Remind me if there is/are typo(s) ✎✎
Beberapa tahun kemudian...
"Hati-hati ya kak."
Jihyo tersenyum, lalu menepuk kepala Taeyong. "Lo juga, baru lulus itu bukan akhir dari semua. Ada banyak hal yang harus lo lakuin, misalnya pekerjaan. Dunia pekerjaan itu beda sama kuliah atau magang."
Taeyong mengangguk antusias. "Sekarang udah mau berangkat? Nanti kunjungan kesini kapan lagi?"
"Gatau, liat aja ya."
Taeyong tersenyum. "Kak, baik-baik disana ya."
Jihyo tersenyum getir. "Besok kamu datang?"
"Pasti kak. Udah berapa tahun ini? Masa kakak pernah liat gue bolos sekalipun?"
Jihyo tertawa kecil, lalu tangannya menepuk bahu Taeyong. "Semangat. Bukan karena Riena udah gaada, lo terpuruk. Oke?"
"Gue ga terpuruk kak. Kakak selalu nemenin gue."
Jihyo mengangguk. "Tau, gue tau. Tapi gue juga tau lo hancur saat itu. Sama, gue juga. Tapi kita harus udah rela ya, supaya Riena tenang disana."
"Iya kak..."
Jihyo mendecih kecil lalu terkekeh, mengusap airmata yang keluar dari mata Taeyong. "Apanya kuat? Hah? Ini namanya kuat?" ucapnya meledek.
Taeyong kembali tertawa. "Masih ga percaya aja kak..."
Jihyo menghela. "Gue ngerti. Tapi tetap jalani hidup yang baik. Besok kamu ke pemakamannya. Gausa nangis lagi sampai pingsan kayak tahun lalu!"
"Ck, jangan diingetin juga lah," ucap Taeyong memelas.
Jihyo tertawa. Sekarang, Taeyong berada di Jerman, ditemani oleh Jihyo. Kenapa bukan kakak Taeyong yang menemaninya? Karena kakak Taeyong sedang mengurus perusahaan ayahnya yang ada di Seoul, dan karena Taeyong masih memerlukan wali, Jihyo akhirnya mengajukan diri untuk menemani Taeyong. Dan akhirnya saat dihari kelulusan Taeyong, Jihyo harus balik ke Kanada untuk menemui keluarganya.
"Udah harus berangkat nih, gapapa ditinggal sendiri? Gabakal nangis kan?"
"Kak!"
Jihyo terbahak lalu melambai kearah Taeyong, dan keluar dari flat kecil yang mereka sewa bertahun-tahun itu.
Taeyong menghela kecil, lalu duduk di sofa kecil yang ada di flat itu. Ia merenung. Sudah bertahun-tahun dia berada disini, dan bayangan Riena masih saja terpatri dengan jelas di kepalanya.
"Gimana nggak nangis kak..." gumam Taeyong mulai terisak. Tidak, dia masih terkadang membayangkan jika saja Riena masih ada di siainya dan menyelamatinya karena sudah lulus kuliah dengan gelar tinggi di kampus.
"Kalau lo dapat beasiswanya, gue bakal jadi orang pertama yang mendengar hal itu, orang pertama yang akan memberi selamat karena sudah lulus, dan orang yang paling bangga di dunia."
Kalimat Riena itulah yang membuatnya sangat berambisi untuk mendapatkan beasiswa itu. Sekarang, Riena tidak ada. Beasiswa, gelar tinggi, cum laude, semuanya tidak penting lagi. Taeyong sudah ditinggal, sendirian.
.
.
.
.
.
.Seoul, 20XX
Taeyong berdiri di depan lemari, merapikan dasi hitamnya yang ia kenakan. Hari ini adalah tanggal dimana Riena sudah dipanggil Sang Pencipta beberapa tahun yang lalu. Dan ia ingin mengunjungi makam Riena.
"Udah?"
Taeyong berbalik, melihat kakaknya yang memakai gaun hitam juga. Ia tersenyum. "Iya. Ayo."
"Jangan nangis sampai pingsan lagi, kakak gamau tanggung jawab," ucap kakaknya terkekeh mengingat kejadian itu.
Saat itu Taeyong pergi sendiri kesana, sampai malam, dia tidak pulang-pulang membuat keluarganya khawatir bukan main. Saat kakaknya coba mencari di tempat dimana Riena dimakamkan, Taeyong sudah tergeletak disana, pingsan.
"Ada-ada aja..." gumam kakaknya Taeyong.
Taeyong mendengus kecil, lalu mengambil buket bunga yang ada di jok belakang, lalu mengajak kakaknya keluar dari mobil.
Sesampai di makam tersebut, Taeyong berlutut menaruh buket bunga itu diatas makam Riena, lalu terdiam disana.
Ia berbicara dalam hati.
"Selama ini gue selalu bertingkah gabaik ke lo, sadar ga sadar. Gue mau minta maaf. Gue tau telat banget mau minta maaf, tapi lebih baik daripada ga minta maaf sama sekali. Na, baik-baik disana. Gue sayang sama lo. Tapi takdir mengatakan hal lain. Gue gabisa buat apapun selain relain lo, maafin gue."
Kakak Taeyong yang hanya melihat punggung Taeyong sudah dapat merasakan betapa sedihnya dan sakitnya Taeyong sekarang. Ia sendiri juga merasa begitu.
"Udah kak," ucap Taeyong berdiri menghadap kakanya.
Kakaknya tersentak kaget. "Cepet banget?"
"Gamau lama-lama kak. Nanti malah nangis lagi," Taeyong terkekeh.
"Udah nangis tuh," ucap kakaknya menunjuk mata Taeyong yang memerah.
"Kak..." ucap Taeyong memelas membuat kakanya tertawa lalu menggandeng Taeyong menuju parkiran mobil.
-ketos | lee taeyong-
end~
agak gimana ya...tp aku ga pinter buat ending tuh gmn😭😭😭
tp terserah kalian mau melihat sisi mana, buat aku... ini sih happy ending. ini versi happy endingku yang gak memaksakan, at least aku berusaha keras buat happy ending... meski Riena udah gaada.
tapi kalian kalau masih belum terima, aku bakal buat alternative ending. ga jamin bakal lebih bagus dari ini sih... tapi ya, liat aja nanti oke ;) itu pun klo aku niat buatnya :v soalnya aku udah sreg banget sm ending yg ini ㅠㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Ketos | lee taeyong ✔
FanfictionPunya ketos ganteng, tapi dingin, judes, emosian. Pengen kabur aja. Start: 5 October, 2019 End: 13 June, 2020 Ketos | lee taeyong : [Completed] ✓ Alternative ending : [Completed] ✓ ©sijeuniii Highest Rank: 251020 #1 in au 080221 #1 in ketos 040321 #...