6. Perhatian Elang

8.2K 853 39
                                    

Dua putaran menjadi jarak yang begitu panjang bagi Nata saat ini. Entahlah, mungkin bisa jadi faktor karna ia berlari bersama Elang, si laki-laki pertama yang memegang tangannya, laki-laki yang memiliki sifat acuh, namun entah mengapa, Nata bisa merasakan perlindungan dan nyaman saat berada di sisi Elang.

Nata diam-diam tersenyum, jantungnya semakin bergerumuh kencang. Nata tau, ini bukan karna faktor ia sedang berlari, melainkan karna ada rasa yang lain saat Elang menggenggam tangannya sedari tadi.

Dari depan mereka, Nata sudah mendengar suara siul-siulan dan kata-kata cie. Pipinya langsung bersemu merah, ia malu, tentu saja. Ini hal pertama kali Nata rasain di goda oleh orang-orang. Sekolah di sekolah khusus perempuan, membuat Nata lebih memilih berkonsentrasi dengan pendidikan, dan tidak pernah bergaul dengan lawan jenis.

“Ah Elang!!! Pinter ya sekarang, gercep!!!” goda Theo, si kepala plontos.

Elang hanya berguman, sama sekali tidak memusingkan reaksi berlebihan dari teman-temannya.

“Udah, lepas kali Lang tangannya!” kali ini goda Angga, si ketua ekskul.

Nata baru menyadari jika pegangan Elang masih belum melepaskan tangannya, padahal mereka sudah sampai ke tempat titik kumpul lima menit yang lalu.

Dengan cuek, Elang melepaskan tangannya. Badannya menunduk, lalu mengambil botol air minumnya. Dibukanya, Elang menegak air mineral itu beberapa kali tegukan, sebelum menyerahkannya kepada Nata.

Gadis itu gelagapan, apalagi ditambah teman-temannya kembali menggoda mereka berdua, karna perlakuan Elang.

Mau tidak mau, Nata menerima botol air minum Elang, dan seperti mengikuti laki-laki itu, Nata meneguk air mineral itu beberapa kali tegukan, lalu menyerahkan botolnya kembali kepada Elang.

Sedari tadi ternyata Elang tidak melepaskan tatapannya saat Nata menerima botol minumnya. Tangan besarnya terangkat, dan terulur mengusap bekas air mineral itu pada bibir bawah Nata.

Astaga!!!

Perlakuan Elang membuat Nata menahan nafas. Matanya menatap Elang gugup, apalagi saat Elang melihatnya dengan kilatan jahil.

Nata tidak siap menerima semua perlakuan manis Elang secara bersamaan seperti ini. Ia benar-benar kehabisan nafas, dan keteteran karna ini menjadi pengalaman pertamanya.

Jangan tanya bagaimana lagi teman-temannya, Nata bahkan seperti tuli dengan keadaan sekitar, dan hanya menatap Elang, terfokus ke laki-laki itu saja.

“Udah dong Lang, anak gadis orang jangan di baperin!!” ucap Angga lalu terkekeh.

Mengerjabkan matanya berkali-kali, Nata membuang pandangannya menuju arah lain, agar tidak kembali menatap mata Elang yang menatapnya dengan tajam.

“Udah kelar latihan hari ini?” tanya Elang sambil memasukkan botol air minumnya kedalam tas.

Angga mengangguk, matanya turun kebawah, untuk melihat letak tali sepatunya. “Udah, tapi kita-kita mau futsal dulu” jawab Angga.

Nata yang melihat mereka terlihat sibuk membicarakan sesuatu, memilih untuk duduk tepat di samping Angga.

Ia bisa merasakan telapak kakinya berdenyut, mungkin efek karna ini adalah joging pertamanya sejak sebulan yang lalu.

Staminanya mungkin kuat, tapi ternyata tubuhnya yang tidak terlaku kuat.

Elang yang melihat Nata merintih saat duduk langsung bergerak cepat. Tangannya dengan tidak sopan mendorong Angga sedikit menjauh dari Nata, lalu mengambil posisi tepat di samping Nata.

Tangannya dengan telaten membuka sepatu gadis itu tanpa permisi, lalu melepas kaus kaki Nata. Telapak tangannya dengan lembut memijit telapak kaki Nata, namun Elang tetap ikut mengobrol dengan Angga dan yang lainnya. Seakan tindakannya ini sudah menjadi hal biasa yang ia lakukan.

Getaran pada tas-nya, membuat perhatian Nata teralihkan. Tangannya segera mengambil benda yang menjadi sumber dari getaran di tas-nya.

Ada nama Mas Miko yang terpampang, sebagai orang penelp.

Menggeser tombol hijau, Nata segera mengangkat sambungan telp Miko.

“Ya yah?” sapanya.

“Kata ibu lagi di GBK ya? Sudah selesai latihannya?”

Nata mengangguk pelan, dan baru menyadari bahwa Miko pasti tidak bisa melihat.

“Iya yah, baru aja selesai. Ini masih istirahat, sebelum pulang dulu” jawab Nata lembut.

“Mau ayah jemput atau Nata ada yang antar pulang?” tanya Miko memastikan.

Nata menatap sekeliling, dan baru menyadari bahwa semua teman-temannya menatap Nata. Pipi gadis itu kembali bersemu, karna lagi-lagi ia menjadi bahan perhatian orang.

Elang, yang paling dekat dengannya membisikkan sesuatu seperti pulang, nanti bareng gue, membuat Nata semakin gugup.

Kembali melihat kearah sepatunya, Nata berucap, “pulang sama teman aja yah” jawab Nata.

“Oke, nanti kerumah dulu kalau sudah sampai ya nak!” Perintah Miko, dan di setujuin Nata.

Elang bangkit berdiri saat Nata baru saja memutuskan sambungan telpnya.

“Ayo pulang!” ajak Elang.

Nata mengangguk, lalu kembali memasangkan sepatunya. Namun gerakannya terhenti saat Elang menaruh sendal ke depan Nata.

“Pakai ini aja!” ujar Elang, menyerahkan sendal yang selalu berada di tas gym-nya. Lalu Elang memasukan sepatu dan kau kaki Nata kedalam kantong khusu sendalnya tadi.

Tangannya terulur, untuk membantu Nata berdiri.

“Gue antar Nata dulu! Nantu gue susulin ke lapangan futsalnya” ucap Elang berpamitan kepada teman-temannya.

“Nata balik duluan ya bang, kak! Trimakasih untuk hari ini” pamit Nata lembut lengkap dengan senyum manisnya, membuat semua orang yang melihat terpana, bukannya membalas sapaan gadis itu.

“Udah, jangan disenyumin lagi!” kesal Elang, yang langsung menarik Nata berbalik ke dalam dekapannya. Membuat tubuhnya menjadi penghalan Nata dengan teman-temannya.

Hampir dengan langkah kaki yang terseret, Nata mengikuti langkah kaki Elang. Laki-laki ini memang sukses luar biasa membuat Nata baper.

°°°

Sesampai di rumah, Elang langsung pergi begitu saja. Mungkin, laki-laki itu tidak ingin membuat teman-temannya menunggu lebih lama.

Di depan rumah mbak Risa, ada motor Yamaha R25 ABS yang sudah terparkir indah. Bibirnya tersenyum senang, akhirnya pesanannya datang. Setelah meminta pendapat Risa masalah Nata yang ingin membeli motor, dan Risa mengijinkan.

Motor Yamaha R25, yang Nata dapat dengan harga murah dari kenalan mbak Risa. Walau selisih harga motor Nata dengan Elang sangat jauh, karna jenis motor Elang adalah Yamaha R1M, yang harganya ada delapan digit di belakangnya.

Di Solo, di rumahnya yang lama, maminya memiliki Ducati Scrambler cafe racer, yang biasanya Nata pakai. Tapi sepertinya, Nata harus mempertimbangkan untuk menjual motor itu, lantaran biaya pajak yang tinggi. Ia tidak mungkin menjemput motor itu ke Solo, dan berati ia harus menunjukan dirinya kedepan papanya. Bertemu dengan papanya adalah hal terakhir yang Nata inginkan.


“Kamu beli motor?” tanya Miko saat baru saja keluar rumah dan menemukan Nata yang berdiri du depan rumah Risa sambil menatap kearah motor barunya.

Berbalik, Nata menyalim tangan Miko.

“Iya, Yah. Biar Nata gak terlalu merepotkan Ayah” jawab gadis itu tersenyum.

Miko ingin marah tadinya, karna ia merasa tidak di repotkan sama sekali oleh anak angkatnya. Namun senyuman teduh Nata, membuat Miko tidak jadi marah.

Setelah memikirkannya, Miko merasa Nata memang punya hak jika ingin membeli sesuatu. Ia tahu, Nata bukan jenis gadis yang suka merepotkan oranglain. Gadis rapuh itu selalu melakukannya sendiri, dan membuat dirinya menjadi mandiri yang tidak ingin merepoktan orang lain.

“Yaudah, Nata mandi dulu sana! Nanti kerumah lagi, biar kita makan malam” perintah Miko, yang diangguki gadis itu dengan semangat.

Jangan lupa Votr ya!!

The Power of Girl (TERSEDIA DI PLAYBOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang