Biologi vs Diary | 18

21 5 2
                                    

Senyum Kimmy mengembang, kala teman-temannya sudah datang. "Gue senang kalian mau datang kesini."

"Ini, kami bawakan buah-buahan sama beberapa barang lainnya. Semoga bermanfaat," ucap Maya mewakili teman sekelasnya. Kimmy menerimanya dengan sukacita. "Makasih, yah."

"Keadaan bokap lo gimana?", tanya Ester berjalan mendekati Kimmy.

"Alhamdulillah, udah lebih baik. Setelah koma sekian lama dan sempat nge- drop, ayah sudah lebih baik."

"Alhamdulillah...." Pasukan kelas Resident berujar dengan nada suara yang sangat lega.




"Dokter! Ada apa sama ayah?!", kata Farel dengan wajah sangat takut. Peluh itu sudah mulai berjatuhan.

Kimmy dan Fadel hampir saja menangis. Ibu yang sadar dengan perubahan raut mereka perlahan mendekat, dan memeluk kedua anaknya.

Dokter itu tersenyum tipis. "Alhamdulillah, Pak Kusno sudah melewati masa kritis dan keadaannya sudah semakin membaik. Saya takjub karena kondisi pak Kusno yang semula drop, dalam waktu yang singkat bisa kembali pulih. Ini keajaiban."

Tubuh Kimmy lemas dengan perasaan lega. Air matanya tumpah, ia benar-benar merasa terharu. Ayahnya adalah definisi pejuang tangguh dalam kehidupan Kimmy.

"Makasih ya Allah..." Kimmy memeluk ibunya dan Fadel. Farel turut mendekat dan memeluk ketiganya.



Senyum Kimmy tak henti terkembang sejak tadi. Ia yakin, keajaiban Tuhan itu seluar biasa ini. Ayahnya menjadi pejuang tangguh agar bisa tetap hidup. Untuk itulah Kimmy tak henti mengucap terima kasih.

"Hari ini Marko nggak kesini," kata Langit singkat.

Senyum Kimmy berusaha tetap ia pertahankan. "I, iya. Nggak papa."

Walau sedikit sedih, tak apa. Clara mungkin lebih butuh Marko sekarang. Apalagi Marko adalah orang pertama yang menemuinya di rumah sakit. Tak apa-apa.

"Kim, lo jahat banget, sih! Nggak pernah cerita-cerita kalau ayah lo di rumah sakit, dan itu sudah enam bulan," gerutu Lovely.

"Iya, nih. Padahal rumah kita dekatan. Kenapa sih lo nggak cerita? Apalagi nggak ada satupun tetangga dekat rumah yang pernah bahas ini." Venus berujar dengan nada mendesak.

Kimmy menggeleng pelan. "Kaliam semua dengar, yah. Gue sengaja nggak ngasih tau siapa-siapa. Semenjak kejadian kecelakaan ayah enam bulan lalu, kami sekeluarga sepakat buat merahasiakan hal ini dari siapapun. Gue juga merahasiakan ini dari kalian karena gue rasa, ini urusan yang belum bisa gue bagi."

"Terus, kok Marko tau?", selidik Keke.

"Apa jangan-jangan lo berdua udah pacaran, yah? Ngaku, deh!", tebak Yudha dengan wajah menyebalkan.

"Nggak pacaran," bantah Kimmy berusaha sabar. Ia baru menyadari satu fakta jika dimanapun dan kapanpun, pasukan Resident akan tetap rusuh.

"Bukan nggak, tapi belum," sahut Chynthia santai.

Yang lain langsung heboh, karena gadis bertubuh mungil itu menyahut dalam urusan ini.
"Wah, si kecil udah bisa nyinyir juga," kata Awan dengan wajah takjub. Chynthia melengos. Tak mau menanggapi.

"Soal Marko yang tau, keponakannya sahabatan sama adek gue. Marko juga tau dari keponakannya."

Yang lain ber-oh ria.




*****








Marko mengusapkan kedua telapak tangannya kewajah. Tubuhnya berjongkok tepat disebelah pusara sang ibu. Tangannya perlahan terangkat mengusap bosan bertuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat sang ibu.

Biology vs DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang