Author POV
"Lo tau kan, Adek gue tadi buatin kue khusus buat lo," tanya Leon menatap tajam Adit.
"Hah? Kok gue?" tanya Adit pura-pura bodoh.
"Adek gue tuh sebenernya—" ucap Leon menggantung omongannya, kayak perasaan lo yang baca~~
"A– ap– apa? Kenapa hah?" tanya Adit, keringat langsung meluncur di tubuhnya.
"Adek gue tuh sebenernya, tadi mukanya merah, lo tau kenapa ga?" tanya Leon, ia terus menatap Adit.
"Apaan sih lo, ga jelas, ya gatau lah!" jawab Adit jujur, sebenarnya dia juga kepo Rania kenapa.
"Muka Adek gue merah bukan karena malu, tapi dia nahan emosi, Dit." Leon menatap Adit sambil menghentakkan tanganya, membuat sebuah irama.
"Loh? kok? ja– jadi yang pas ada si angel itu Rania lagi—"
"Yap, tebakan lo kali ini bener!" ucap Leon sambil menunjuk ke Adit.
Astaga, bego bat sih gue, gue kira Rania gapapa, ternyata dia lagi nahan marah gitu. Kalo di pikir-pikir pas gue berantem sama dia, iya sih mukanya agak merah. Bego lo dit, bego!
batin Adit"Kenapa lo, Dit? hehe, udah dua kali loh Adek gue nahan emosi sama lo,Yahhh gue gatau dia suka sama lo ato ga, tapi kalo dia suka sama lo, awas aja lo sakitin dia!" Leon menepuk pundak Adit pelan. Baru kali ini dia berbicara Sepanjang ini, biasanya ia sangat irit, tapi ini semua demi adiknya— Rania.
glek! Adit hanya diam, sambil menatap Leon, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia memang mulai menyukai Rania. Tapi, ia terlalu gengsi untuk lebih dekat dengan Rania.
"Hahaha, kenapa muka lo? Sans ae kali Dit, gue bercanda haha," ucap Leon dia tertawa, tapi menurut Adit tertawanya kali ini seperti di buat-buat. Jika Leon sudah seperti ini berarti dia tidak bermain-main.
"Lo tenang aja, gue bakalan jaga adek lo! Percaya sama gue!" balas Adit.
"Okey, semoga lo bukan kayak papa gue, yang bisanya nyakitin Adek gue," Leon tersenyum
"Iya, iya bego!"
"Dahlah sono lo balik! Bau lo, dah malam ini," perintah Leon
"Enak ae! Gue dah make parfum sebotol juga," balas Adit tak terima.
Adit pergi meninggalkan Leon, dia terus memikirkan perkataan Leon barusan, dia tidak takut dengan Leon, tapi yang dia takutkan adalah ketika ia menyakiti Rania lagi dan lagi.
******
Hari telah pagi, bulan pun bersembunyi di gantikan oleh matahari yang mengeluarkan sinarnya dengan cerah, Rania terbangun dari tidurnya.
"Hari ini libur? yey ..." teriak Rania, dia merasa sangat senang karena akhirnya dia tidak harus bertemu dengan laki-laki yang mengejarnya, dan perempuan yang selalu iri dengannya.
Di saat Rania ingin berdiri tiba-tiba perut nya terasa sakit."Duh, perut gue sakit," ucap Rania sambil memegang perutnya, ia pun buru-buru menuju kamar mandi.
Ternyata, tamu bulanan Rania sedang datang, pantas saja akhir-akhir ini dia tidak bisa menahan emosinya.Rania segera mandi, lalu turun ke bawah untuk sarapan, hal yang jarang di lakukannya. Di sana sudah ada Leon yang sesekali makan sambil bermain game.
"Makan itu jan main game, bego! makan-makan aja!" ucap Rania, wajahnya ditekuk.
"Lah, ceramah Bu haji? Ketularan Ando lo kayaknya haha," balas Leon.
Tugh! Rania melempar sendok makanannya ke arah Leon, hampir saja tepat sasaran! Leon langsung terdiam di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aditra [TAHAP REVISI]
Teen Fiction"Heh, lo belum tau ya gue siapa?!" tanya Rania, ia berkacak pinggang. "Siapa? Anak kang somay yang sering gue utangin ya?" Adit langsung ketakutan. "Enak aja! Bokap gue tuh bukan kang somay!" "Aduh- aduh sakit woi! Anak siapa sih lo?" Adit berteria...