Sore ini, Nata dengan khsus di jemput oleh Elang, setelah terlebih dahulu gadis itu berpamitan kepada Ayah dan Ibunya.
Elang membawa supir sendiri, lantaran mereka akan berangkat ke Solo menggunakan kereta api. Seluruh teman-teman mereka sudah menunggu di stasiun, saat Elang dan Nata baru saja sampai.
Waktu keberangkatan kereta masih sekitar empat puluh menit lagi, sehingga membuat mereka tidak terlalu buru-buru. Setelah menyapa teman-temannya, Nata menjauh dari Elang dan memilih untuk bergabunh dengan tim perempuannya yang saat ini hanya beranggotakan empat orang.
Dua di antaranya yaitu Adele dan Rika, muncak ke gunung adalah muncak pertamanya, sedangkan Syla, ini menjadi kali ke duanya ia muncak. Namun beda hal dengan Nata yang sudah berulang-ulang muncak, dan membuat ke tiga temannya semangat untuk bertanya pengalaman Nata.
Nata tersenyum mendengar berbagai pertanyaan antusias teman-temannya, dan terlihat semangat dengan perjalanan kali ini karna mendengar cerita Nata.
"Aku tuh udah kangen banget ke Lawu, karna pengen ketemu sama mbok Yem. Kalian tau gak, warung tertinggi itu ada di Indonesia. Ya warung mbok Yem itu" ucap Nata sumringah.
Ketiga temannya tak kalah sumringah saat tahu, sebentar lagi mereka akan pergi ke tempat satu-satunya yang ada di dunia, warung Mbok Yem.
"Gue gak sabar nih, gimana woy" ucap Adele.
Ketiga perempuan lainnya tertawa mendengar ucapan Adele.
"Gue malah lebih kepengen ngelihat bunga Edelwis tau gak sih" kali ini, Rika yang berucap dengan geram.
Nata mengangguk mengerti, wajahnya terlihat serius, "entar di lihat aja ya. Jangan di petik, apalagi di bawa pulang! Nanti kamu bisa di pidanakan karna itu" peringat Nata yang lebih berpengalaman.
"Kenapa gitu? Maksudnya, gue juga udah sering dengar info kalau bunga itu emang gak boleh di cabut. Cuma gue penasaran, kenapa enggak boleh di cabut" tanya Adele, yang memang merupakan anggota baru di organisasi mereka.
"Yang pertama jelas karna di lindungin oleh undang-undang. Dulu bunga ini banyak banget, namun karna sering di petik dan di jadikan tanaman hias atau koleksi, populasinya jadi berkurang banyak dan di ancam punah. Mami aku juga punya, karna bunga ini kan bisa tahan sampai sepuluh tahun. Tapi, ada beberapa gunung yang melarang keras memetik bunga ini karna ada penunggunya. Aku kurang tahu, tapi yang jelas intinya, kita gak boleh sembarangan di gunung" jawab Nata.
Ketiga temennya mengangguk mengerti mendengar penjelasan Nata.
"Aku mau ke toilet, ada yang mau ikut?" tanya Nata yang sudah bangkit berdiri.
Adele dan Syla menawarkan untuk menemani. Dan baru saja Nata dan kedua temannya berjalan menjauhi teman-temannya, Elang memberhentikan mereka, saat melirik ke arah Nata.
"Mau kemana?" tanya Elang, yang masih berada di tengah-tengah sekumpulan teman laki-laki mereka, yang entah sedang membicarakan apa.
"Mau ke toilet" jawab Nata pendek.
Elang kembali menghadap ke teman-temannya untuk permisi pergi. Dan setelah mendapatkan izin, ia berjalan menuju Nata.
Tanpa mempedulikan sekitarnya, Elang memegang tangan gadis itu. "Ayo!!" ajaknya yang kembali berjalan.
"Kalau udah ada Elang, gue sama Adele gak jadi nemanin lah" ucap Syla tiba-tiba.
Nata berbalik tidak terima, "kok gitu Syl?" tanyanya cemberut.
Terkekeh, Syla kembali berucap, "kan tadi niatnya emang cuma mau nemanin. Kalau udah ada Elang, kita gak perlu nemanin lagi dong" jawab Syla, yang langsung kembali duduk begitu saja.
"Emang kenapa kalau gue yang nemanin?" tanya Elang pada Nata tersinggung.
Gelagapan, Nata menggeleng, "bukannya gak mau bang, tapi ya udah, ayo" jawabnya pasrah dengan lirih.
Teman laki-laki mereka bersiul menggoda Elang yang jelas membuat Nata merona malu.
"Ayo!!" Ajak Elang kembali yang tidak mempedulikan godaan dari teman-teman mereka.
Mereka berdua berjalan menuju toilet yang sedikit jauh dari tempat mereka duduk. Dan Nata, memilih memandang sekitarannya, karna gugup harus berduaan dengan Elang. Dia masih belum terbiasa terlalu dekat dengan laki-laki seperti ini.
"Lebih enak mandang orang lain ya, dari pada gue" ucap Elang.
Ucapan tersinggung Elang jelas membuat Nata semakin gugup. Ia merasa serba salah sekarang.
"Kok panik?" tanya Elang terkekeh saat melihat Nata yang gugup.
Terkekeh, Elang mengelus rambut depan gadis itu. "Maaf ya buat lo jadi gugup begini" ucapnya yang masih belum melepaskan elusan pada rambut Nata.
Sesampainya di depan kamar mandi, Elang meminta Nata masuk dan ia menunggu di depannya. Elang menatap awas sekelilingnya, melihat orang-orang yang tadi menatap gadis itu lebih dari sepuluh detik pasca mereka lewat tadi.
"Sudah?" Tanya Elang saat melihat Nata keluar dari kamar mandi.
Gadis itu mengangguk, dan tidak lupa dengan senyumnya yang selalu terpantri di bibir merahnya.
Elang kembali menggenggam tangan gadis itu, namun kali ini ia membiarkan tubuhnya bersentuhan secara langsung dengan tubuh Nata, memperlihatkan kepada orang-orang yang mereka lewati, bahwa Nata sudah memiliki seseorang.
^^^
Di kereta, Elang berusaha keras menyingkirkan posisi Syla yang ingin duduk bersama dengan Nata. Dan jelas Elang tidak setuju dengan itu.
Ia ingin menghabiskan waktu sembilan jam lebih perjalanan mereka dengan Nata. Kapan lagi ia bisa menghabiskan waktu bersama dengan gadis itu, apalagi setelah melihat ayah Nata yang ternyata cukup garang kepada laki-laki yang mendekati anak perempuannya.
Dan Syla tidak bisa melakukan apa-apa, karna yang meminta adalah Elang, si sponsor perjalanan mereka kali ini. Elang bahkan membeli tiket satu lorong kereta hanya untuk mereka, agar tetap nyaman selama perjalanan yang menghabiskan waktu hampir setengah hari.
"Sylanya pasti marah sama aku" ucap Nata yang kini menatap ke arah Syla duduk dengan teman-temannya yang lain, sedangkan dia dan Elang mengambil dua pasang bangku sendiri.
"Dia gak akan marah" jawab Elang sambil lalu.
Kakinya di selonjorkan di depan, dan kepalanya ia sandarkan ke bahu Nata.
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Elang tertidur dengan posisi nyamannya, namun tidak dengan Nata, yang merasa jantungnya bekerja jauh lebih keras daripada biasanya.
Mengikuti Elang, Nata memejamkan matanya untuk tidur karna perjalanan mereka akan berlangsung lama.
Namun beberapa saat kemudian, posisi Elang yang tadinya menyadar ke dirinya berganti berbalik, dan kini Nata yang bersandar nyaman di tubuh laki-laki itu.
TbcVote ya gaisss
Maaf lama UP
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Girl (TERSEDIA DI PLAYBOOK)
Teen Fiction[Tersedia ebook full di playbook] Nata, si gadis ayu yang cantik, harus memperjuangkan dirinya sendiri setelah pasca kematian maminya yang secara tragis. Wajah cantik dan sifat lemah lembutnya ternyata mampu menarik perhatian orang-orang sekeliling...