Semua para siswa-siswi MOS sudah berbaris dilapangan. Kecuali Ana, dia mah lagi nyamar, eits, bukan nyamar jadi nerd tapi nyamar jadi satpam.
Bukannya dia ingin kembali seperti dulu, tapi dia tau kalau dia ikutan baris maka Dehan akan ngamuk padanya dan akan mengerjainnya habis-habisan.
Ana dapat menyamar seperti ini karena memberikan Pak Jasudin 1 lembar uang merah miliknya agar Pak Jasudin mau menampugnya dan meminjamkan baju Pak Jasudin yang sudah kekecilan dengan Pak Jasudin.
Ana menatap dirinya didepan kaca Pak Jasudin, dia sama persisnya seperti seorang laki-laki. Rambut panjang miliknya, disembunyikannya dibalik topi satpam, dia masih tetap memakai kacamata bulat miliknya, dia juga membuat kumis palsu dari spidol hitam, karena Ana pandai melukis, kumis itu menjadi seprti nyata.
Ana mendudukan dirinya ditempat duduk yang menghadap langsung dengan TV tabung yang sudah tua.
"Neng, bapak kekamar mandi dulu ya... tolong jagain gerbang." Ana mengangguk kemudian fokus kembali pada TV.
tak lama kemudian, terdengar suara motor yang berhenti didepan gerbang. Ana tak menghiraukannya dia masih tetap menonton TV sambil sesekali menyesap kopi yang tadi dibuatkan oleh Pak Jasudin.
Tin... tin...
Ana yang mendengar suara keleksonan tersebut berjalan keluar. Saat sudah sampai di luar Ana menatap motor besar yang dikendarai oleh Dehan, namun karena wajah Dehan yang ditutupi oleh helm Ana jadi tidak mengenali Dehan begitu sebaliknya Dehan juga tidak mengenli Ana karena Ana menutupi mukanya dengan topengnya.
Ana berdehem "Ada apa ya den?" tanya Ana dengan suara yang diberat-beratkan.
Dibalik helmnya, Dehan menyerngit karena suara Ana yang sangat aneh.
"Bukain gerbangnya dong pak, saya mau cabut."
"Buset dah, ni anak jujur banget," batin Ana.
"Sebentar ya Den, saya bukain dulu." Ini kesempatan Ana untuk terbebas dari Dehan. Dehan semakin menyerngitkan dahinya, pasalnya satpam ini membiarkannya untuk cabut.
"Bapak, satpam baru ya?"
"Ah, iya den." Karena tak fokus dengan jalannya, tak sengaja kakinya menyenggol batu dengan sangat kuat hingga terhuyung kedepan.
Ana meringis saat merasakan lututnya seperti tersobek, dan tanpa ia sadari topi satpam yang dia kenakan terlepas sehingga rambut panjang dan hitamnya tergerai.
Hal tersebut membuat mata Dehan melebar, ternyata oh ternyata satpam ini perempuan. Dehan turun dari motor sportnya, dia berjalan kearah Ana lalu menepuk bahu Ana.
Dehan berjongkok "Rambut lu bagus banget." Dehan mengelus-elus rambut Ana dengan sangat lembut membuat Ana tersadar bahwa penyamarannya sudah terbongkar.
Saat menatap wajah Ana, Dehan baru tersadar bahwa perempuan itu adalah Ana.
"Oooh, ternyata lu ada disini. Pantas aja gue cariin dilapangan gak ada." Ana menunduk.
"Sekarang, lu ganti baju lu, obatin kaki lu, 10 menit lagi lu gak datang, lu gua cium." Ana melotot, dengan gerakan cepat dia berlari kedalam pos satpam, dia melupakan bahwa kakinya sedang cidera.
Dia mengganti bajunya, tak lupa dia mencuci mukanya dan menaburkan kembali bedak diwajahnya dan tak lupa dia mencuci lukanya dan juga mengepang rambutnya, Setelah itu dia berjalan keluar."Naik." Mengerti akan apa yang dimaksud dengan Dehan, Ana segera menaiki motor Dehan tanpa canggung sedikitpun.
"Gue mau dibawa kemana?" Dehan terdiam, tidak ingin menjawab. Ana mulai was-was, dia mulai berfikir bagaimana cara agar dia dapat lolos dari Dehan 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
DehAna
Teen FictionWarning: -Cerita ini mengandung unsur kata-kata kasar, jadi tolong bijak dalam membaca. -Cerita ini adalah hasil pemikiran saya sendiri, diharapkan tidak ada yang memplagiat cerita ini. "Ana..... ini apaan nak? Ya Tuhan, ken...