Perlahan, Dervla membuka kedua matanya, dan mengedarkan pandangan, ke seluruh ruangan. Dan ia mendapati dirinya, yang berada di dalam kamarnya Franc. Karena tadi pagi, ia dan Franc, memang tidur berdua, di dalam kamarnya Franc.
Dengan sedikit kasar, ia menghela nafasnya, dan bangkit dari posisinya. Namun tiba-tiba, ia merasakan perutnya, yang terasa begitu sakit. Segera ia memegangi perutnya, dan berusaha berjalan, untuk keluar dari kamar itu.
"Franccccc, tolong akuuuuuu" pekiknya, sambil berjalan dengan gontai, dan menahan rasa sakit, pada perutnya.
"Arghhh, perutku sakit sekali" ucap Dervla, sambil menghentikan langkahnya, dan menundukkan kepalanya.
"Dervla!" ucap Franc, yang baru saja datang, dan langsung berjalan menghampiri Dervla. Lalu ia segera mengangkat tubuhnya Dervla, dan berjalan menuju kasur.
"Franc, apa yang terjadi?" ujar Xandre, yang baru saja datang, dan berjalan menghampiri mereka berdua.
"Tidak tahu, tapi Dervla terlihat sedang menahan rasa sakit" jawab Franc, sambil merebahkan tubuhnya Dervla, di atas kasur.
"Mungkin ia sudah waktunya untuk melahirkan" ucap Xandre, sambil berdiri di sebelahnya Franc.
Franc pun langsung menoleh ke arah kakaknya, dan menatapnya, "Benarkah?" tanyanya.
Segera Xandre mengganggukkan kepalanya, dan beralih menatap Dervla, "Itu hanya menurutku saja, karena perutnya sudah begitu besar, dan seperti sudah siap, untuk melahirkan" jawabnya.
"Franc, perutku sakit sekali" ucap Dervla, sehingga membuat Franc, langsung menoleh ke arahnya.
"Iya sayang, bertahanlah" ujar Franc, sambil menatap Dervla, dan mengusap kepalanya.
"Kita harus membantunya, untuk melewati proses persalinan" ucap Xandre, tanpa melepaskan pandangannya, dari Dervla.
Mendengar apa yang baru saja kakaknya katakan, membuat Franc langsung menoleh, dan mengerutkan dahinya, "Tapi bagaimana caranya?" tanyanya.
Dengan berat, Xandre menghela nafasnya, dan berkata, "Ada dua cara, yaitu dengan cara persalinan normal, dan yang satu lagi, dengan cara caesar".
"Caesar? Maksudmu, kita harus merobek perutnya, untuk mengambil bayinya?" ujar Franc, dan Xandre langsung mengganggukkan kepalanya, "Tidak, kita tidak akan menggunakan cara itu. Karena itu sama saja, kita melukai Dervla. Karena operasi caesar, adalah operasi besar, Xandre! Dan lagipula, tidak mudah untuk dilakukan" sambungnya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Xandre pun kembali menghela nafasnya, dan menoleh ke arah Franc, "Kalau begitu, kita gunakan persalinan normal" ucapnya, dan Franc langsung mengganggukkan kepalanya.
Dan kemudian, mereka berdua segera menyiapkan segala sesuatunya, untuk membantu persalinannya Dervla.
***********************
Sebuah senyuman kebahagian, terus terukir di wajahnya Franc. Sungguh, ia tak menyangka, kalau pada akhirnya, buah hatinya dengan Dervla, akan lahir juga.
"Franc"
Ia pun langsung menoleh, saat mendengar suaranya Dervla. Dan dapat ia lihat, vampir yang ia cintai, yang sudah sadar. Karena tadi sehabis melahirkan, Dervla langsung tak sadarkan diri. Dan hal tersebut, sempat membuat Franc begitu panik, namun untungnya, Xandre berhasil menyakinkan Franc, kalau Dervla akan baik-baik saja.
Segera Franc berjalan menghampiri Dervla, sambil menggendong buah hatinya. Lalu ia mendudukan tubuhnya di dekat Dervla, dan berkata, "Sayang, kau baik-baik saja, kan?".
Dervla pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman. Lalu perlahan, ia segera bangkit dari posisinya. Melihat hal tersebut, membuat Franc segera membantunya, untuk duduk.
"Franc, anak kita laki-laki, atau perempuan?" tanya Dervla, sambil menatap Franc.
"Laki-laki, lihatlah ia begitu tampan" jawab Franc, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.
Mendengar apa yang baru saja Franc katakan, membuat Dervla langsung beralih menatap anaknya, dan menyunggingkan senyuman, "Benar, ia begitu tampan" katanya, sambil mengusap wajah anaknya.
"Dan, aku sudah mempunyai nama untuknya" ujar Franc, sambil menatap Dervla, dan menyunggingkan sebuah senyuman.
Segera Dervla beralih menatap Franc, dan mengangkat satu alisnya, "Oh ya? Siapa namanya?" tanyanya.
"Draven de Beaupré Lefèvre, dan nama panggilannya, adalah Drav" jawab Franc, yang beralih menatap putranya, dan kembali menyunggingkan senyuman.
"Draven?" ucap Dervla, tanpa melepaskan pandangannya, dari Franc.
"Iya, Draven. Nama itu kuambil, dari nama kita berdua" jawab Franc, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman.
Sebuah senyuman pun langsung terukir di wajahnya Dervla, lalu ia beralih menatap putranya, dan berkata, "Aku setuju dengan nama itu, karena itu adalah nama yang cocok, untuk buah hati kita".
Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc menyunggingkan senyuman, dan menatap vampir, yang ia cintai itu, "Terima kasih sayang, kau telah memberikanku, seorang bayi yang begitu tampan" katanya.
Dervla pun langsung beralih menatap Franc, dan ikut menyunggingkan senyuman, "Kau tak perlu berterima kasih, karena bayi ini, adalah buah dari cinta kita berdua" ucapnya.
Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, Franc pun mengusap-usap kepalanya Dervla, tanpa mengatakan apa-apa. Namun di dalam hatinya, ia merasa begitu senang, karena kini, kebahagiannya sudahlah lengkap. Ditambah, Xandre yang kini tinggal bersama dengannya. Rasanya, tidak ada lagi, yang kurang dihidupnya. Dan tak ada lagi, yang perlu ia khawatirkan.
To be continue. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire vs Wolves [COMPLETE]
Vampire~ Sequel of Tueur de Vampire ~ (Disarankan untuk membaca cerita pertamanya dulu, yang berjudul "Tueur de Vampire") Setelah pindah ke Italia, Dervla dan Franc pun melanjutkan kehidupan mereka, sebagai seorang vampir, di tengah-tengah kehidupan para m...