Biologi vs Diary | 20

62 8 6
                                    


****

Hari ini Kimmy kembali masuk sekolah, setelah memastikan kondisi ayahnya yang stabil selama di rumah sakit. Awalnya memang ada keraguan di hati Kimmy sebelum meninggalkan ayah di rumah sakit. Tapi, ibu berusaha meyakinkan dan menenangkan Kimmy. Ayah pun demikian, ia selalu memberi senyum terbaik kala Kimmy merasa butuh semangat dan penenang.

"Kim, gimana ayah lo?", tanya Venus pada Kimmy yang duduk di sampingnya.

"Alhamdulillah, udah baik kok kondisinya. Tapi untuk pulang ke rumah, masih belum tau. Ayah masih perlu perawatan intensif di rumah sakit, sampai pulih."

Venus mengangguk pelan, mengerti.

Kimmy menggigit bibir, mengarahkan pandangannya ke arah Marko yang kini menunduk menulis sesuatu dengan wajah serius.

Menghembuskan napas panjang, Kimmy menundukkan kepala. Terakhir, ia berkomunikasi pada Marko di rumah sakit, sejak ia menangis tanpa sepengetahuan Marko. Marko juga tidak mengirimkan pesan apapun pada Kimmy selama pulang dari rumah sakit.

Kimmy menepuk pelan kepalanya, mengenyahkan pikiran untuk berharap, jika Marko akan bersikap peduli dan menghampiri dirinya.

Venus melongokkan kepala, melihat sosok Ibu Rima sudah masuk ke dalam laboratorium. Venus bangkit dari duduknya. "Kim, semangat! Lo pasti bisa! Ciayo!" Venus mengepalkan satu tangannya ke udara, menyemangati Kimmy. Kimmy tersenyum kecil, dan membiarkan sosok Venus keluar dari laboratorium setelah pamit pada Ibu Rima.

Kini hanya ada mereka berenam. Kimmy, Marko, Ulfa, Lovely, dan Rosia, beserta Ibu Rima selaku penguji.

Kimmy merasakan tubuhnya mulai gemetar, sebab Ibu Rima akan kembali menyeleksi mereka untuk mengetahui pemilik tiga nilai tertinggi. Pemilik tiga nilai tertinggi itu akan mewakili sekolah untuk olimpiade biologi tingkat kabupaten, dan akan diseleksi lagi untuk lanjut ke tingkat provinsi.

Kertas soal itu mulai dibagikan. Selama beberapa hari ini Kimmy tidak belajar, karena fokus utamanya adalah sang ayah. Tapi, kalaupun ia gagal untuk seleksi ini, Kimmy tidak masalah. Sebab, melihat ayahnya bangkit dari koma adalah salah satu bentuk kebahagiaan besar yang Kimmy peroleh selama hidupnya.

Mata Kimmy membulat, sebab deretan soal pilihan ganda itu, terasa begitu asing. Tidak pernah ia pelajari sama sekali, bahkan yang diajarkan Clara pun tidak ada.

Apa untuk seleksi kali ini soalnya akan lebih rumit, dan berbeda? Kimmy mendesah pelan, alasan sebenarnya soal itu terasa sulit karena Kimmy tidak ada waktu untuk belajar.

Kimmy menopang dagu. Mulai mengerjakan soal itu dengan wajah tanpa minat. Untuk hasilnya, Kimmy pasrah.

*****

Tes seleksi pun berakhir. Satu persatu keluar dari laboratorium. Marko berjalan ke arah Kimmy, yang kini sibuk memperbaiki tapi sepatunya di teras laboratorium.

Senyum pemuda itu mengembang. Pasalnya, hanya ada mereka berdua. Ulfa, Lovely, dan Rosia sudah pergi menyusul yang lain ke kelas. Ibu Rima sendiri masih sibuk berkutat dengan banyak lembar kertas  di dalam laboratorium.

Kebetulan yang menyenangkan, itulah yang Marko pikirkan saat ini.

"Kimmy," panggilnya pelan, berjalan ke arah Kimmy.

Kimmy yang merasa familiar dengan suara itu, suara Marko, segera mengikat tali sepatunya dengan gerakan sangat cepat. Bangkit berdiri, dan menunjukkan wajah biasa saja, berusaha bersikap normal, walaupun jantungnya hampir saja mencelos dari tempatnya. "Mau nanya soal kak Clara, yah? Cieeee...." Kimmy berusaha mencairkan suasana dengan meledek Marko. Kimmy tidak sadar, raut wajah Marko berubah. Senyumnya perlahan pudar.

Biology vs DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang