XVII. Start Line

19 6 0
                                    

"Kesedihan telah tenggelam. Sinar yang cerah kembali menanungi, hari yang indah telah dimulai. Selamat datang kebahagiaan baru."





-Happy Reading-





Song recommendation

"To My Youth - Bolbbalgan4"





"Kamu bawa surat-surat?" Tanya pria itu sambil mengangkat alisnya.

Aku mengangguk, lalu mengeluarkan surat-surat yang diminta olehnya. Hari ini begitu berat. Bukan konotasi, tapi benar adanya. Aku membawa dua tas sekaligus seharian ini. Selain membawa surat-surat penting untuk melamar pekerjaan, tentu membawa tas kapsul untuk membawa Mako. Kucing baruku.

"Kamu bahkan belum masuk 12 tahun..." Kata pria itu sambil mengernyitkan dahinya dalam.

Iya, aku tahu ulang tahunku masih satu bulan ke depan untuk meraih 12 tahun. Tapi ayolah, jangan sampai perkara ini menjadi alasan diriku tidak diterima di tempat terakhir ini. Aku sudah tidak ada harapan, bagaimana pun aku adalah seseorang yang bisa menyerah.

"Tapi, pak. Bulan depan saya udah genap 12 tahun kok. Tolong terima saya ya, pak. Saya lagi butuh banget pekerjaan." Aku berusaha meyakinkannya agar bisa menerimaku di tempat ini. Namun wajahnya masih saja ragu untuk menerima permohonan dariku.

"Dek, kamu masih kecil. Orang tua kamu—"

"Pak, tolong. Saya udah gak punya orang tua, saya bingung harus cari uang kaya gimana. Please, pak. Saya bakal kasih yang terbaik."

Tanpa sadar aku telah memotong perkataan bos dari kafe tersebut. Tetapi untung saja, dia tidak memarahiku balik. Dia tertegun, lalu terdiam cukup lama saat menerima kalimat panjang lebar dariku. Suasana hening beberapa menit, bos dari kafe tersebut seperti sedang berpikir sembari kadang melihat ke arahku. 

"Dek, mending kamu pulang aja." Ujar pria itu dengan nada yang rendah.

Aku menghela panjang, tak bisa berharap lebih untuk diterima di tempat terakhirku melamar pekerjaan. Menunduklah aku di kursi lebar kafe tersebut, aku tak mengharapkan iba dari orang yang ada di depanku ini.

"Pak, plis saya bakal usaha yang terbaik buat kafe ini."

"Gak bisa-"

"Meong..."

Aku terkejut mendengar suara yang bersumber dari tas kapsulku. Pasti ini ulah Mako, bisa-bisanya dia mengganggu suasana yang sangat serius ini. Dia mengeong dengan imut seakan memerintahku untuk berhenti berdebat. Namun betapa terkejutnya setelah melihat wajah dari si bos tersebut.

0 : 10.000.000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang