Biologi vs Diary | 17

24 6 2
                                    

Marko melangkah masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu dan membiarkan dirinya termenung sendirian.

Ia baru saja pulang dari rumah sakit. Aldi pun ia bawa pulang bersamanya, walau awalnya Fadel--adik Kimmy mencegah Aldi pulang, tapi Aldi berjanji akan menemui Fadel dan memberi dukungan pada sahabatnya itu.

Mengusap wajahnya frustasi, Marko mengambil rubrik yang ia letakkan diatas nakas. Ia memainkan rubrik itu dengan perasaan menggila. Bayangan Kimmy dan Clara muncul silih berganti di kepalanya. Terkadang Clara dan senyumnya muncul. Setelahnya, berganti lagi menjadi sosok Kimmy dengan segala kepolosan dan tingkah anehnya.

Tangan Marko makin lama makin cepat menyelesaikan permainan rubriknya, hingga ia berhasil menyelesaikan permainannya , ia melempar asal rubrik itu dan menjambak rambut hitam legamnya.

"Argh! Kenapa dua cewek itu bikin gue bingung sama perasaan gue sendiri?! Kak Clara dan Kimmy!"

Tubuh Marko jatuh telentang di atas tempat tidurnya. Kedua matanya memejam. Ia pusing dengan perkara semacam ini.

Marko yang dulunya jauh dan berpikir dan tidak akan terlibat kisah asmara semacam ini, malah terjebak, bahkan dengan dua gadis. Apalagi, semula Marko hanya ingin dekat dengan Clara, ia percaya jika Clara cinta pertamanya sejak ia melihat kakak kelasnya itu di ajang olimpiade tahun lalu.

Lalu, soal Kimmy, gadis berponi yang sudah sekelas bersamanya sejak kelas VII SMP. Tiga tahun sekelas selama di SMP, dan kembali dipertemukan di SMA dan bahkan lagi-lagi menjadi teman sekelas. Marko memandang Kimmy sebagai gadis yang sangat ambisius, pada awalnya. Lambat laun, anggapan itu mulai terkikis. Ternyata ada alasan mengapa gadis itu begitu ambisius. Walau tak pernah mengatakannya, Marko bisa melihat bahasa tubuh gadis berponi ini.

Kuat.

Hanya itu yang ingin Kimmy tunjukkan. Ia tak mau terlihat lemah, dan alasan mengapa Marko mencuri pandang melihat Kimmy sejak dulu, sebab ia penasaran, seberat apa beban yang dipikul gadis berponi itu.

Kling!

Kelas Akhir Zaman

Leon: gimana? Jadi ke rumah sakit besok jam empat sore?

Raina: yuk, lah! Jangan lupa kita beli sesuatu buat dibawa ke rumah sakit

Melati: kebetulan Keke punya kebun apel yang lagi panen, kan?

Keke: boleh. Gue bawain apel deh besok

Awan: nggak cuma buah, 'kan? Kita perlu beli yang lain juga

Damian: hooh, tapi kita mau beli apaan?

Syifa: mending lo semua kumpul duit aja besok, seikhlasnya. Nanti jumlah duit yang udah terkumpul itu bakalan jadi pertimbangan kita mau beli apa

Radja: bener juga

Chynthia: jadi besok yang mau bareng gue siapa?

Ulfa: GUE DONG, GUE

Chynthia: oke

Maya: Jadi, fiks yah kita berangkatnya besok? Soalnya kalau hari lain gue nggak bisa

Agnes: iya, gue juga. Semoga aja besok kita bisa berangkat

Biology vs DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang