#67

150 14 0
                                    

Dervla menghela nafasnya dengan lega, setelah berada di luar rumah gadis itu. Lalu dengan senyuman yang terukir di wajahnya, ia pun langsung beranjak pergi, dan meninggalkan rumah tersebut.


Beberapa saat kemudian, ia pun terus saja berjalan, di jalanan yang sudah begitu sepi, karena saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.

"Dervla?"

Mendengar seseorang memanggil namanya, membuatnya langsung menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah sumber suara. Dan dapat ia lihat, Luke yang sedang berdiri, tak jauh di belakangnya, "Luke? Kenapa aku harus bertemu lagi dengannya" batinnya.

Segera Luke berjalan menghampiri Dervla, dan berdiri di depannya, "Dervla, akhirnya kita dapat bertemu lagi" ucapnya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Luke, kenapa kau bisa berada di sini? Dan, kenapa kau selalu keluar, saat malam hari?" ujar Dervla, sambil memalingkan pandangannya, dari mantan kekasihnya itu.

"Aku juga tidak tahu Dervla, kenapa akhir-akhir ini, aku senang sekali, keluar pada malam hari" ucap Luke.

Mendengar apa yang baru saja Luke katakan, membuat Dervla langsung menoleh ke arahnya, dan mengerutkan dahinya, "Kenapa seperti itu?" tanyanya, sambil menatap mantan kekasihnya itu. Tapi tiba-tiba, ia membulatkan kedua matanya, saat melihat bekas gigitan, yang berada di lehernya Luke. Melihat hal tersebut, membuat Dervla begitu terkejut, dan menggelengkan kepalanya, "Luke, ada apa dengan lehermu?" ucapnya.

Segera Luke memegang lehernya, yang terdapat bekas gigitan itu, "Oh ini, saat aku baru saja kembali ke sini, aku sempat digigit dengan sesuatu, tapi saat itu, aku sedang tidur dengan begitu nyenyak. Dan saat aku terbangun, luka gigitan ini, sudah berada di leherku" ujarnya.

"Digigit dengan sesuatu? Apakah kau tahu, apakah yang menggigitmu itu?" tanya Dervla, sambil mengerutkan dahinya.

"Aku tidak tahu, karena saat itu, aku sedang tidur" jawab Luke, sambil menggidikkan kedua bahunya.

"Ah, bolehkah aku melihat lukanya?" ujar Dervla.

"Tentu saja boleh, ini silahkan" ucap Luke, sambil memiringkan lehernya, agar memudahnya Dervla, untuk melihatnya.

Segera Dervla mendekatkan wajahnya, pada lehernya Luke, dan melihat lebih jelas, luka gigitan tersebut, "Seperti bekas gigitan, seorang vampir" batinnya.

"Bagaimana? Apa kau tahu, itu bekas gigitan hewan apa?" tanya Luke, sambil menatap Dervla.

Dervla pun kembali menegakkan tubuhnya, dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu" dustanya, sambil menyunggingkan senyuman, yang terpaksa.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Tapi, ada yang ingin kubicarakan padamu" ujar Luke.

"Sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku? Apa?" tanya Dervla, sambil mengerutkan dahinya.

"Lebih baik, kita berbicaranya jangan di sini. Bagaimana, kalau di rumahku saja? Kebetulan, kedua orang tuaku, sedang pergi keluar kota" ujar Luke, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun Dervla hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian, mereka pun segera berjalan, menuju rumahnya Luke.



15 menit kemudian. . .



Dervla dan Luke baru saja tiba, di rumahnya Luke.

"Silahkan duduk" ujar Luke, sambil mempersilahkan Dervla, untuk duduk di sofa.

Tapi lagi-lagi, Dervla hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera mendudukkan tubuhnya, di sofa.

"Oh ya, kau mau minum apa?" tanya Luke, dengan satu alisnya, yang terangkat.

"Tidak usah repot-repot Luke, dan lagipula aku tidak haus" jawab Dervla.

"Baiklah, dan kalau kau haus, bilang saja ya?" ujar Luke, sambil mengganggukkan kepalanya, dan mendudukkan tubuhnya, di sebelahnya Dervla.

"Tentu" ucap Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya, "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanyanya, yang mulai terlihat penasaran.

"Oh itu. Jadi, kemarin aku datang ke rumahmu, dan berniat untuk menemuimu, untuk sekedar mengobrol. Tapi kedua orang tuamu malah mengatakan, kalau sudah beberapa bulan, kau pergi dari rumah, dan tak pernah kembali. Dan tentu saja, hal tersebut membuatku begitu terkejut, sekaligus bingung. Karena sudah dua malam, kita selalu bertemu" tutur Luke.

Mendengar apa yang baru saja Luke katakan, membuat kedua matanya Dervla, langsung membulat. Sungguh, ia tak menyangka, jika Luke akan datang ke rumahnya, dan bertemu dengan kedua orang tuanya.

Melihat raut wajahnya Dervla, membuat Luke menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Dervla, sebenarnya apa yang telah terjadi? Sehingga membuatmu, sampai pergi dari rumah? Dan, apakah itu karena, hubunganmu dengan kekasihmu yang tidak direstui, oleh kedua orang tuamu?" ucapnya, sambil menatap Dervla dengan dalam, dan menggenggam tangannya.

Dervla pun langsung tersadar dari lamunannya, dan menggelengkan kepalanya, "Ah tidak, bukan karena hal itu" katanya, sambil memalingkan pandangannya, dari Luke.

"Lalu karena apa?" tanya Luke, yang masih menggenggam tangannya Dervla, dan menatapnya dari samping.

Segera Dervla menoleh ke arah mantan kekasihnya itu, dan menatapnya, tanpa mengatakan apa-apa, "Jika aku memberitahumu, apakah nantinya kau akan membunuhku, dan membakarku hidup-hidup, seperti di dalam mimpiku?" batinnya.

Karena melihat Dervla yang hanya diam saja, membuat Luke menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Dervla, kenapa kau hanya diam saja?" ucapnya, sehingga membuat Dervla, langsung tersadar dari lamunannya.

"Ah tidak. . . Tidak apa-apa. Dan sepertinya, aku harus segera pulang, Luke" ucap Dervla, yang langsung bangkit dari sofa.

Luke pun segera bangkit dari sofa, dan berdiri di sebelahnya Dervla, "Tidak Dervla! Kau tidak boleh pulang, sebelum kau mengatakan padaku, apa yang telah terjadi padamu, selama aku pergi" ucapnya, sambil memegang kedua tangannya Dervla, dan menatapnya dengan dalam.

Segera Dervla menoleh ke arah mantan kekasihnya itu dan menatapnya, sehingga membuat mata mereka berdua, saling bertemu satu sama lain.

Beberapa saat kemudian, Dervla menggelengkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, dari Luke, "Maaf Luke. Belum saatnya, aku menceritakannya padamu. Karena aku takut, kau akan membunuhku, seperti di dalam mimpiku" ujarnya.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Luke jadi semakin bingung, dan menatap Dervla, tidak mengerti, "Membunuhmu? Membunuhmu bagaimana? Aku tidak pernah berniat, untuk membunuh seseorang, yang pernah kucintai" katanya.

Dervla pun langsung menghela nafasnya dengan kasar, dan menoleh ke arah Luke, "Kau yakin? Tidak akan membunuhku, meskipun aku bukanlah, seorang manusia lagi, seperti dirimu?" ucapnya, sambil menatap mantan kekasihnya.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang