IX. Dad Mad

59 18 18
                                    

"Ayahku benar-benar gila. Tak segan ia memperlihatkan kegilaannya di hadapan temanku."

-Happy Reading-

Song recommendation
"Hallucination - Jang Jane ft. Nashow (OST. Kill Me Heal Me)"

"Kalian bisa ngerjain berkelompok atau sendiri ya. Jadi jangan maksain juga." Nasehat Bu Eunji. Guru IPS.

Tugas yang diberikannya cukup membuat mata murid lainnya terbelalak. Soalnya memang hanya satu poin, namun di sana tertera "Rangkumlah bab 2 menjadi bentuk poin-poin penting" mengingat setiap bab pelajaran IPS begitu banyak dan memusingkan. Ditambah dengan deadline yang begitu singkat.

2 hari setelah pemberian tugas.

Ding ding ding ding!!!

Begitu bel berbunyi dengan lantangnya, semua murid menggerakkan tangan mereka untuk membereskan barang-barang mereka ke dalam kantong. Begitu pun Bu Eunji yang membereskan kantongnya dan beberapa berkasnya.

"Pelajaran sudah berakhir. Selamat siang, murid-murid." Pamitnya lalu suara pantofelnya menjauh dari kelasku.

"Jaem," Haechan menggenggam bahuku dan spontan aku menoleh padanya.

"Apa, Chan?"

"Aku ikut ya di kamu."

"Kenap- oh iya ya, kecemplung di solokan." Aku hampir saja terheran sampai aku sadar satu fakta bahwa buku paket Haechan memang terjatuh ke selokan.

"Gapapa, kan??" Haechan meyakinkanku.

"Iya gapapa. Kamu mau pulang dulu apa langsung aja ke rumah aku?" Tanyaku bersamaan dengan selesainya aku membereskan barang-barang.

Oh iya, aku bertanya seperti itu karena rumah kami saling membelakangi. Aku menyadarinya saat aku pulang sekolah di hari pertama di Busan. Aku pun sekarang jadi lebih mengenal keluarganya, karena aku sering bermain di rumah Haechan.

"Mau pulang dulu aja. Nanti aku samper, kok." Finalnya yang ku balas dengan anggukan kecil.

--- # ---

"Na Jaemin!!"

Pintu langsung ku buka mendengar suara yang familiar akhir-akhir ini. Lee Haechan yang berbalut kaos belang kuning-biru dongker dengan celana pendek selutut itu masuk ke rumahku dengan pandangan yang berkeliling.

"Ada yang salah?" Tanyaku melihat anak itu masih melihat seisi rumahku.

"Enggak. Suasananya kaya di film-film gitu," katanya.

"Film genre apa nih?" Aku bertanya lebih detail.

"Film fantasi. Kalo film horror... Rame teuing." Jawabnya. Kemudian Haechan berhenti menelisik isi rumahku.

Sepertinya sekarang Haechan merasakan apa yang ku rasakan saat pertama kali pindah ke rumah ini. Aku yakin itu, bahkan Gahyeon - rekan tugas kelompokku yang dipilih oleh guru beberapa waktu lalu - sampai mengungkapkan bahwa hawa rumah ini begitu horor.

0 : 10.000.000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang