"Ini adalah peristiwa yang tak sengaja ku jadikan kenangan yang entah akan ku kenang dengan baik atau sebaliknya."
-Happy Reading-
Song recommendation
"Nekojarashi (Cat Playing) - Radwimps (Orchestra ver.)"Jaemin?"
Suara berat itu muncul dari ruang tamu. Suara itu bergema memanggil namaku. Aku menoleh ke belakang karena suara itu tak asing di pendengaranku.
"Jaemin!"
"Ayah!"
Akhirnya pria berumur itu menemukanku saat aku menghampirinya. Sungguh, wajah ayah sangat lelah jika dilihat-lihat. Pasti efek dari lembur seharian, lama-lama aku jadi kasihan sama ayah.
"Apa kamu buta?! Lihat! Ayah cape! Ambilin minum cepet!"
Aku kaget luar biasa ketika ayah membentakku seperti itu. Aku gemetar, ekspresi ayah semakin menakutkan saat melihat perubahan ekspresiku yang sedikit ketakutan.
Tak mau ayah semakin seperti hulk yang marah, aku segera berlari dan mengambilkan segelas air putih untuk ayahku.
Aku tak tahu sifat asli ayahku. Kadang dia baik, kadang tegas, kadang galak, kadang santai, kadang receh, atau kadang jahat seperti psikopat.
"Ayah cape?" Aku bertanya dengan nada yang sopan.
Ayah menghela nafas panjang, "apa yang kamu lakuin pas ayah gak ada? sehingga kamu jadi buta seperti ini?"
Aku sedikit tercekat dengan perkataan ayah yang sangat menusuk hati itu. Padahal aku hanya ingin mempunyai topik saja agar aku bisa mengobrol dengan ayah. Apa itu salah?
"Bukan gitu, yah. Aku cuma pengen ngobrol aja sama ayah." Jelasku gemetar.
"Sudah ku bilang pada Yoona untuk tidak melahirkan anak seperti ini."
Meski ayah bergumam, namun itu terdengar jelas di daun telingaku. Rasanya aku tidak pernah disayang oleh siapa pun, bahkan oleh orang rumah pun. Betapa menyedihkannya menjadi diriku.
"Ayah," panggilku lirih. Kemudian pria yang baru selesai menghabiskan segelas airnya pun menoleh ke arahku, "ibu dimana?"
Ayah malah menyeringai, ia menahan tawanya seakan pertanyaanku ini adalah sebuah lelucon baginya. Finalnya ayahku tertawa kecil sambil menggeleng-geleng kepalanya.
"Kamu cari aja sendiri. Kalo bisa nemu, nanti ayah kasih semua yang kamu mau. Ayah janji."
Ayah tersenyum padaku, kemudian berlalu dari ruang tengah. Selama ini... Aku tidak tahu dimana ibu. Kematian ibuku begitu berbeda dengan kematian orang-orang. Aku tidak pernah tahu kuburan ibu. Atau jangan-jangan...
***
"Kamu curi pensil aku, Jaemin!"
Seoyeon berteriak di hadapanku ketika aku memegang sebuah pensil yang tiba-tiba ada di mejaku. Lantas aku terkejut, padahal aku baru saja memegangnya beberapa detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
0 : 10.000.000
Fanfiction[discontinue for a while] Tuhan itu tidak adil. Begitu katanya. ©bekoberjalan