana menatap kertas yang didepannya, kemudian mulai membayangkan apa yang akan dia gambar diatas kertas tersebut.
Ana mulai membuat garis-garis diatas kertas tersebut, entah apa yang dia lakukan membuat seseorang yang ada diatas pohon mengerutkan keningnya heran. Terlalu asyik dengan dunianya membuat Ana melupakan waktu dan juga tempat.
Seseorang yang sedari tadi nongkrong diatas pohon mulai menuruni pohon tersebut kemudian duduk diayunan yang satunya.
"Gak nyangka lu ternyata punya bakat segudang." Ana terkaget membuat pensilnya bergesekan dengan kertas yang bergambarkan gaun.....pernikahan?
"Kaget ya?" Yugo terkekeh.
"Kak Yugo.... Ngapain?"
"Elu yang ngapain? Kalau gua mah... udah mendarah daging kalau les kosong nongkrong disini."
"Gua? gua... lagi main ayunan."
"Cih, desain lu bagus, kalau Pak Joko tau pasti lu udah kepilih buat jadi peserta lomba desain."
"Tapi sayangnya, gua gak mau ada yang tau kalau gua pinter desain." Yugo menaikan satu alisnya. "So... please, sembunyiin ini dari semua orang."
"Emang kenapa?"
"Gua gak mau aja ikut lomba-lomba yang berhubungan sama kertas, pensil."
"Kenapa gak mau?" Yugo bingung, kenapa anak yang satu ini tidak ingin bakatnya diketahui oleh orang-orang padahal banyak orang diluar sana yang kepengin bakatnya diketahui banyak orang.
"Nanti gua jadi repot lagi."
"Okey, deal. Gua bakalan sembunyiin ini semua, dengan satu syarat."
"Jangan bilang gua harus jadi pacar lu?"
Shit, apa Ana sudah tau tentang perasaanya? Jangan sekarang please... Yugo masih kepingin pdkt katanya.
"Kepedean lu." Yugo menoyor kepala Ana. "Syaratnya, nanti lu harus makan dimeja geng leopard. Gua mau lu ngehibur Dehan, semenjak lu ramal dia, dia jadi banyakan diam."
"Takut ya kalau ramalan gua itu nyata?"
"Maybe."
"Cih, gitu aja dipercayain, padahal gua hanya bercanda."
"Berarti lu cuma peram-"
"Gua bukan peramal gadungan, cuma... ya gitu, gua tau Dehan itu orangnya penakutan, jadi gua kerjain aja."
"Kasihan tau Na. Oh iya, by the way kenapa lu gambar gaun pengantin? Lu ngebet kawin ya?"
"Nggak..."
Flashback On.
"Ma, mama yakin pestanya diadain disini?" Dewi mengangguk sambil terus menggedor pintu gerbang rumah mewah didepannya. Given dan Ana saling melirik ketika suara gerbang yang mulai dibuka.
"Aduh jeng... maaf ya lama bukanya, Jeng dewi kurang kuat gedor gerbangnya jadi gak kedengaran sampai kedalam."
"Iya gak papa jeng, ini bel kamu kenapa bisa rusak?" Pasti kalian sudah dapat menebak dimana acara pernikahan itu diadakan, ya, dirumah yang kemarin belnya Ana rusakin.
"Itu Jeng, semalam ada anak-anak nakal yang ngerusaki belnya."
"Dasar anak jaman sekarang, trus anak-anak nakalnya ketangkep gak Jeng?" Pak Satpam yang kemarin ngejar mereka menatap Given dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DehAna
Teen FictionWarning: -Cerita ini mengandung unsur kata-kata kasar, jadi tolong bijak dalam membaca. -Cerita ini adalah hasil pemikiran saya sendiri, diharapkan tidak ada yang memplagiat cerita ini. "Ana..... ini apaan nak? Ya Tuhan, ken...