#52

260 23 1
                                    

"Bercanda? Kata siapa, aku sedang bercanda?" ucap Rebecca, sambil mendengus.

"Tapi, kenapa kau ingin membunuhku, Rebecca? Bukankah, kau begitu mencintaiku, dan sangat menginginkanku?" ujar Franc.

"Iya, aku memang begitu mencintaimu, Franc. Dan aku sangat ingin, kau bisa menjadi pasanganku. Tapi, hal itu sangat tidak mungkin, karena kini, kau sudah memiliki, vampir baru itu. Dan maka dari itu, aku ingin membunuhmu, agar wanita lain, tidak bisa memilikimu juga, termasuk Dervla!" tutur Rebecca, sambil menatap Franc, dengan tajam.

Mendengar apa yang barus saja Rebecca katakan, membuat Franc begitu terkejut, dan membulatkan kedua matanya. Ia pun segera menggelengkan kepalanya, dan bangkit dari posisinya, "Kau sudah gila, Becca!" ucapnya.

"Iya, gila karena dirimu, Franc" jawab Rebecca, sambil menyunggingkan seringaian, dan mengambil sesuatu, dari saku celana belakangnya.

"Becca, dengarkan aku. Kau masih bisa, mendapatkan pria atau vampir lain, di luar sana, yang bisa menjadi pasanganmu. Dan, kau harus tahu, kalau cinta tidak dapat dipaksakan" ujar Franc.

"Aku tahu hal itu, tapi aku tidak mau, pria atau vampir lain. Karena yang aku mau, hanyalah dirimu, Franc! Dan aku tak peduli, dengan hal tersebut!" ucap Rebecca, dengan nada bicara, yang sedikit lebih tinggi. Lalu ia membuka sebuah botol kecil, yang dipegangnya dan menyunggingkan seringaian, "Sekarang, waktunya untuk kau mati, Franc" sambungnya, yang kemudian melempar botol tersebut, pada Franc, sehingga botol itu, mengenai tubuhnya Franc.

Franc pun langsung merasa kepanasan, saat cairan yang berada di dalam botol itu, mengenai tubuhnya, "Sialan kau, Rebecca!" ucapnya.

Namun Rebecca malah kembali menyunggingkan seringaian, dan mengeluarkan sebuah kayu runcing, dari saku jaketnya, "Silahkah saja kau kabur, itu pun jika kau bisa. Karena kini, kau sudah mulai melemah, Franc. Sebab, air itu bukanlah air biasa, melainkan air suci" ucapnya. Dan kemudian, ia mengarahkan kayu runcing itu, pada Franc.

Melihat hal tersebut, membuat Franc langsung menggelengkan kepalanya, dan menatap Rebecca, dengan begitu takut. Dan ingin rasanya, ia berlari sekencang mungkin, agar dapat terbebas, dari Rebecca. Namun sayang, saat ini tubuhnya, terasa begitu lemas, karena terkena air suci. Bahkan, untuk sekedar berjalan pun, ia tidak bisa.

"Maafkan aku ya, Franc. Aku harus membunuhmu. Andai saja, saat itu kau mau menerimaku, dan menjadi pasanganmu. Maka hal ini, tidak akan pernah terjadi, padamu" ujar Rebecca, sambil mengusap wajahnya Franc.

"Tidak Rebecca! Kumohon lepaskan aku. Karena Dervla dan Xandre, pasti akan mencariku" ucap Franc, sambil menatap Rebecca, dengan tatapan memohon.

"Tidak bisa Franc, aku har--"

"Franc?"

Mereka berdua pun langsung menoleh, ketika mendengar suara seseorang, yang memangil namanya Franc.

"Dervla?" ucap Franc, saat melihat Dervla, yang berdiri di depan sana.

Melihat hal tersebut membuat Rebecca menyunggingkan seringaian, dan segera berdiri, di belakangnya Franc. Lalu ia pun langsung memeluk lehernya Franc, dan mengarahkan kayu runcing itu, pada Franc, "Dervla, kebetulan sekali, kau ada di sini. Karena kau akan menyaksikan secara langsung, vampir yang kau cintai, mati di depan matamu" ucapnya.

Kedua matanya Dervla pun langsung membelalak, setelah mendengar, apa yang baru saja Rebecca katakan, "Rebecca? Bukankah--"

Belum selesai Dervla berbicara, tapi Rebecca malah memotongnya, "Ya, aku memang sudah mati, tapi aku berhasil dihidupkan kembali, oleh seseorang. Dan kini, aku akan membunuh vampir, yang kau cintai ini, dan setelah itu, aku akan membunuh dirimu, lalu anak kalian" ucapnya, dengan disertai seringaian, yang terukir di wajahnya.

Segera Dervla berjalan menghampiri mereka berdua, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak Rebecca, kumohon jangan lakukan hal itu" pintanya.

"Berhenti di situ, Dervla! Atau, aku akan membunuh Franc, saat ini juga" ujar Rebecca, yang terdengar seperti sebuah ancaman.

"Dervla, cepat lari, dan selamatkan anak kita" ujar Franc.

"Tidak Franc, aku akan menyelamatkanmu, agar kita bisa tetap bersama" ucap Dervla, sambil menggelengkan kepalanya, dengan air mata, yang mulai mengalir, di pipinya.

"Tidak Dervla, aku tidak mungkin bisa selamat, karena air suci, yang dilemparkan oleh Rebecca, sudah melemahkanku" ujar Franc.

"Berhentilah berdrama di depanku, karena aku begitu muak mendengarnya" cibir Rebecca, sambil memutar bola matanya.

"Rebecca, kumohon lepaskan Franc, dan jangan bunuh dia. Aku berjanji, akan memberikan apapun, yang kau inginkan" pinta Dervla, sambil menatap Rebecca, dengan tatapan memohon.

Rebecca pun kembali memutar bola matanya, dan mendengus, "Apapun, yang aku inginkan? Termasuk, vampir yang kau cintai ini? Apakah kau rela, memberikan Franc padaku?" ucapnya, sehingga membuat Dervla langsung terdiam, dan mendadak jadi patung.

"Dervla, kumohon segera lari, dan selamatkan anak kita. Dan satu lagi, kau harus selalu tahu, bahwa aku sangat mencintaimu" ujar Franc, sambil menatap Dervla, dengan dalam.

Dervla pun langsung tersadar dari lamunannya, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak Franc, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Dan bukankah, kau pernah bilang padaku? Kalau aku mati, maka kau akan mati juga? Itu artinya, aku akan mati juga, jika kau mati!" ucapnya,

"Seperti kisah cinta, di film-film saja" cibir Rebecca, sambil memutar bola matanya.

"Rebecca, aku tahu jika kau tidaklah jahat. Kau pasti mau, kan? Untuk melepaskan Franc?" ujar Dervla, yang beralih menatap Rebecca.

"Tidak, aku akan tetap membunuhnya, Dervla! Dan setelah itu, aku akan membunuhmu, dan juga anak kalian berdua" ucap Rebecca.

"Aku tahu, kau sangat benci padaku, Rebecca. Jadi sebaiknya, kau bunuh aku saja, jangan Franc, kumohon" pinta Dervla kembali.

Mendengar apa yang baru saja Dervla katakan, membuat Franc langsung terkejut, dan membulatkan kedua matanya, "Dervla, cepat lari!" ucapnya. Namun di dalam hatinya, ingin rasanya ia menendang Rebecca, agar bisa melarikan diri. Tapi sayang, ia benar-benar merasa kehilangan, seluruh kekuatannya, bahkan tenaga pun, ia tak punya.

"Tidak Franc, aku akan tetap--"

Franc pun langsung berteriak, saat Rebecca berhasil menusukkan, kayu runcing itu, tepat pada jantungnya. Lalu Rebecca segera melepaskan pelukannya dari lehernya Franc, dan membiarkan vampir yang dicintainya itu, terjatuh begitu saja.

"Franccccccc" pekik Dervla, yang langsung berlari ke arah Franc, dan segera memangku tubuhnya.

"D-Dervla, aku sangat mencintaimu, sampai kapanpun" ucap Franc, sambil menatap Dervla, dengan dalam. Sedangkan tubuhnya, mulai keluarkan asap, seperti sedang dipanggang.

"Tidak Franc, kau pasti bisa selamat, bertahanlah" ucap Dervla, sambil menggelengkan kepalanya, dan mencoba membantu Franc, untuk berdiri.

Namun tiba-tiba. . .














To be continue. . .

Vampire vs Wolves [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang