Suasana dalam persidangan begitu ramai, dan hakim belum memasuki ruang persidangan. Hayoung duduk bersama pengacara Kim, didepannya Erwin dan pengacaranya.
Erwin terus menatap Hayoung, bahkan terlihat meremehkan Hayoung melalui tatapannya. Hayoung meremas kedua tangannya, ia sangat gugup dan cemas bagaimana jalannya persidangan nantinya, apa ia bisa membawa Jihoon atau malah berpisah dengan putranya untuk selamanya?
" Kau gugup ? "
" H-Hah ? " Hayoung menoleh, terdiam sebentar dan mengangguk pelan.
Pengacara Kim tersenyum tipis, memegang bahu Hayoung.
" Kita akan memenangkan persidangan ini. Sehun, ia telah mempersiapkan segalanya. Termasuk alat terakhir yang bisa melawan Erwin "
Penjelasan pengacara Kim membuat Hayoung terdiam , kepalanya menoleh kearah Sehun yang duduk tidak jauh darinya. Pria itu tampak serius menelpon .
Sehun telah mempersiapkan segalanya , termasuk alat terakhir untuk melawan Erwin .
Tanpa sadar air mata Hayoung jatuh. Ia tidak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba seperti ini.
" Hakim sudah masuk "
Hayoung mengusap matanya . Ketika hakim masuk , orang-orang yang berada didalam ruang persidangan berdiri menyambut sang Hakim.
" Silahkan duduk "
Persidangan pun dimulai.
" Persidangan hari ini , saudari Kim Hayoung, menggugat terdakwa Erwin Yeger . Atas tuduhan pemerkosaan, penganiayaan dan percobaan pembunuhan. Dan penuntutan hak asuh atas nama Kim Jihoon. Silahkan pengacara dari pihak penuntut "
Pengacara Kim berdiri, " Terimakasih yang mulia. Sebelumya, saya akan menjelaskan yang terjadi dihari kejadian "
Pengacara Kim mulai menjelaskan, ditempat duduknya, Hayoung sangat gugup. Ia melirik Erwin, dan pria itu tampak santai , sama seperti saat dulu ia melakukan hal ini.
" Jadi sodara Kim Hayoung dan Mr Erwin tidak terikat pernikahan ? "
" Tidak, klein saya dan Mr Erwin adalah rekan kerja "
" Sodar Kim Hayoung, anda bisa maju dan menjelaskannya "
Hayoung menarik nafasnya, lalu berdiri dan duduk berhadapan dengan hakim.
" Silahkan nona Kim "
Hayoung menghembuskan nafas pelan. Semua orang menunggu , termasuk ketiga orang yang sejak tadi juga cemas mengikuti jalannya persidangan.
" Saya tinggal LA , mengambil alih perusahaan keluarga . Saya mengenal Mr Erwin karena kami akan menjalani kerja sama. Dan hari itu, kesepakatan telah diputuskan. Untuk merayakan kerja sama kami, Mr Erwin mengajak saya makan malam. Kami berbincang banyak ,dan hanya masalah pekerjaan. Namun, semuanya tidak bisa saya ingat lagi dan keesokan harinya, saya mendapati diri saya bersama Mr Erwin dalam satu ranjang "