Sisa-sisa air mata masih membekas di kedua pipi gadis itu. Setidaknya, Bram memeluk mereka tadi, untuk menenangkannya, dan memberitahu bahwa mereka beedua telah aman.
Lima belas kemudian, setelah merasa Nata dan Adele tenang, mereka melanjutkan perjalanan menuju pos, yang kini sudah di penuhi oleh teman-teman mereka.
Nata dan Adele memutuskan untuk tetap diam mengenai permasalahan mereka, karna jelas apa yang terjadi pada mereka merupakan hal yang di luar nalar. Seharusnya, ada sedikit petunjuk yang menunjukkan bahwa mereka memang telah melalui malam tanpa sepengetahuan mereka, seperti lapar atau kehausan.
Namun nihil, mereka sama sekali tidak merasakan apapun. Dan itulah yang membuat kedua gadis itu merasa semua kejadian yang sudah terjadi pada mereka memang di luar nalar.
Menghembuskan nafas secara perlahan, Nata berusaha memasang senyum manisnya seperti biasa. Setidaknya, senyum yang ia sunggingkan bisa bermakna bahwa mereka baik-baik saja.
Elang, orang pertama yang melihat mereka datang langsung berlari, dan membawa Nata ke dalam pelukannya. Ia jelas kawatir, apalagi melihat wajah Nata yang masih memucat.
Nata sudah berniat tadi tidak akan menunjukkan bahwa ia lemah, namun saat berada di pelukan Elang, di pelukan yang ia tahu bahwa dirinya akan aman, Nata kembali menangis. Tubuhnya berguncang. .
Ya Tuhan, memikirkan kejadian yang terjadi pada mereka masih membuat Nata bergetar. Bagaimana jika saat itu Bram tidak datang? Atau bagaimana jika orang lain yang menemukan mereka terlebih dahulu, apalagi jika orang itu adalah suruhan papanya? Nata yakin, ia mungkin sudah tidak hidup sekarang, atau bahkan memeluk Elang seperti ini.
Nata bisa merasakan tubuhnya mengambang ke atas, dan ternyata Elang sedang menggendongnya. Elang tahu, bahwa Nata sudah tidak memiliki tenaga untuk tetap berdiri menopang tubuhnya sendiri.
Elang belum membuka suara mengenai kejadian ini. Ia membiarkan Nata tenang terlebih dahulu. Ia sama pucatnya dengan Nata sebenarnya, dan ia juga perlu menenangkan diri serta menyadarkan dirinya sendiri bahwa Nata sudah berada di tempat yang aman bersamanya.
Elang langsung membawa Nata ke dalam bus yang sudah mereka sewa. Mendudukkannya, lalu menutup tubuh Nata menggunakan selimut. Ia juga ikut masuk ke dalam selimut, dan kembali memeluk Nata.
Mereka hanya berdua di dalam bus. Nata sudah menutup matanya, seperti sedangkan menidurkan diri. Dan pandangan Elang melihat ke arah luar, tepatnya ke arah segerombolan pria yang memakai jas hitam.
Elang hanya diam mengamati. Matanya menilai setiap pergerakan semua pria itu. Lalu ia mendengar leguhan Nata dari sampingnya.
Mengerjabkan matanya, Elang baru menyadari bahwa ia telah memeluk Nata dengan kencang, sehingga membuat gadis itu meleguh.
Tersenyum, Elang mengelus lengan Nata, berharap gadis itu bisa tenang kembali.
Ia tahu tindakannya kali ini terlalu pengecut, karna langsung membawa Nata masuk ke dalam bus. Tapi di hari berikutnya, Elang mungkin tidak akan membiarkan orang-orang itu pulang tanpa luka.
Elang kembali menyeringai. Bibirnya mendekat ke arah kening Nata. Ia lalu mengecupnya lama sambil melihat ke arah pria-pria itu.
^^^
Di tempat lain, tepatnya di pondok tempat mereka tadi menunggu Nata dan Adele, Angga terlihat lebih diam, tidak seperti biasanya.
Sama seperti Elang, tatapan laki-laki itu juga mengarah ke pria-pria yang memakai jas hitam tersebut. Tatapan matanya terlihat menilai mereka. Entah apa yang sedang di pikirkan laki-laki itu.
Setelah merasa puas dengan kesimpulan yang ia dapat, ia meminta teman-temannya untuk masuk ke dalam bus, agar mereka bisa kembali beristirahat di vila milik Elang.
Sebagai ketua, Angga sebenarnya merasa bersalah. Apalagi ia sama sekali tidak mengindahkan rasa kekawatiran Elang perihal Nata dan Adele yang memilih kembali terlebih dahulu.
Setelah ia berhasil membawa anggota barunya untuk muncak di lawu, mereka langsung mendapat kabar dari ranger bawah, bahwa Nata dan Adele sama sekali belum melewati pos dua.
Jelas informasi itu membuat mereka kawatir, terlebih Elang, yang saat itu ingin buru-buru untuk turun ke bawah meninggalkan mereka.
Namun salah satu ranger yang mereka sewa langsung menghentikan Elang. Laki-laki itu langsung mengingatkan Elang beberapa larangan di lawu dan salah satunya adalah di larang mencar.
Angga sedikit bersyukur, karna pada saat itu Elang mengindahkan larangan yang di ucapkan ranger mereka. Karna percayalah, Angga seorang tidak akan mampu mengehentikan Elang. Bisa-bisa harus ada salah satu dari mereka berdua, dan tampaknya yang akan mati duluan adalah dirinya sendiri.
Walau Elang mengindahkan ucapan ranger mereka, Elang tetaplah menjadi Elang. Karna selama di perjalanan, Elang selalu emosian.
Melihat temannya lelet jalan, langsung emosi. Melihat salah satu anggota berhenti untuk memperbaiki tali sepatunya, juga langsung emosi. Dan jelas Angga tidak bisa berbuat apa-apa, walau statusnya sendiri adalah seorang ketua.
Bisa-bisa, saat ia membuka mulut, di saat itu juga Elang melemparnya dari Lawu ke bawah. Angga tidak bisa membayangkan seperti apa wujudnya nanti.
Menghela nafas, Angga masuk ke dalam bus setelah memastikan semua orang masuk. Matanya melirik ke arah Adele, yang saat ini menatap kosong ke arah luar jendela. Angga hanya berharap, tidak ada penunggu gunung ini yang mengikuti dan tertarik pada Adele dan Nata.
Di belakang bis mereka, sudah ada beberapa mobil yang mengikuti mereka. Menurut informasi, orang-orang itu adalah para mas-masnya Nata. Angga tidak mengerti sama sekali. Sebenarnya, siapa Nata ini. Mengapa gadis itu terlihat semakin misterius.
^^^
Sesampainya di vila, Bram, salah satu mas Nata meminta waktu untuk mengobrol dengan gadis itu secara privat.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan di dalam sana, karna setelah para mas-mas Nata keluar, gadis itu terlihat semakin memucat. Elang jelas semakin kawatir, tapi seperti biasa, Nata hanya memilih diam, dari pada membagikan kisahnya kepada Elang.
Kalau sudah seperti ini, satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah mencari tahu segalanya sendiri. Segalanya hingga ke akar-akarnya.
Beda dengan Elang yang terlihat penasaran, Nata terlihat semakin memucat, apalagi ia tadi mendapatkan informasi bahwa mbak Risanya, sedang di rawat di rumah sakit.
Mbak Risa di temukan dalam keadaan berdarah di kontrakannya, dan ternyata ada beberapa luka tusukan pada perutnya.
Kenyataannya jelas, bahwa yang terjadi pada mbak Risa adalah perbuatan papanya. Mengapa ia kembali membuat semua orang tersiksa hanya karna ingin melindunginya sendiri.
Dan kejadian hari ini akan membawa orang-orang suruhan papanya mengarah ke mas Bram. Dan entah apa yang akan mereka lakukan lagi nantinya kepada mas Bram.
Jika penemuan mereka berujung ke Jakarta, tepatnya ke orangtua angkatnya, Nata mungkin tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri, dan lebih memilih mengakhiri hidupnya sendiri, dari pada membiarkan orang lain kembali tersiksa.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Girl (TERSEDIA DI PLAYBOOK)
Teen Fiction[Tersedia ebook full di playbook] Nata, si gadis ayu yang cantik, harus memperjuangkan dirinya sendiri setelah pasca kematian maminya yang secara tragis. Wajah cantik dan sifat lemah lembutnya ternyata mampu menarik perhatian orang-orang sekeliling...