Happy reading
Kasih bintang dulu ya"pergi, kau menyakitiku, kau mengecewakan ku"
Prangg
"PERGI!"
"Kenapa hah? kenapa kau melakukan ini padaku?" Tangan Jungkook gemetar, air matanya terus mengalir begitu saja sambil menatap sebuah benda tajam dalam genggamannya.
"Jungkook-ahh" suara teriakan itu sudah beberapa kali masuk ke telinganya, ditambah lagi beberapa kali suara dobrakan. Tapi jungkook tak perduli, dengan tangan gemetar jungkook mengarahkan benda itu pada pergelangan tangan kirinya.
Jungkook memejamkan matanya erat
Brakk
"Y-yunji-ahh" lirihnya sebelum...
Prangg
Dengan sigap Jimin langsung menendang pisau yang sebelumnya digenggam oleh jungkook, semuanya pun sempat menghela nafas lega ketika jimin berhasil meminimalisir hal buruk yang bisa kembali terjadi.
Sementara itu Jungkook menatap tajam pada sosok Jimin yang sekarang berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan jungkook.
"KENAPA HYUNG? KENAPA?" teriak Jungkook tepat di depan wajah Jimin. Sementara Jimin hanya menggeleng pelan
"Kenapa kau tidak membiarkan aku mati. kenapa? Aku sudah membuat kalian kehilangan segalanya dan--" Jungkook menarik nafas dalam mengubah ekspresi marahnya menjadi sendu
"Seseorang yang mulai aku percaya yang mungkin sudah mencairkan aku yang semula seolah beku. Kenapa Hyung? Kenapa dia tega membohongiku? Menghancurkan semuanya Hyung?" Jungkook menangis histeris berusaha mengambil kembali benda yang sempat berada di genggamannya, namun hal itu lebih dulu dilakukan yooswa.
Perlahan Jimin mundur memberi akses untuk yooswa berinteraksi dengan jungkook. Jungkook sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri, dia merasa begitu sakit melihat jungkook seperti ini. Mengingat ia kehilangan adik kandungnya untuk selamanya karena hal serupa. Jadi sebisa mungkin ia tidak mau hal yang sama terjadi pada jungkook.
Tingkah menggemaskan jungkook seperti pencerminan dari adiknya, hal ini pula yang mendorongnya untuk menjadi seorang psikolog agar tidak banyak orang yang kehilangan nyawa atas dasar hal yang belum tentu pasti seperti yang menimpa adiknya.
"kau ingin mati? Kau ingin meninggalkan seseorang yang kau bilang sudah mengecewakan mu memperjuangkan hidupnya seorang diri?" Yooswa berusaha berbicara dengan aksen tanpa penekanan, berharap jungkook yang masih belum terkontrol emosinya bisa sedikit mengerti.
"Bukankah dia penggemarmu? Dia tidak mungkin melakukannya tanpa alasan, bahkan orang orang yang menyayangi mu tidak mungkin melakukan ini semua tanpa dasar yang jelas" yooswa menatap setiap member yang berdiri di ambang pintu.
"Kau harus sembuh untuk bisa memahami dengan jelas penjelasan yang sebenarnya, ingatlah bahwa semua ini ada alasannya dibaliknya"
Jungkook pening memikirkan semua kata kata itu
Mereka tidak mungkin melakukannya tanpa alasan
Kalimat itu terngiang di otak JungkookJika aku berbohong padamu, tolong dengarkan penjelasan ku karena aku memiliki alasan untuk itu
Tolong dengarkan aku
Tolong
Tolong
Jungkook memegangi kepalanya yang kian memberat, jungkook berlari tak karuan menuju kamar mandi, para member sempat khawatir sebelum mendapat anggukan yakin dari yooswa bahwa jungkook akan baik baik saja di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐋𝐎𝐆 ✓
Fanfiction[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉ] Nyatanya hidup lebih rumit dari Longleat Maze Bagaimana jika seorang fans harus menjadi dokter jiwa bagi biasnya sendiri? Menyaksikan biasnya menderita dan hal hal yang membuatnya berharap lebih akan keadaan? Mereka pasti akan menemukan...