05. Don't Mess Up!

15 2 0
                                    

Tok... tok... tok...

Seorang laki-laki yang masih dibalut seragam sekolah berdiri di depan pintu rumah megah sambil terus-terusan mengetuk pintu.

Tok... tok... tok...

Ini adalah kali kelimanya mengetuk pintu hingga ketukan pintu berubah menjadi gedoran tidak sopan. Ia tidak peduli dengan penghuni di dalamnya akan bereaksi bagaimana karena ada tamu yang bersikap tidak sopan, toh penghuninya saja lebih tidak sopan kepada orang lain.

Tok... tok... tok-

Kriet...

Nampaklah seorang gadis dengan rambutnya yang dicepol sedang berdiri di hadapannya sambil memasang wajah datar.

"Ngapain lo kesini?" Tanyanya dengan nada sinis.

"Gue mau ngomong sama lo,"

"Gak mau. Gue gak punya waktu buat berurusan sama lo," sambil kembali menutup pintu rumanhnya.

Haris langsung menahan dengan tangannya hingga tangannya sempat terjepit oleh pintu. Haris mencoba menahan rasa sakit hingga akhirnya pintu terbuka kembali dan menampilkan wajah penuh kekesalan Zara.

"Gue tau lo yang nampar Denira," ucap Haris to the point.

Zara mengernyit kemudian tersenyum sinis. "Lo kesini cuma mau ngomongin hal gak penting ini?"

Raut wajah Haris berubah. Rahangnya mengeras dan ekspresinya begitu datar. "Lo kenapa nampar Denira?"

Zara berdecak, "Lo kenapa gak nanya Denira langsung?"

"Gue mau denger dari lo,"

"Kalau gue gak mau bilang, lo mau apa?"

Haris diam. Tatapan tajamnya terkunci pada manik mata coklat milik Zara. Sedikitpun tidak asa rasa bersalah dari sorot mata Zara.

"Mending lo pulang. You waste my time!" Zara kembali menutup pintunya namun dengan cepat tangan Haris menahannya hingga pintu kembali terbuka.

"Jawab gue!"

Zara memutar bola matanya kesal. "Denger ya, Leo itu pacar gue dan Denira gak pantes deket sama Leo!"

Haris mengernyit.

"Jangan harap Denira bakalan aman kalau dia masih berani-beraninya deketin pacar gue!"

Haris tersenyum sinis, "Lo kira Denira sama kayak lo, hah?"

"Maksud lo?"

"Asal lo tau, Denira benci sama pacar lo. Lo ngira Denira mau ngerebutin Leo dari lo?" Haris tertawa sinis. "Inget kata gue baik-baik, kalau lo dan pacar lo berani nyakitin Denira lagi, gue gak bakalan diem. Bukti ada di tangan gue!"

"Bukti?"

"Lo kira gue bakalan ninggalin Denira sendiri sama orang gila kayak lo, hah?!" Haris menggeleng. "Gue ngerekam semuanya. Sewaktu-waktu bisa gue bocorin ke guru."

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang