VI. Mellifluous

71 28 58
                                    

"Apa kau tahu? Frasa yang kau lontarkan itu benar-benar membekas di memoriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau tahu? Frasa yang kau lontarkan itu benar-benar membekas di memoriku. Jadi, jangan berharap aku akan melupakannya dengan mudah."

-Happy Reading-

Song recommendation
"Puzzle Piece - NCT Dream"

Bugh!

"Hah?!"

Aku terkejut ketika seseorang merangkulku dari belakang dengan keras sampai mengeluarkan suara.

"Hehe, kaget ya?" Itu Jeno, dia cengengesan saat melihat reaksiku.

"Doyan banget kamu kagetin orang."

"Biarin lah, daripada aku cekek kan?"

"Psikopat banget."

Setelah mengobrol ringan dengan temanku ini, kami sampai di gerbang sekolah. Banyak murid-murid yang baru tiba di sana.

...

Aku melihat Irene baru saja memasuki kelas dan duduk di bangkunya. Aku menatap kedatangannya penuh arti. Wajahnya terlihat datar, sepertinya hari ini tak ada sesuatu yang spesial baginya. Terkaku.

"JAEM! Jangan liatin terus..."

Aku hampir terjungkal saat Jeno memanggil sepenggal namaku sambil menggebrak mejanya sendiri. Dia menggodaku, terdengar dari kalimat terakhirnya. Padahal aku hanya kebetulan saja melihat Irene yang datang paling terakhir di kelas.

"Apa sih, dua kali loh kamu ngegetin!" Protesku pada Jeno.

Saat aku berbalik, aku tak sengaja melihat Irene yang kini tengah memandangku dengan tatapan bingung. Ah, apa dia melihatku tersentak tadi?

Aku pun hanya menyuguhkan senyum masam padanya. Bagaimana tidak, aku malu jika dia melihatku tersentak tadi. Dia pun tak berkutik sama sekali. Syukurlah.

~~~∆~~~

Hari ini aku beruntung. Bu Inna mengumumkan ulangan Bahasa Korea secara dadakan. Huh, pembelajaranku kemarin malam adalah penyelamatku.

Sekarang, aku dan Jeno sedang membantu Bu Inna menilai ulangan barusan. Kebetulan sekali aku kepo dengan nilai teman sekelasku yang lain, hahaha.

"Jaemin," panggil Jeno sambil menyikut lenganku.

Aku menoleh lalu mengangkat kedua alisku. Jeno menunjukan secarik kertas yang dipenuhi tulisan yang sangat rapi. Aku masih bingung apa maksud Jeno menyodorkan kertas itu, lalu tak lama aku melihat nama Sang pemilik kertas itu.

0 : 10.000.000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang