[20] Penyelesaian

4.2K 494 28
                                    

"Terkadang aku takut dosaku terlampau besar hingga bukan hanya manusia yang meninggalkanku, tetapi Engkau juga. Dan saat itu yang tersisa hanyalah penyesalan."

☆☆☆

Selama ini Yudha sering mendengar istilah bahwa cinta itu membutakan. Karena belum pernah merasakannya sendiri sehingga Yudha tidak begitu percaya dengan kalimat tersebut.

Namun, pagi ini dengan mata kepalanya sendiri Yudha akhirnya menemukan definisi sejati kalau cinta itu buta. Salah satu sahabatnya yang sejauh ini paling waras mendadak jadi orang terbodoh sedunia versi Yudha.

Bagaimana tidak, suasana kantor yang tadinya berlangsung tenang berubah saat Razita mendapatkan panggilan dari nomor telpon kantor untuk ke kantor polisi. Melihat Razita mendadak meneteskan air mata setelah mengangkat panggilan membuat seisi ruangan panik.

Awalnya, Razita tidak mau bercerita apapun. Akibat paksaan dari Sekar, Razita akhirnya menceritakan semuanya termasuk fakta jika saat ini Ghazi juga ada di kantor polisi untuk menjalankan pemeriksaan.

Yudha dan Daniel sudah ada di depan Ghazi untuk mengintrogasi pria itu sementara Razita masih memberikan kesaksian di ruangan lain.

"Lo bego ya?" ujar Yudha pertama kali.

Daniel juga ikut memasang wajah heran. "Lo gak mungkin pelakunya kan? kita tahu lo belum pernah ke Surabaya? Gimana bisa lo-" Daniel menggelengkan kepalanya.

"Masalah sebesar ini lo sembunyiin dari kita? Lo anggep kita sahabat atau musuh." Yudha seperti melihat Ghazi yang lain sekarang, bukan Ghazi yang biasanya.

Daniel menyenggol kaki Yudha untuk memberi kode bahwa ini bukan saatnya untuk marah. Tujuan mereka ke mari adalah membantu Ghazi. "Masalah ini gak bisa desepelein lagi, Gaz! Gue tahu ada sesuatu yang lo sembunyiin dari kita. Sekarang lo terus terang aja, ceritain yang sejujur-jujurnya! Gue sama Yudha bakal percaya apapun yang lo omongin. Semuanya belum terlambat, Gaz!" Daniel menatap Ghazi penuh harap.

"Kalau lo bohong ke kita persahabatan kita cukup sampai di sini aja!" Yudha masih tidak bisa tenang.

Setelah mendapat pelototan tajam dari Daniel, ia memelankan nada bicaranya. "Pikirin perasaan Razita, kita, dan terutama Tante Gayatri! Satu kebohongan lo bisa menyakiti banyak orang sekaligus."

Sejak kemarin pikiran Ghazi terlalu kalut sampai lupa bahwa ia masih punya dua orang yang akan percaya padanya di kondisi apapun. Melihat sorot mata mereka yang penuh akan kegelisahan Ghazi seketi sadar kalau tindakannya sudah sangat kelewat batas. Keputusannya ini tidak benar. Walaupun merasa sudah terlambat, Ghazi perlahan menceritakan semuanya. Tidak terlewat satu kejadianpun.

"Astagfirullah, Gaz kok bisa-bisanya lo seceroboh itu!" Yudha berdecak kesal. "Itu sama aja lo menutupi kejahatan Ines! Dan ngapain lo pakek acara nyerahin diri ke polisi dan bilang lo pelakunya?" Yudha langsung memijit kepalanya yang mendadak pening.

"Supaya Razita percaya kalau gue gak bersalah!" Ghazi tetap membela diri.

"Dan lo nggak mikirin gimana perasaan Razita saat tahu Ines pelakunya dan lo malah ngebelain Ines?" sambung Daniel ikut kesal.

"Gue gak ngebela Ines!" potong Ghazi meluruskan. "Dia udah janji akan menyerahakan diri secepatnya, gue cuma kasih dia waktu."

"Emang Ines janji bakaln balik kapan? Kalau dia melarikan diri ke tempat lain lo mau nanggung sem—"

"Ines gak pernah lari dari tanggung jawabnya!" Sebuah suara bariton memotong ucapan Yudha. Ketiga orang tersebut langsung menoleh ke sumber suara dan menemukan Rasya datang bersama orang yang baru saja mereka bicarakan.

Cahaya Di atas Cinta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang