37.4 (alternative ending)

7.2K 776 18
                                    

Remind me if there is/are typo(s) ✎✎



















Riena menjerit tertahan, kesal akan dirinya yang tidak bisa tidur, padahal jam sudah menunjukkan jam 1 tengah malam. Aneh. Kepalanya terus terngiang kejadian di minimarket tadi.

Tidak terjadi apa-apa setelahnya, Riena hanya diam. Dia ingin pulang, yang akhirnya dituruti oleh pria tadi setelah beberapa saat cek-cok.

Sebentar....

"Gue belum tau namanya...." gumam Riena dibawah selimut yang membungkusnya dengan mata yang melebar. Benar, ia terus memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi di minimarket itu.

Semuanya seperti deja vu. Untuk sepersekian detik, dia merasakan sesuatu yang... tidak asing.

"Kak Jihyo... pasti tau kan?" gumamnya lagi pada dirinya sendiri sebelum ia bangkit dari kasurnya dan meraih ponselnya yang diletakkan tidak jauh dari kasurnya.

Ia mulai mengubungi kakaknya. Seharusnya di tempat kakaknya masih sore.

"Halo?"

Seulas senyum terbit di wajah Riena. "Halo kak!!"

"Lah? Kok nelfon? Di tempatmu kan udah tengah malam. Hayo, nggak tidur ya?!"

Riena meringis. "Maaf, kak. Ada beban pikiran."

"Gaya banget beban pikiran," cibir kakaknya di seberang sana dibalas oleh kekehan Riena.

"Eung... gini kak. Mau nanya."

"Apaan?"

"Selama ini aku nggak pernah tanya tentang masa dimana aku belum dapat amnesia kan?"

Diam. Riena menggigit bibirnya, merasakan bahwa kakaknya menyembunyikan sesuatu darinya. "Kak?"

"Hah? Oh, iya. Kenapa?"

"Yong itu... siapa?"

Diam lagi, Riena menghela. Ia tersenyum kecil. "Kak, untuk kali ini aja, kasitau aku, ya..? Yong itu siapa kak? Dia bilang kalau dia bukan orang asing bagiku, tapi aku nggak inget apa-apa."

"Kamu... ketemu dia?"

"Yong itu siapa kak?" tanya Riena menghiraukan pertanyaan kakaknya. Rasa penasarannya memang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Terdengar helaan nafas disana. "Dia... mantanmu. Dulu. Kalian sempat dekat lagi, sebelum... yah, kamu tau sendiri."

Riena menghela nafasnya, setidaknya satu bagian ingatannya dikuak, walau dia sendiri tidak mengingat apapun dari sedikit cerita kakaknya itu. Riena mengangguk kecil. "Oh, oke. Makasih kak udah bilang."

"Iya, kamu tidur ya. Jangan kemaleman. Nggak sehat."

"Iyaaaa."

Panggilan terputus, lalu Riena berjalan ke jendela, melihat langit malam. Jalanan sudah sepi, hanya segelintir kendaraan yang berlalu lalang. Riena mengerucutkan bibirnya, menghela. "Mantan ya...."

























.
.
.
.

Taeyong menghela nafasnya, ia duduk di meja kerjanya, menidurkan kepalanya dengan kedua lengan yang menumpunya diatas meja. "Hhh... capek.."

Banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini. Tapi hanya satu yang dia pikirkan hingga sekarang. Seulas senyum terbit di wajahnya mengingat bagaimana gadis yang ia temani makan ramen di minimarket itu meneriaki namanya.

Gadis itu tidak mengingatnya, namun hati gadis itu tidak mungkin melupakannya.

"Dia jadi suka teriak sekarang.." gumamnya sambil terkekeh. Ia mengangkat kepalanya, membuat atensinya teralihkan pada setumpuk kertas diujung meja kerjanya.

"Apa ini?" tanyanya entah pada siapa, meraih setumpuk kertas itu dan mulai membacanya.

'Riena Kim'

Mata Taeyong melebar. Ia membolak balik kertas itu, membaca semua isinya yang menyatakan semua rekaman aktivitas Riena selama 5 tahun belakangan ini. Entah dia harus tersenyum atau menangis, tapi dia tidak pernah merasa sebahagia ini selama 5 tahun belakang.

"Udah dapat?"

Taeyong mengangkat kepalanya, mendapatkan kakaknya yang tengah berdiri di ujung pintu kamarnya sambil tersenyum. Taeyong beranjak dari kursi lalu berlari dan memeluk kakaknya erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher kakaknya. "Makasih, kak."

Wanita itu menepuk punggung Taeyong pelan. "Iya, iya. Lepas ih, nggak bisa nafas."

Taeyong tertawa sambil tersendat-sendat. Ia menangis, sekaligus tertawa. "Tadi aku juga ketemu dia."

"Oh ya? Dimana?"

Senyum Taeyong langsung luntur, ia mengernyit sambil mendengus. "Nyaris dikeroyok preman."

"Hah? Terus gimana?"

"Ya aku adu jotos sama mereka," jawab Taeyong sambil menahan emosinya. Tidak, ia ingin bahagia hari ini. Ia tidak ingin hanya karena isu preman, mood-nya hancur.

Kakaknya melotot, lalu memukul lengan adiknya itu. "Kok malah adu jotos?! Riena-nya gimana dong?!"

Taeyong mengusap lehernya. "Y-ya... dia di pinggir."

"Ish!" kakaknya kembali memukul lengan Taeyong, kali ini lebih keras.

"Awh! Sakit kak!"

"Ya kamu tuh! Masa orang dikeroyok preman kamu malah ladenin premannya! Ya urusin dulu korbannya dong! Kamu tuh ya... hih!!"

Taeyong menjauh dari kakaknya. Sakit juga. Setelah dipukul, dicubut pula. Ia mengerucutkan bibirnya. "Ya... kan emosi kak.."

"Gini aja ciut!! Kalau kakak marahin kamu soal kerjaan, kok malah main bentak?!"

Taeyong menunduk layaknya anak kecil yang dimarahi oleh ibunya karena telah mencuri permen, sambil mengusap lengannya yang telah menjadi korban kekerasan kakaknya. "Maaf..."

Kakaknya menghela, susah juga marah lama-lama dengan adiknya. "Terus gimana?"

Taeyong kembali menunjukkan senyumnya. "Dia panggil namaku."

"Hah?"

"Iya, dia panggil 'Yong', gitu. Kak, kira-kira dia masih ingat ya?"

Kakaknya menyipitkan matanya, mendecih. "Kamu tuh, udah tau amnesia permanen. Ya jelas nggak ingat dong! Gimana sih."

Mata Taeyong menyayu, ia menunduk melihat kertas yang sempat dia baca tadi. "Terus... aku harus gimana..?"

"Kalian mulai lagi dari awal. Buka halaman baru," ucap kakaknya.

Mata Taeyong melebar. Ia merenung. "Hmm... gitu ya?"

Memulai semuanya lagi? Ulang dari awal? Ia tidak keberatan jika harus memulai lagi dengan Riena, dari awal pun tidak masalah. Mau berapa kali pun akan dia lakukan. Tapi... masalahnya ada di gadis itu. Gadis itu seolah menolak kehadiran Taeyong di hidupnya.

Apakah dia bisa? Mendapatkan Riena kembali?


















jujur sih, buat chapter sebelummya sih belum mencapai goalku, tapi apa sih yang engga buat kalian :) kasian banget juga kalo aku gantungin terus :>

oiya, aku happy banget sama followers ku yang kian bertambah, sampai 100 followers ㅠㅠ aku sayang kalian semuaaa, followers maupun yang bukan followers, kalian dukung aku lewat cerita ini dan ceritaku yang lain tuh udah bahagia banget, followers itu bonus doang tapi aq seneng banget bisa sampai 100 huhuu ㅠㅠ

tahan-tahan sama aku ya, anak yang kalau nulis tuh pake mood-mood an :v kalau ada saran, message aku aja bole

mau kasi ide cerita juga bole mwehehe :3 (ini proyek baru yang lagi proses sih hehe, kapan" aku jelasin)

1. Ketos | lee taeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang