"Maaf Rebecca, tapi aku memang sudah berniat, untuk membalas perbuatanmu. Dan niatmu untuk membuat Franc, agar tidak dimiliki oleh diriku ataupun wanita lain, tidaklah berhasil. Karena kini, aku sudah berhasil menghidupkan Franc kembali. Dan untuk selamanya, Franc akan menjadi milikku" tutur Dervla, sambil memperhatikan Rebecca, yang tengah merasa kepanasan, di wajahnya.
"Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi! Karena ia hanyalah milikku!" ucap Rebecca, yang langsung berdiri, dan hendak mengambil sebuah kayu runcing, yang berada di tangannya Dervla.Segera Dervla menghindar dari Rebecca, dan berdiri tepat di belakangnya. Lalu ia memeluk lehernya Rebecca dengan erat, dan berkata, "Jangan bermimpi Rebecca! Karena kenyataannya, Franc hanyalah milikku. Dan, aku tak akan membiarkan siapapun, mengambilnya dariku! Lagipula, mengambil milik seseorang, itu adalah hal, yang begitu jahat. Dan seharusnya kau mengerti, jika cinta tak harus memiliki".
"Aku tidak peduli, dengan hal itu! Karena aku begitu ingin memilikinya. Dan seharusnya, ia bisa menjadi milikku. Tapi kau malah datang, dan menghancurkan hal tersebut" ucap Rebecca, dengan nafas yang terengah-engah.
Mendengar apa yang baru saja Rebecca katakan, membuat Dervla menatapnya, penuh dengan kebencian, "Itu bukanlah salahku, melainkan takdir! Takdir yang membuatku datang, ke dalam hidupnya Franc. Dan lagipula, Franc lah yang memberiku pilihan, dan merubahku menjadi sepertinya. Dan. .Oh ya, ada satu hal, yang harus kau ketahui. Jika kau ingin mendapatkan Franc, seharusnya kau tidak memusuhi kakaknya. Justru, kau harus berusaha mendekatinya, bukan malah meremehkannya" tuturnya.
"Tapi mereka memang pantas untuk diremehkan, karena mereka berada jauh di bawah kita!" ujar Rebecca, dengan nada bicara, yang sedikit lebih tinggi.
Dengan kasar, Dervla menghela nafasnya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Terserah kau saja, Rebecca. Tapi sebelum kau mati, kau harus mengetahui satu hal. Yaitu, kini Franc dan Joe, sudah tak lagi bermusuhan, bahkan mereka berjanji, akan saling melindungi, satu sama lain, dan menjadi saudara" tuturnya kembali.
Kedua matanya Rebecca pun langsung membelalak, setelah mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, "Tidak! Itu tidak mungkin! Karena setahuku, Franc sangat membenci Joe" ucapnya.
"Iya, Franc memang sangat membenci Joe, tapi tidak dengan sekarang. Karena kini, mereka sudah tidak lagi bermusuhan" ucap Dervla, sambil menatap Rebecca, dari belakang, "Dan, ucapkan lah selamat tinggal, Rebecca" sambungnya, yang kemudian langsung menusukkan kayu runcing tersebut, tepat di jantungnya Rebecca.
Rebecca pun langsung berteriak, dan terjatuh ke tanah, "Tidakkkkkkk! Kau memang brengsek, Dervla! Aku berjanji, akan membalas perbuatanmu" pekiknya.
"Itu tidak akan pernah terjadi. Rebecca. Dan, yang brengsek itu adalah dirimu, bukan diriku. Karena kau telah membunuh Franc. Sekarang, kau rasakan akibatnya, karena kau telah membunuh, seorang vampir, yang sangat kucintai" ujar Dervla, yang kemudian menyalakan korek api, dan melemparkannya pada tubuhnya Rebecca.
Seketika, api itu pun langsung menyambar, pada tubuhnya Rebecca, sehingga membuatnya jadi terbakar, dan berteriak kesakitan, "Tidakkkkkkk, tolong akuuu Dervla!".
"Dervla!"
Dervla pun langsung mengangkat kepalanya, saat ia mendengar, suara seseorang, yang memanggil namanya. Dan dapat ia lihat, Draven, Franc, dan Joe, yang sedang berdiri, tidak jauh di depan sana.
Melihat hal tersebut, membuatnya langsung berjalan, dan menghampiri mereka bertiga.
"Dervla, kau baik-baik saja, kan?" ujar Franc, sambil menatap Dervla, dengan begitu khawatir.
Dervla pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Iya, aku baik-baik saja, Franc" ucapnya, sambil mengusap kepalanya Draven.
"Dervla, apakah itu Rebecca?" ucap Joe, sambil memperhatikan Rebecca, yang tengah terbakar, dan dimakan oleh api.
"Iya, itu adalah Rebecca. Kini, ia telah mendapat balasannya" jawab Dervla, sambil mengganggukkan kepalanya. Lalu ia menoleh ke arah Franc, dan berkata, "Tapi, bagaimana ceritanya, kalian bisa berada di sini?".
Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan menundukkan kepala, "Tadi, aku bermimpi kau dibunuh, oleh Rebecca. Maka dari itu, aku langsung terbangun, dan ternyata kau tidak ada di sebelahku. Dan tak lama, Draven memanggil nama-namamu, hingga akhirnya aku terpaksa membangunkannya. Lalu kami pun segera keluar, dari dalam kamar. Namun tak sengaja, kami bertemu dengan Joe, yang baru keluar, dari kamarnya. Joe pun bertanya, kami ingin pergi ke mana? Lalu aku menjelaskan padanya, tentang apa yang terjadi, di dalam mimpiku. Dan setelah itu, kami langsung pergi, dan mencari dirimu" tuturnya.
"Iya Bu, tadi aku bermimpi buruk, tentang ibu" ujar Draven, sambil mendongak, dan menatap Dervla.
Sebuah senyuman pun langsung terukir di wajahnya Dervla, lalu ia mengusap kepalanya Draven, dan berkata, "Kalian jangan khawatir, karena ibu baik-baik saja".
"Lihatlah, Rebecca sudah menjadi abu!" ujar Joe, sambil menunjuk ke arah Rebecca, yang berada di depan sana.
Mereka bertiga pun langsung menoleh ke arah Rebecca, dan betapa terkejutnya, Dervla dan Franc, saat melihat Rebecca, yang sudah menjadi abu.
Melihat hal tersebut, membuat Franc membulatkan kedua matanya, dan menoleh ke arah Dervla, "Kenapa ia bisa menjadi abu?" tanyanya.
"Karena aku membakarnya, dengan menggunakan korek api. Agar, tak ada satupun, yang bisa menghidupkannya kembali. Sebab, Count Dracula pernah mengatakan, kalau bangsa kita bisa dihidupkan kembali, asakan jasadnya disimpan dengan baik. Tapi kini, Rebecca sudah menjadi abu, dan sebentar lagi, angin akan membawanya terbang, dan menghilang" tutur Dervla, dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.
Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung menyunggingkan senyuman, dan menghela nafasnya, dengan lega, "Aku begitu lega mendengarnya" katanya.
Segera Dervla menoleh ke arah Draven dan Franc, dan menyunggingkan senyuman, "Aku akan berusaha, untuk menjaga dan melindungi kalian. Dan selama ada diriku, maka akan kupastikan tidak ada satupun, yang bisa menyentuh, ataupun membunuh kalian. Jika ada yang melakukannya, maka mereka akan kuhabisi, sampai tak tersisa, dan menjadi abu, seperti Rebecca" tuturnya.
Sebuah senyuman pun kembali terukir di wajahnya Franc, segera ia memeluk Dervla dan Draven, dan berkata, "Aku sangat bangga padamu, Dervla. Dan aku juga akan berusaha, untuk selalu menjaga dan melindungi kalian. Karena aku sangat menyayangi kalian".
Namun Dervla hanya tersenyum saja, dan memeluk Franc, dan Draven.
Melihat pemandangan tersebut, membuat Joe ikut menyunggingkan senyuman, dan berkata di dalam hatinya, "Aku ikut senang melihatnya, walaupun aku sangat ingin, aku yang berada di posisinya, Franc. Tapi, aku sudah merelakan Dervla, untuk Franc. Dan lagipula, Dervla hanya menginginkan Franc, dan tak bisa menjalani hidup tanpanya".
To be continue. . .

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire vs Wolves [COMPLETE]
Vampiros~ Sequel of Tueur de Vampire ~ (Disarankan untuk membaca cerita pertamanya dulu, yang berjudul "Tueur de Vampire") Setelah pindah ke Italia, Dervla dan Franc pun melanjutkan kehidupan mereka, sebagai seorang vampir, di tengah-tengah kehidupan para m...