"Dervla, awassssss"
Rebecca yang hendak menumpahkan air suci pada Dervla pun, langsung membulatkan kedua matanya, saat ia melihat, Joe yang sedang berlari menghampirinya, "Menyebalkan! Kenapa binatang itu, harus datang?!" batinnya, sambil membalikkan tubuhnya, dan segera berlari, begitu saja.
Dervla pun langsung mengangkat kepalanya, dan melihat Joe, yang sedang berlari menghampirinya, "Joe?" ucapnya.
Segera Joe berhenti di depan Dervla, dan mengatur nafasnya, yang sedikit terengah-engah, "Dervla, apakah kau baik-baik saja?" tanyanya.
"Iya, aku baik-baik saja, tapi--"
Kedua matanya Dervla langsung membulat, saat ia melihat Franc, yang sudah berubah menjadi tengkorak. Lalu ia pun langsung berteriak dengan histeris, "Tidakkk Franccccccc"
Melihat hal tersebut, membuat Joe mengerutkan dahinya, dan segera berjongkok, "Dervla, apa yang terjadi? Dan, tengkorak ini adalah Franc?" tanyanya.
"I-Iya Joe, tengkorak ini adalah Franc. Dan Rebecca lah, yang membuatnya menjadi seperti ini" jawab Dervla, di sela-sela tangisannya.
Dengan kasar, Joe menghela nafasnya, dan menundukkan kepalanya. Sungguh, ia tak menyangka, kalau hal tersebut, akan terjadi pada Franc.
***********************
Dengan tergesa-gesa, Dervla memasuki kastilnya Franc, dan memperhatikan sekitar, "Xandreee Xandre, kau di mana?" pekiknya.
"Iya Dervla, ada apa?" ujar Xandre, sambil berjalan menuruni anak tangga.
Segera Dervla berjalan menghampiri Xandre, dan berdiri di depannya, "Xandre, F-Franc. . ." ucapnya, sambil menatap Xandre.
"Franc? Apa yang terjadi dengannya?" tanya Xandre, yang terlihat bingung, dan mengerutkan dahinya.
"Franc. . . Telah mati" jawab Dervla, dengan air mata, yang langsung mengalir, dari kedua matanya.
Kedua matanya Xandre pun langsung membulat, setelah mendengar, apa yang baru saja Dervla katakan, "Apa?! Franc, telah mati?" ucapnya, dan Dervla langsung mengganggukkan kepalanya, "Tidak! Kau pasti sedang bercanda, kan?" ujarnya, sambil menggelengkan kepalanya, dan menatap Dervla, dengan tidak percaya.
"Aku sedang tidak bercanda, Xandre. Franc memang telah mati, karena dibunuh oleh--"
"Xandre, adikmu" ujar Joe, yang baru saja datang, dengan membawa tengkoraknya Franc, sehingga membuat ucapannya Dervla, jadi terpotong.
Xandre pun langsung beralih menatap Joe, dan berjalan menghampirinya, "Joe, ini siapa?" tanyanya, sambil menatap tengkorak tersebut.
"Ini adalah adikmu, yaitu Franc" jawab Joe, sambil menatap Xandre, dengan dalam.
"Tidak! Tidak mungkin Joe, ini bukan adikku!" jawab Xandre, sambil menggelengkan kepalanya, dan menatap Joe, dengan tidak percaya.
Segera Dervla berjalan menghampiri mereka, dan berkata, "Benar Xandre, tengkorak itu memanglah Franc, adikmu. Ia telah mati, karena dibunuh oleh Rebecca".
"Apa?! Dibunuh oleh Rebecca? Tapi, ia kan sudah mati, karena dibunuh, oleh seorang pemburu vampir" ujar Xandre, sambil menatap Dervla, dengan bingung.
"Benar, ia memang sudah mati, karena dibunuh oleh seorang pemburu vampir. Tapi ia mengatakan, kalau ia berhasil dihidupkan, oleh seseorang" ucap Dervla.
"Tapi, kenapa ia membunuh Franc? Apakah Franc, mempunyai salah padanya?" tanya Xandre kembali, dengan dahinya yang ia kerutkan.
Segera Dervla menggelengkan kepalanya, dan beralih menatap Franc, yang telah menjadi tengkorak, "Franc memang tidak mempunyai salah apapun, padanya. Justru, Rebecca sangat mencintai Franc. Maka dari itu, ia membunuh Franc, karena tidak bisa memilikinya. Dan ia mengatakan, jika ia tidak bisa memiliki Franc, maka wanita atau vampir manapun, juga tidak bisa memilikinya, termasuk aku" tuturnya.
Mendengar penuturannya Dervla, membuat kedua matanya Xandre, kembali membelalak, "Apa?! Gila! Berani-beraninya, ia melakukan hal itu, pada adikku" ucapnya, yang mulai terlihat geram, dan mengepal tangannya, dengan begitu kuat.
"Bahkan, tadi ia juga sempat ingin membunuhku, namun untung saja, Joe segera datang, sehingga membuatnya langsung melarikan diri" ujar Dervla, yang masih menatap tengkoraknya Franc.
Dengan berat, Xandre menghela nafasnya, dan mengusap wajah, dengan telapak tangannya, "Tidak bisa dibiarkan, aku akan segera membalas perbuatannya" katanya, yang kemudian beralih menatap adiknya, yang telah menjadi tengkorak, "Ya sudah, sekarang kita taruh tengkoraknya Franc, di dalam kamarnya. Ayo!" ucapnya, pada Dervla dan Joe. Dan kemudian, ia pun berjalan lebih dulu, dan menaiki anak tangga.
Dervla dan Joe pun hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera berjalan, mengikuti Xandre. Lalu mereka menaiki tangga yang berkelok-kelok itu, yang terbuat dari batu, sehingga langkah mereka, menimbulkan bunyi.
Setelah sampai di lantai dua, mereka berjalan di sebuah lorong yang besar, dan mengikuti Xandre, dari belakang.
Lalu Xandre menghentikan langkahnya, di depan sebuah ruangan, dan membuka pintunya, "Silahkan masuk" ucapnya, sambil menoleh ke arah Dervla, dan Joe.
Segera Joe mengganggukkan kepalanya, dan berjalan memasuki kamar tersebut, yang merupakan kamarnya Franc.
"Langsung taruh di atas kasur saja, Joe" ujar Xandre, yang berjalan menghampiri Joe, dan diikuti oleh Dervla.
Namun Joe hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera menaruh tengkoraknya Joe, di atas tempat tidur, dengan begitu hati-hati.
Setelah selesai, Joe pun menghela nafasnya dengan sedikit lega, dan menegakkan tubuhnya.
"Terima kasih Joe" ucap Xandre, sambil menatap Joe, "Tapi, kenapa kau bisa berada di sini? Bukankah, kau masih berada di Italia?" tanyanya, sambil mengerutkan dahinya.
"Aku baru saja datang. Dan, aku datang ke sini, untuk mengecek keadaan di sini, apakah sudah aman, atau belum? Karena semua werewolf, yang ada di wolfpackku, ingin kembali ke negara ini. Maka dari itu, aku harus mengecek keadaannya, terlebih dahulu" jawab Joe.
"Lalu, kenapa kau bisa bertemu dengan Dervla, dan Franc?" tanya Xandre kembali, sambil melipat kedua tangannya, di dada.
"Tadi aku tak sengaja, sedang lewat di tempat kejadian. Tapi aku langsung menghentikan langkahku, saat aku melihat, Rebecca yang hendak menumpahkan sesuatu, di atas kepalanya Dervla. Melihat hal tersebut, membuatku refleks langsung berteriak, dan berlari menghampiri mereka. Karena aku yakin, yang ingin Rebecca tumpahkan, adalah air suci, dan ia pasti berniat, untuk membunuh Dervla. Dan rupanya benar, ia memang berniat untuk membunuh Dervla. Namun ia langsung berlari begitu saja, saat melihatku" tutur Joe.
Dengan kasar, Xandre menghela nafasnya, dan menggangguk-anggukkan kepalanya, "Kalau begitu, terima kasih Joe. Karena kau telah, menyelamatkan Dervla" katanya.
"Sama-sama Xandre, tapi maaf, aku tak bisa menyelamatkan adikmu, karena aku datang, di saat Rebecca, sudah membunuhnya" ujar Joe, sambil menundukkan kepalanya, dan merasa bersalah, meski itu bukanlah, salahnya.
To be continue. . .

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire vs Wolves [COMPLETE]
Vampire~ Sequel of Tueur de Vampire ~ (Disarankan untuk membaca cerita pertamanya dulu, yang berjudul "Tueur de Vampire") Setelah pindah ke Italia, Dervla dan Franc pun melanjutkan kehidupan mereka, sebagai seorang vampir, di tengah-tengah kehidupan para m...