Tak hentinya Kimmy menggerutu sebal selama perjalanan ke sekolah. Ia sudah ingin menjambak adik lelakinya yang kelewat santai mengendarai motornya.
"Fadel! Bisa cepet dikit nggak sih kamu bawa motornya?! Kakak bisa telat, nih!", teriak Kimmy dengan wajah sebal.
Fadel--adik laki-laki Kimmy berdecak sebal. "Ini udah telat lagi, kak. Lagian kakak juga sih bangunnya kesiangan. Pasti nggak sholat shubuh lagi, tuh!"
Kimmy memukul pelan pundak Fadel. "Heh perkedel! Biar telat bangun kakak tetap sholat subuh, kok!"
"Dih, itu bukan sholat subuh lagi, kak, tapi sholat dhuha," balas Fadel sewot. Kimmy berdecak. Berdebat dengan Fadel akan membuang waktu dan energinya saja.
Kimmy bangun terlambat karena uring-uringan sepanjang malam tidak bisa tidur karena memikirkan buku hariannya yang tertinggal di laci kelas. Semalaman Kimmy sama sekali tak merasa nyaman kala memejamkan mata. Pikirannya terus berkelana memikirkan buku hariannya itu. Kalau ada yang lihat bagaimana? Kalau ada yang buka bagaimana? Kalau ada yang baca bagaimana? Dan kalau ada yang membocorkan dan menyebarluaskan rahasianya bagaimana?
Kimmy melirik jam tangan kecil yang melingkar di pergelangan tangannya. Astaga, sudah pukul 07.00, tinggal 15 menit lagi sampe pelajaran dimulai. Gadis itu makin panik.
"Fad, bawa lebih cepat dong motornya! Kakak beneran takut telat ini!", dengan Kimmy sudah hampir menangis. Seumur hidup ia sama sekali tak pernah terlambat mengikuti pelajaran.
Fadel mendengus pelan. Ia mulai tancap gas, dan mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi. Kimmy bahkan sudah memeluk Fadel dengan sangat erat.
"FADELLLL!!!! KAMU BENERAN MAU BUNUH KAKAK?!", teriak Kimmy membuat Fadel meringis .
"Kan kakak yang minta motornya dibawa cepet-cepet! Gimana, sih?", kata Fadel berusaha membela diri.
"Tapi 'kan nggak gini juga! Yang ada kita berdua bisa mati konyol, ah!"
Fadel kepalang pusing dengan permintaan sang kakak. Ia jadi kepikiran ucapan teman sekelasnya. 'Perempuan selalu benar', itu kata teman sekelasnya. Dan jujur, Fadel kini merasakannya sendiri.
Kini, Fadel memberhentikan motornya tepat di depan sekolah Kimmy. Tulisan 'SMAN 1 ANGGTRIAJA' itu terpampang begitu besar dihadapannya.
Kimmy menghembuskan napas lega, sebab pagar sekolah belum ditutup. Ia masih bisa masuk ke dalam sekolah. Ia berbalik dan menatap Fadel. "Udah, kami ke sekolah! Nanti kamu yang telat!"
"Iya, iya." Fadel lalu meraih tangan Kimmy dan menyentuhkannya dengan keningnya. "Duluan, kak!"
"Iya, hati-hati kamu!"
Fadel pun mengendarai motornya meninggalkan sekolah Kimmy.
Kimmy langsung berlari kecil memasuki area sekolahnya. Ia harus segera ke kelas sekarang, rahasianya benar-benar perlu diselamatkan sekarang.
Napas gadis itu memburu. Entah mengapa perasaannya jadi tidak enak begini. "Nggak, nggak, nggak! Semuanya bakalan aman!"
Senyum Kimmy terbentuk kala ia sudah berada dekat dengan pintu kelas. Merapikan seragam sekolahnya, Kimmy melangkah tenang memasuki kelas.
"Assalamualaikum!", ucap gadis itu riang kala menginjakkan kaki di dalam kelas.
Seisi kelas menoleh kearah Kimmy. "Wa'alaikumussalam!", jawab beberapa teman sekelasnya.
Kimmy mengerutkan kening melihat raut aneh yang ditunjukkan hampir teman sekelasnya. "Kalian kenapa?", tanya Kimmy ketika suasana tiba-tiba hening begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biology vs Diary
Teen FictionIni tentang Marko Nervada Sigit, yang bingung akan pilihannya sendiri. Marko siswa jebolan olimpiade biologi yang kadang punya otak 'fiktor', alias fikiran kotor yang tidak pernah sadar tentang rasa yang ia alami sendiri. Tak hanya Marko, Kimmy Waf...