#72

180 16 0
                                    

Dervla dan Franc baru saja tiba, di depan rumahnya Joe.


"Jadi, ini adalah rumahnya Joe, dan para wolfpacknya?" ujar Franc, sambil memperhatikan rumah tersebut.

Segera Dervla mengganggukkan kepalanya, dan menoleh ke arah vampir, yang dicintainya itu, "Iya, inilah rumahnya Joe, dan para wolfpacknya. Dan, dulu kakakmu juga tinggal di sini" ucapnya.

"Aku baru mengetahuinya, karena selama ini, aku tidak pernah tahu, jika di dalam hutan ini, terdapat sebuah rumah, yang ditempati oleh para Werewolf. Dan lagipula, aku sangat jarang, masuk ke dalam hutan ini, apalagi jika sampai menyelusurinya" ujar Franc.

"Ya sudah, kalau begitu ayo kita masuk ke dalam, karena kuyakin, Draven pasti akan begitu senang, saat melihatmu" ajak Dervla, sambil memeluk lengannya Franc.

Namun Franc hanya mengganggukkan kepalanya saja, tanpa mengatakan apa-apa. Dan kemudian, mereka berdua segera melangkah masuk, ke dalam rumahnya Joe, yang pintunya tidak tertutup.

Dan sesampainya di dalam, mereka langsung menghentikan langkah, saat melihat Draven, yang sedang bermain bersama dengan Joe.

Melihat hal tersebut, membuat Franc langsung membulatkan kedua matanya, dan berkata, "Draven?"

Draven dan Joe pun langsung menoleh, ke arah sumber suara, dan betapa terkejutnya mereka, saat melihat Franc, yang sedang berdiri, di sebelahnya Dervla.

"Ayah?!" ucap Draven, yang langsung bangkit dari sofa, dan berlari ke arah Dervla, dan Franc.

Melihat Draven yang berlari ke arahnya, membuat Franc langsung berjongkok, dan merentangkan kedua tangannya.

"Ayah, akhirnya ayah datang juga. Aku sudah sangat merindukan ayah" ujar Draven, yang langsung memeluk Franc, dengan begitu erat.

Perlahan, Franc pun membalas pelukannya Draven, dan mengusap-usap punggungnya, "Ternyata, kau masih mengenali wajah ayah" ucapnya.

Segera Draven melepaskan pelukannya, dan menatap Franc, dengan dalam, "Tentu, saat pertama kali melihat wajah ayah, aku langsung mengingatnya, dan tidak pernah lupa sekalipun. Maka dari itu, meskipun kita sudah lama tidak bertemu, aku tetap mengingat wajah ayah, walaupun saat itu, aku masih begitu kecil" tuturnya.

"Kalau begitu, sekarang Draven main di dalam kamar dulu, ya? Karena ada yang ingin ayah bicarakan, pada paman Joe" ujar Franc, sambil mengusap kepalanya Draven, dan menyunggingkan senyuman.

"Baik yah, tapi ayah jangan pergi lagi, ya?" ucap Draven, sambil mengganggukkan kepalanya.

Dengan senyuman, yang masih terukir di wajahnya, Franc pun mengganggukkan kepalanya, dan berkata, "Tentu saja tidak nak, ayah berjanji padamu".

Namun Draven hanya mengganggukkan kepalanya saja, dan segera beranjak pergi, tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Silahkan duduk" ujar Joe, dengan sedikit datar, dan mempersilahkan Dervla dan Franc, untuk duduk di sofa.

Dengan kasar, Franc menghela nafasnya, dan mengajak Dervla, untuk duduk di sofa.

"Jadi, bagaimana ceritanya kau bisa hidup kembali?" tanya Joe, sambil menatap Franc, dengan sedikit datar.

"Itu karena Dervla, yang menghidupkanku kembali. Ia menggunakan darahnya, untuk menghidupkanku" jawab Franc, sambil menoleh ke arah Dervla, dan menggenggam tangannya.

"Benar Joe, seperti yang pernah kukatakan padamu, kalau aku tidak bisa melanjutkan hidupku, tanpa Franc. Maka dari itu, aku bertekad untuk menghidupkannya kembali, meskipun Xandre tidak menyetujuinya" sahut Dervla, yang meng-iyakan ucapannya Franc.

Joe pun langsung mengganggukkan kepalanya, setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan, oleh mereka berdua, "Syukurlah, aku senang melihatmu, yang hidup kembali, Franc" katanya, lalu ia menundukkan kepalanya, dan teringat, dengan sesuatu, "Dan, aku juga ingin meminta maaf padamu, karena selama ini, aku begitu sering, mencoba merebut Dervla, darimu. Tapi kini aku sudah sadar, kalau cinta tak harus memiliki. Dan, aku tak akan mengejar-ngejar Dervla lagi, ataupun mencoba merebutnya, darimu" sambungnya.

Mendengar apa yang baru saja Joe katakan, membuat Franc langsung menyunggingkan senyuman, dan mengganggukkan kepalanya, "Aku sudah memaafkanmu Joe, dan aku juga ingin minta maaf, karena selama ini, sudah menganggap remeh bangsamu. Bahkan, aku sudah berpikir, kalau kau lah, yang merubah kakakku, menjadi seperti dirimu. Tapi ternyata aku salah, justru kau lah, yang telah menolong kakakku, dan membawanya ke sini. Dan aku ingin, mulai saat ini, tidak ada lagi peperangan, ataupun perkelahian di antara kita. Karena aku tidak mau, jika Count Dracula, menjadi murka. Maka dari itu, mulai detik ini, aku akan mengibarkan bendera perdamaian terhadapmu, dan juga bangsamu" tuturnya.

Bibirnya Dervla pun langsung terangkat, setelah mendengar apa yang baru saja Franc katakan. Sungguh, ia tak menyangka, jika Franc akan mengatakan hal itu. Dan ia akan semakin senang, jika Joe menerima perdamaiannya Franc.

Joe pun langsung mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman, "Aku juga sudah memaafkanmu, Franc. Dan, aku menerima perdamaianmu" katanya.

Segera Franc mengangkat kepalanya, dan mengukirkan sebuah senyuman, "Benarkah? Kau mau menerima perdamaianku?" tanyanya, yang terlihat sedikit tidak percaya.

"Iya Franc, aku menerima perdamaianmu. Karena aku juga sudah lelah, jika terus-menerus, harus berkelahi denganmu, dan menjadi musuh bebuyutan. Bangsa kita yang lain, boleh tetap menjadi musuh, tapi tidak dengan kita. Dan mulai saat ini kita berdamai, dan tidak ada lagi, yang namanya permusuhan ataupun peperangan, di antara kita" tutur Joe, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Franc pun langsung berdiri, dan berjalan menghampiri Joe. Melihat hal tersebut, membuat Joe segera berdiri diri juga, dan menyunggingkan senyuman.

"Terima kasih Joe, kau telah menerima perdamaianku. Dan terima kasih juga, kau telah menjaga, dan melindungi Dervla serta Draven, selama aku tidak ada" ujar Franc, sambil memeluk Joe.

Segera Joe membalas pelukannya Franc, dan menepuk-nepuk bahunya, dengan pelan, "Sama-sama Franc, itu sudah menjadi kewajibanku. Meskipun aku tidak bisa memilikinya, tapi aku harus tetap menjaga dan melindunginya, apalagi jika kau sedang tidak ada" katanya, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Perlahan, Franc pun melepaskan pelukannya, dan kembali menyunggingkan senyuman, "Sekali lagi, terima kasih Joe. Mulai saat ini, kita akan menjadi teman" ucapnya, sambil menatap Joe.

"Tentu saja, bahkan menjadi saudara juga, yang akan saling melindungi, satu sama lain" ucap Joe, dengan disertai senyuman, yang terukir di wajahnya.

Melihat pemandangan tersebut, membuat Dervla tersenyum senang. Karena mulai saat ini, Franc dan Joe, tidak akan bermusuhan lagi.














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang