Bimbingan bersama Ibu Rima tetap berjalan seiring dekatnya seleksi tes kedua, yang mana peraih tiga nilai tertinggi akan mewakili sekolah dalam olimpiade biologi tingkat kabupaten.
Kimmy, Marko, Rosia, Ulfa, dan Lovely sudah berkumpul tepat di rumah Clara. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, mereka akan dibimbing oleh Clara, di waktu senggang ini. Berhubung Clara juga punya banyak waktu kosong hari ini, jadilah mereka belajar hari ini saja.
Walau sebenarnya, Kimmy merasa hampir menemui kesulitan, kala Mama Clara memberi tatapan sangat tajam padanya, tapi niatnya urung kala ia melihat jika Kimmy tak datang sendiri. Kekesalan Mama Clara tertahan, dan wanita paruh baya itu kini berada di kamarnya sekarang.
"Makasih yah kakak ngizinin kami belajar bareng kakak di rumah ini," kata Kimmy pada Clara, yang sedang sibuk menghidangkan minuman dingin beserta kue kering kepada mereka.
Clara sempat melempar senyum tipis pada gadis berponi itu. "Nggak papa. Lagian gue senang kalian ada disini, gue jadi nggak terlalu sepi." Clara memelankan suaranya di tiga kata terakhir. Kimmy menyadari hal yang satu itu.
"Hehehe, makan banyak nih," kata Ulfa sudah meraih sebuah biskuit kering rasa coklat, lalu menyantapnya dengan nikmat.
Marko membulatkan mata kala Ulfa sudah makan dengan sangat rakus, diikuti Rosia dan Lovely. Bahkan Kimmy sudah mulai ikut-ikutan. Tapi, Marko sebenarnya bersyukur dengan tingkah konyol keempat gadis itu, sebab Marko bisa melihat Clara tersenyum lebar dan Marko merasa dadanya menghangat. Sesederhana itu.
"Materi bimbingan kalian emangnya sudah sampai mana?", tanya Clara kemudian.
"Pokoknya yang aku ingat cuma sampai kingdom-kingdom apalah, itu. Bimbingan ibu Rima yang lain udah lupa materinya apa," aku Kimmy jujur.
Marko menahan tawanya agar tidak meledak, sementara Clara menghela napas lelah. "Ibu Rima aja susah ngajarin kalian, apalagi gue?"
"Tapi kak, siapa tau kan dengan lo ajarin kami, kami jauh lebih mengerti, kayak diajarin sama teman , gitu. Nggak tegang-tegang amat." Ulfa menimpali dengan cengiran lebar.
Clara meringis. "Emang yang namanya Ibu Rima itu galak?"
Marko menggeleng cepat. "Nggak, kak. Baik banget malah."
Kini Clara mengangkat alis. "Terus, kalau emang nggak galak, kenapa kalian mau belajar sama gue?"
Terlihat kedua pipi Kimmy menggembung perlahan. Harus jawab apa sekarang? Masa' iya harus jawab, karena semua ini agar Marko bisa dekat dengan Clara? Tidak mungkin!
Rosia yang sejak tadi memilih diam menikmati cemilan jadi ikut bicara. "Gini loh, kak. Walau pun kalau sama guru, sekalipun mereka baik, pasti bakalan tetap ada rasa segan, takut kalau mau minta dijelaskan ulang kalau beneran nggak ngerti. Ya untung kalau satu dua kali diajarin belum ngerti terus minta ulang, lah kalau udah dijelasin berkali-kali nggak paham gimana? Kebanyakan guru ogah siaran ulang, nggak kayak You tube bisa dimundur-mundurin kalau emang nggak 'ngeh'."
Clara tertawa pelan mendengar jawaban Rosia yang sangat jujur. Begitupun dengan yang lain. Kimmy bahkan menghembuskan napas lega karena ucapan yang Rosia lontarkan itu. Jadi, alasan lain yang membawa mereka menemui Clara dengan dalih 'belajar' tak terbongkar. Walau sebenarnya Kimmy juga ingin menimba banyak ilmu dari kakak kelas yang pernah jadi juara olimpiade itu.
"Oke, karena kalian semua udah disini, kita mulai yah belajarnya. Oh iya, tegur kalau gue salah dalam menyampaikan materi." Clara meraih buku biologi yang sudah ia siapkan. Ia mencari materi, dan berusaha memprediksi dan mengingat kembali contoh soal olimpiade yang akan masuk , disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biology vs Diary
Teen FictionIni tentang Marko Nervada Sigit, yang bingung akan pilihannya sendiri. Marko siswa jebolan olimpiade biologi yang kadang punya otak 'fiktor', alias fikiran kotor yang tidak pernah sadar tentang rasa yang ia alami sendiri. Tak hanya Marko, Kimmy Waf...