Kimmy terdiam dan mengaduk pelan makanan di piringnya. Ia masih mengingat kejadian dimana ia bertemu Clara. Tetangga barunya itu sangat misterius. Ia bisa melihat jika Clara bukan tipikal orang yang sering melakukan interaksi sosial.
Sadar jika Kimmy melamun dan tak menyantap makanannya, Venus menyenggol pelan lengan Kimmy. Kimmy terkesiap. "Kenapa, Kim?"
Kimmy menggeleng cepat. Ia meraih sendoknya dan mulai menyantap makanannya.
Kimmy tak hanya bersama Venus, teman sekelas yang lain juga ikut bersamanya. Meja mereka sudah penuh sesak dengan makanan. Mereka tidak ke kantin, tak hanya 5 sampai 10 orang, semua gadis penghuni kelas unggulan berkumpul di kantin.
"Gue nggak mau ikut seleksi olimpiade," celetuk Vita yang membuat gaduh satu meja itu.
"Lah kok gitu? Kalau lo nggak ikut gue juga nggak bakalan ikut berarti," balas Joya dengan wajah merengut.
"Kok kalian nggak mau ikut seleksi?", tanya Ulfa dengan kening berkerut.
Joya mengerucutkan bibir. "Biar gue belajar gimana juga bakalan nggak lolos. Itu si calon dokter kandungan udah ikut olimpiade sampai tingkat nasional."
"Jadi ceritanya lo pesimis, nih?", seloroh Bulan menatap Joya, yang langsung diangguki oleh gadis mungil itu.
"Jangan gitu, dong! Kalian harus semangat," ucap Maya dengan senyum menenangkannya.
"Kata ibu Rima juga kita harus ikut semua. Jadi yah belajar semampu kita aja, kan ikut seleksi begini juga bisa nambah ilmu," timpal Melati.
Lili tersenyum lebar. "Betul itu betul. Siapa tau salah satu dari kita ada yang otaknya kayak Marko, hehehe."
Kini Nesya menjentikkan jari. "Iya, lo bener. Tapi gue salut deh sama Marko. Walaupun fiktor begitu, tapi tuh anak pinter, loh."
Kimmy hanya mengerutkan kening, lalu menyuaokan kembali makanan ke mulutnya.
Meyva pun ikut mengeluarkan pendapatnya. "Hooh. Tuh anak emang punya IQ tinggi. Pernah tuh dia cuma tiduran di bangkunya pas guru lagi menerangkan, eh pas disuruh jelasin ulang dia bisa, loh."
"Hebat banget ternyata. Gue baru tau," aku Bintang dengan wajah takjub.
Sepertinya Kimmy ada sedikit terusik dengan pembicaraan mereka ini, apalagi soal Marko. "Nggak ada pembahasan yang lain, nggak? Kok bahasnya si Marko?"
Satu meja yang dihuni gadis IPA-1 itu mendadak diam. Mereka menatap Kimmy, membuat Kimmy menatap mereka aneh.
Setelahnya mereka tertawa dengan wajah menggoda. Kata 'cie-cie' mulai masuk dengan tidak sopannya ke telinga Kimmy.
"Ada yang cemburu, nih," kata Chynthia memulai lebih dulu. Entah mengapa, Kimmy merasa akhir-akhir ini Chynthia ikutan bobrok karena kelakuan teman sekelas lainnya yang tidak normal.
Tidak hanya dari Chynthia, Gita pun ikut menimpali, dengan cermin kecil yang selalu setia gadis itu bawa kemana-mana. "Yailah, cembokur si Kimmy. Marko cuma buat lo doang, selera gue nggak kayak Marko. Dia terlalu pinter buat gue yang bego, huhu."
"Udah, udah, Kimmy udah makin kesel, tuh," kata Syifa menunjuk-nunjuk wajah Kimmy.
Kimmy meringis. "Kalian semua kenapa, sih? Jodoh-jodohin gue sama MarkoNah?"
Belum habis kekesalan Kimmy, ucapan yang dilontarkan dari Rosia membuat Kimmy makin naik darah saja. "Eh cieeee, udah ada panggilan kesayangan....uWu...."
Rosia nampak cemberut. "Tapi Marko mending udah laku, lah Hito belum nyadar sama kehadiran gue, Bapak gue juga belum nemuin belahan jiwanya."
Aurel melirik kecil. "Emangnya Naldo mau pacaran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biology vs Diary
Teen FictionIni tentang Marko Nervada Sigit, yang bingung akan pilihannya sendiri. Marko siswa jebolan olimpiade biologi yang kadang punya otak 'fiktor', alias fikiran kotor yang tidak pernah sadar tentang rasa yang ia alami sendiri. Tak hanya Marko, Kimmy Waf...