Jangan lupa vomen ya🤗🤗
Cahaya terang memasuki kamar Rania melalui gordennya, alarm yang keras membangunkan gadis tersebut. Ia berbangkit dan mengambil alarm yang terletak di nakas tersebut.
"Berisik lo!" Rania membanting alarmnya dengan keras, tak peduli dengan alarm tersebut gadis itu malah beranjak mencari hand phone-nya. Ia tampak kebingungan mencarinya.
Drttt!
Getaran dari ponselnya membuat Rania menemukan barang yang ia cari, ia tersenyum kecut ketika melihat notifikasi dari hand phone-nya.
"Sekarang, dan gue gak pernah lupa!" ucap Rania, gadis tersebut langsung memasuki kamar mandi.
Setelah berlama-lama di kamar mandi akhirnya ia keluar. Rania membuka lemari sambil sibuk memilih baju mana yang akan ia pakai. Setelah merasa cocok dengan baju yang dipilihnya ia memilih untuk duduk di depan meja hias memakai bedak dan lip balm. Rania pun keluar dari kamar menuju meja makan, di sana sudah ada Leon yang tengah makan dengan satu tangan kirinya memegang hand phone.
Rania memilih duduk di samping Leon sang kakak."Bang, ini tanggal sepuluh," ucap Rania lirih, Leon langsung menghentikan makannya.
"Lupain! Udah lima tahun gue gak mau ketemu sama dia." Leon meletakkan sendok makannya.
"Tapi, Bang—"
"Rania! Gue gak mau, ya, lo ke sana!" ucap Leon tegas, membuat Rania terkejut.
"Lo? Lo, ngebentak gue, Bang? Sama aja lo kayak papa!" Rania memutar bola matanya malas.
"Nggak gitu, lo mikir lah, karena dia Ran, persahabatan kita semua hancur," ucap Leon, memegang kedua pundak Rania.
"Bang, gue emang gak suka sama dia. Tapi, gue gak mau, Bang lupain hari ini. Gue pergi." Rania langsung pergi meninggalkan Leon, Leon mengusap wajahnya kasar. Ia tak habis pikir mengapa keluarganya sama-sama keras kepala.
***
Rania langsung berlari menghampiri mobil yang sudah terparkir rapi, ia memilih untuk memakai mobil sport berwarna hitam. Ia masuk lalu membanting pintu mobil dengan kuat. Dengan penuh amarah Rania pergi meninggalkan rumah untuk pergi ke suatu tempat.
Ia langsung menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi, membuat pengendara lain sibuk mengumpatnya."Mati lo!"
"Sayang nyawa gak, sih?!"
"Ajal jemput lo bentar lagi!"
Rania yang mendengar itu bukannya takut justru semakin meningkatkan kecepatan mobilnya.
***
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya ia sampai di komplek perumahan papanya. Ia berhenti sebentar melirik ke sana-kemari tapi rumah ini masih saja seperti dulu, selalu sepi tak berpenghuni. Memangnya siapa lagi yang ada di rumah ini selain Rania? Orang tuanya bahkan bisa tak pulang sampai beberapa bulan.
"Rumah Neraka!" ucap Rania, lalu menjalankan mobilnya.
Rania berhenti tepat di depan taman kompleks rumah papanya. Taman ini tempat ia menghabiskan masa kecilnya, terdapat pepohonan yang rindang dan bunga-bunga yang bermekaran. Ditambah ada dua ayunan yang selalu menjadi tempat favoritnya. Rania pun memilih menduduki ayunan tersebut, ia memejamkan mata sembari menikmati angin yang berhembus.
"Ra–Rania?" Ucapan lelaki tersebut membuat Rania langsung membuka matanya.
"Bintang? Ehm, gue ...." Rania menatap Bintang tajam, seolah ia benar-benar membenci lelaki di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aditra [TAHAP REVISI]
أدب المراهقين"Heh, lo belum tau ya gue siapa?!" tanya Rania, ia berkacak pinggang. "Siapa? Anak kang somay yang sering gue utangin ya?" Adit langsung ketakutan. "Enak aja! Bokap gue tuh bukan kang somay!" "Aduh- aduh sakit woi! Anak siapa sih lo?" Adit berteria...